Elkie.
Terbangun karena mendengar sebuah suara gaduh dari luar kamar tempat ayahnya dirawat. Ia memutuskan untuk bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke luar kamar.
Berniat memeriksakan keadaan.
Namun keningnya mengerut begitu mendapati keadaan koridor yang sangat sepi. Bahkan tak ada siapapun. Termasuk perawat yang seharusnya berjaga.
Elkie memicingkan matanya ke setiap sudut. Benar benar tak ia temukan sumber kegaduhan barusan.
"Apa gua salah denger?" Tanya Elkie pada dirinya sendiri. "Ah, bodolah!" Serunya yang kemudian berjalan ke arah toilet. Kebetulan memang Elkie juga mendapatkan panggilan alam.
Elkie lebih memilih pergi ke toilet umum ketimbang toilet pasien. Entah mengapa perasaannya sedikit merasa ragu untuk menggunakan toilet pasien. Makanya ia lebih memilih pergi ke toilet umum.
"Mau kemana mbak?" Tanya Suster Dasom, yang biasa merawat dan memeriksa keadaan ayah Elkie.
"Mau ke toilet umum, Sus." Jawab Elkie sembari tersenyum manis ke arah Suster Dasom.
"Mau dianter?" Tawar Suster Dasom.
"Engga usah Sus, saya sendiri aja." Tolak Elkie. "Permisi ya mbak." Ucapnya sopan dan langsung mempercepat langkahnya.
Sesampainya di sana, Elkie langsung masuk ke dalam bilik yang berada di tengah-tengah.
Byurrrrr~
Elkie mengerutkan keningnya. Bukannya tadi toilet kosong ya? Batinnya ketika mendengar suara guyuran air yang mengalir dari bilik di samping kanannya.Siapa tahu orang baru masuk terus langsung nyiram closetnya! Begitu batin Elkie lagi berusaha mungkin berpikiran positif.
Hiks! Hiks!
Elkie lagi-lagi mengerutkan keningnya. Kali ini bukan karena suara guyuran air. Melainkan suara tangis.Masih dari bilik yang sama.
Elkie seringkali merasa ikut sedih ketika melihat atau mendengar ada seseorang yang menangis di rumah sakit. Dia tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang dia sayangi di rumah sakit. Dia tahu bagaimana ketika rasa khawatir dan was was menyelimutinya tatkala orang yang ia sayangi tengah berjuang di atas meja operasi untuk mempertaruhkan nyawanya.
Makanya Elkie merasa iba ketika mendengar suara tangisan tersebut.
"Mbak? Mbak baik-baik aja?" Tanya Elkie sembari menempelkan telinganya di depan pintu bilik tersebut ketika dirinya selesai dengan urusan alamnya dan membersihkan tangannya di westafel.
Tak ada sahutan.
Suara tersebut justru hilang. Bahkan deru napas pun tak lagi terdengar.
Elkie memegang tengkuk belakang lehernya ketika merasakan embusan angin yang menerpa kulit tubuhnya tersebut.
Shit! Serunya masih dalam hati. Jangan-jangan....
Elkie tak berani melanjutkan spekulasinya dan langsung pergi keluar dari toilet tersebut.
Kenapa ia bisa lupa bahwa ini adalah rumah sakit? Rumah dimana yang bernyawa dan tidak, seringkali berbaur ketika tengah malam seperti ini.
Well, Elkie benar benar lupa.
Tanpa pikir panjang, Elkie langsung mempercepat langkahnya kembali ke kamar tempat ayahnya dirawat. Elkie tak berlari, karena takut suara derap langkahnya menganggu istirahat pasien di rumah sakit ini.
Elkie memicingkan matanya tatkala hendak melewati lift yang ada di lantai tersebut. Ia melihat seorang wanita dengan pakaian agak kusam berdiri di depan lift tersebut. Seperti menunggu lift untuk terbuka.
Elkie terus memperhatikan wanita tersebut. Sebenarnya Elkie hendak menyapa wanita tersebut, tapi terbesit rasa tak enak hati dalam dirinya.
Wajahnya pucat dan ada noda darah di sudut bibirnya. "Kenapa mbak liat-liat?" Ucap wanita tersebut ketika tak sengaja pandangan mereka bertemu.
Bisa Elkie lihat wanita itu bertanya dengan nada lirih dan datar tanpa menggerakan mulutnya sedikitpun.
Ingin rasanya Elkie berlari saat itu juga. Tapi rasanya seperti ada yang menahan kakinya sehingga dia hanya bisa berjalan dengan sangat lambat. Membuat Elkie pasrah.
Sampai tiba-tiba terdengar suara tawa dari arah lain, membuat Elkie menoleh ke sumber suara tersebut dan tak menemukan apa apa. Dan ketika Elkie kembali menoleh ke arah lift. Sosok wanita tadi sudah hilang dari pandangannya.
Anehnya, langkah Elkie kembali terasa ringan setelahnya. Elkie langsung memutuskan berlari. Persetan dengan suara derapnya yang menganggu ketenangan pasien.
"Sus, sus!" Seru Elkie ketika melihat Suster Dasom, yang sebelumnya ia temui tadi, di dekat ujung lorong menuju kamar tujuannya. "Anterin saya ke kamar ayah saya dong." Pinta Elkie pada akhirnya yang diangguki oleh Suster Dasom.
"Sus di sini angker ya?" Tanya Elkie pada akhirnya sembari terus berjalan.
Elkie menelan salivanya ketika Suster Dasom menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan pandangan super datar. "Kenapa memangnya?" Tanya Suster Dasom.
Elkie mengedarkan pandangannya ke arah lain. "Tadi saya ketemu hantu, Sus." Papar Elkie dengan suara agak lirih.
"Hahahaha,"
Elkie menoleh ke arah Suster Dasom dan menatapnya dengan pandangan heran.
Emang omongan gue ada yang lucu ya? Batin Elkie ketika melihat Suster Dasom tertawa dengan kencangnya.
"Maksud kamu hantu kayak saya?" Tanya Suster Dasom sembari tersenyum dengan lebarnya sampai mulutnya terbuka hingga mencapai ke kedua telinganya. Sosok Suster Dasom berubah menjadi sosok wanita yang tadi dilihat Elkie tepat di depan lift.
Membuat Elkie langsung berlari dan masuk ke kamar rawat inap ayahnya.
Mulai saat itu Elkie bersumpah bahwa ia tak kan pernah lagi mau untuk menginjakan kakinya di rumah sakit tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
janggal; k-idols ✅
Fanfic[BOOK FOUR] another book of horror stories [mostly based on true story] started: 29 Juli 2018 finished: 19 April 2019