VERONIKA ANGELIA PUTRI DEBANG Miracle Of Nadine

121 6 0
                                    


Hujan memang selalu memberi makna disetiap tetesannya, seakan selalu memberi pesan disetiap rintikannya. Aku memejamkan mata, mengehela nafas seakan ingin berbisik kepadanya, betapa dunia ini tak seindah bumi para peri,dan tak semudah cerita FTV, bahkan dunia juga tak seromantis drama-drama korea yang menghanyutkan kita dalam lamunan yang begitu indah. Namun, lebih dari semua aku ingin mengutarakan padanya, dunia lebih dari itu, hanya bagaimana kita memandang dan menggambarkan dunia kita sendiri. Dear me! Ini keajiban dalam duniaku, dan harapanku untuk tahun yang baru yang akan memberikan keajaiban lainnya dalam hidupku.

Tatapan aneh seringkali dilemparkan orang untukku, entah memang aku yang selalu berpenampilan mencolok dan memalukan, atau memang rasa sosial yang menurun akhir-akhir ini. Orang-orang mungkin beranggapan, kita dapat membunuh orang lain hanya dengan benda-benda tajam atau dengan hal lainnya. Tapi tidak, sungguh tidak hanya itu. Kadangkala kita tidak sadar, secara tidak langsung dengan tatapan dan ucapan saja kita dapat membunuh seseorang, kita dapat membunuh karakternya, atau mungkin, kita dapat mengubahnya menjadi sosok seseorang yang sangat menyeramkan, untuk itu aku mohon berhentilah menjadi orang yang minim rasa sosial yang baik, siapapun kamu, mari sama-sama lebih peka dengan keadaan sekitar.

Sejak kecil, aku memang tidak begitu lihai dalam berdandan, tidak begitu menarik dalam berpenampilan. Mungkin karena memang bukan suatu tuntutan, atau waktu yang lebih banyak aku habiskan untuk kegiatan lainnya. Aku dibesarkan disebuah desa kecil, di pulau Sumatera, di pinggiran danau Toba, sungguh sebuah desa yang sangat mengagumkan bagiku pribadi. Keseharian ku, setelah pulang dari sekolah yaitu membantu orang tua mengelola warung makan. Umurku yang saat itu masih enam tahun sudah cukup untuk melakukan pekerjaan yang membangun karakterku menjadi anak yang tahan banting, displin, dan tahan uji mungkin, hahahaha entahlah, tapi hal itu harus aku jalani. Saat menghadapi para pelanggan, aku harus siap batin, kenapa tidak, seringkali mereka menuntut untuk dilayani lebih awal, disaat mereka datang paling akhir. Atau mungkin, tuntutan lainnya, yang mungkin akan menyinggung perasaan kamu. But It's okay aku sudah tahan banting akan hal itu. Tapi, tidak sedikit juga para pelanggan yang memberikan pengertian mereka akan kata tunggu, dan sebuah pujian atas pelayanan kami, serta motivasi yang diberikan untukku. Aku sudah banyak bertemu dengan berbagai pelanggan, berbagai penampilan mereka, serta berbagai bahasa mereka, yang membuatku berfikir ternyata dunia ini begitu luas, sehingga aku termotivasi untuk berani keluar dari zona nyamanku, aku berani keluar dari desaku untuk melihat dunia yang sesungguhnya.

Sekolah Menengah Atas menjadi jembatanku untuk berani meninggalkan desaku, dan benar, dunia sesungguhnya sedang diperhadapkan denganku, dunia sebenarnya sudah dimulai. Banyak hal yang membuatku kaget akan situasi sekitar, dimana segala sesuatunya dituntut lebih, seakan sebuah pertemanan diatur oleh sebuah kondisi ekonomi dan fisik. Kamu seakan terasing oleh kerumunan orang banyak, kamu serasa sendiri ditengah-tengah khayalak ramai. Aku memandangi mereka yang selalu sibuk memperhatikan outfit masing-masing, terlebih aku dibuat terdiam saat mereka hanya menyuruhku memegang camera, menangkap foto-foto mereka, tanpa memperlibatkan aku sekalipun dalamnya. Benarkah dunia sesungguhnya seperti ini, disaat mereka akan memperhitungkanmu kala fisikmu dianggap menarik untuk dipandang, mereka akan memperlibatkanmu saat kondisi ekonomimu sebanding untuk diajak keluar bersama, bermain bersama. Sampai mereka tidak akan sadar, kamu mempunyai potensi lebih dari semua itu. Saat itu, aku tetap berada dalam lingkungan mereka, tapi sungguh aku tetap merasa sendiri, sampai aku sadar sungguh pertemanan bukan seperti ini. Berulangkali hal itu terjadi "Nadine, fotoin kita dong outfitnya lagi bagus banget", "Nadine, kamu kok gendut banget sih, itu kok ada bintik-bintik hitam di kaki dan tanganmu, eh perasaan minggu lalu kamu pakai baju ini deh". Stop, tolong berhentilah dengan semua ini, aku berteriak dalam hati tapi tetap tersenyum, entahlah mungkin aku yang terlalu bodoh atau aku yang tidak ingin menanggapi omongan mereka. Seketika airmata membanjiri pipiku ketika aku diam dalam kesendirianku, sembari berfikir sungguhkahaku tak berharga? Benarkah aku tak berpotensi sama sekali? Benar, ini sangat menyiksaku.

Hari demi hari, aku mulai keluar dari jati diriku sendiri, aku mulai berusaha seperti apa mereka mau, seperti apa mereka maksud. Aku seakan menuntut untuk bernampilan seperti mereka, aku seakan melakukan hal apapun agar diterima oleh mereka. Saat itu, aku berusaha menurunkan berat badanku, porsi dan jadwal makanku sangat berantakan, aku mulai berusaha berdandan seakan supaya pujian itu berhasil diberikan juga untukku, tapi lagi ku berkata sungguh itu hal bodoh yang pernah aku lakukan. Hal itu sungguh sangat menyiksaku, seakan aku berpenampilan dibalik apa yang orang lain mau, bukan apa yang aku mau. Akhirnya, aku mengalami pengikisan lambung, dikarenakan pola makan dan usaha dietku yang terlalu ekstrim, mengakibatkan aku sering pingsan dan masuk rumah sakit. Lagi dan lagi ternyata aku diperhadapkan dengan dunia sesungguhnya, pertemanan tak sebercanda itu, dan akhirnya aku tetap sendiri, dan semakin tersiksa dari semua ini, aku menyadari aku tak merasa bahagia dan tenang atas semua yang terjadi.

Penghujung masa SMA, setelah keluar dari rumah sakit aku memeluk ibuku, dan berkata "Aku ingin menjadi aku, bukan aku yang menjadi mereka". Dalam masa pemulihan, aku berusaha mengembalikan jati diriku, aku berusah tetap menjadi aku sebelumnya, tetap berpenampilan senyamanku, dan menjadi Nadine sesungguhnya. Karena, ku menyadari kecantikan sebenarnya bukan dari apa yang selalu dipandang mata, bukan dari apa yang mereka mau, tapi kecantikan sesungguhnya terpancar dari dalam kita tanpa harus mengubah diri kita atau menuntut orang lain seperti apa kita mau. Setelah keluar dari zona ini, aku merasakan dunia baru, kebahagiaan yang baru, dan keadaan yang jauh dan sangat lebih baik.

Sekarang, aku telah duduk dibangku perkuliahan, tapi bukan berarti hal yang pernah aku temukan masa SMA dulu tidak terjadi disini. Tapi sungguh, aku tidak akan mengulang hal bodoh untuk kedua kalinya,dan menyiksa diriku sendiri. Aku ingin mereka menyukaiku karena aku, aku ingin mereka mengagumiku karena aku yang sebenarnya, bukan alasan dibalik tirai penyiksaan yang berusah seperti apa yang mereka maksud. Karena pertemanan sesungguhnya akan kamu temukan saat kamu menjadi dirimu sendiri. Terlepas dari itu, aku juga ingin belajar peka dengan keadaan sekitar, aku berusaha untuk tidak menuntut mereka seperti apa yang aku mau.

Dear me! Aku mendapat pembelajaran dari apa yang pernah terjadi. Namun, lebih dari semua aku menemukan keajaiban dalam duniaku saat aku menjadi aku bukan mereka. Aku memiliki teman bahkan sahabat yang mencintaiku, mencintai Nadine, bukan sosok orang lain yang dipaksa dalam hidupku. Di penghujung tahun ini, aku menginginkan agar tidak ada lagi perempuan-perempuan luar biasa diluar sana mengalami hal yang sama denganku. Aku ingin mereka menyadari, bahwa mereka adalah wanita yang luar biasa, dan memahami "Ada hal yang mereka punya dan orang lain tidak punya". Aku juga berharap, agar kita semakin peka dengan keadaan sekitar, karena kita tidak bisa menuntut mereka seperti apa yang kita mau. Itu sungguh sangat menyiksa, bahkan memaksa mereka keluar dari jati diri mereka sendiri. Hey kamu, iya kamu, kembalilah rasakan keajaiban dalam hidupmu, ingat kamu orang yang luarbiasa dan berharga, jadilah dirimu sendiri pancrakan kecantikan sesungguhnya. Happy Miracle.

With Love,

Nadine 

Catatan Akhir Tahun "Dear Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang