Karena kedatangan Pak Gu yang adalah arwah manusia yang masih hidup, Manajer No, Sarjana Kim, Kepala Choi, dan Ji Hyunjung berkumpul. Mereka nampak bingung dan cemas.
“Sepertinya dia tidak tahu apa pun tentang tempat ini. Dia berkeliling melihat-lihat hotel.” Manajer No cemas sekali.
“Kalau tidak segera keluar, orang itu bisa mati,” sambung Kepala Choi, cemas juga.
Sarjana Kim mengernyit pusing. “Kalau ini bisa selesai dengan satu kematian, tidak masalah. Masalah besarnya, Direktur Jang pasti akan sangat marah. Kita semua bisa dikirim naik Bus Akhirat olehnya.”
“Auh, tidak.” Ji Hyunjung meringis dan bergidik membayangkan kemarahan Jang Manwol. “Sepertinya ini salah saya. Bagaimana dong?” Dia berpegang pada lengan Kepala Choi, minta saran dan bantuan.
“Ya, ini salahmu. Kau saja yang bertanggung jawab,” kata Sarjana Kim, tidak mau tahu.
“Apa? Kepala Choi, bantu saya dong.” Ji Hyunjung merengek.
“Tidak. Aku masih punya urusan yang belum selesai di alam ini. Aku tidak bisa naik Bus Akhirat sekarang.” Kepala Choi menarik-narik lengannya supaya lepas dari ‘jeratan’ Ji Hyunjung.
“Ah, kacau! Kacau! Kenapa manusia bodoh itu harus datang ke sini sih? Uh, dasar!” Ji Hyunjung sebal sekali padanya, sampai ingin menjitaknya kuat-kuat kalau bertemu.
Kepala Choi mendesah, “Kalau dia terus berkeliaran seperti itu, cepat atau lambat Direktur Jang pasti akan tahu. Bagaimana ini?”
“Kalau Bu Direktur tahu, orang itu tidak akan bisa keluar dari sini. Dia akan mati.” Manajer No perlu mencari cara agar bisa mengeluarkan Pak Gu sesegera mungkin dari hotel ini.
Sayangnya, seperti kata Kepala Choi, Direktur Jang Manwol menyadari sesuatu tentang keberadaan Pak Gu di Del Luna. Dia melihat tidak ada ular emas yang meliliti guci antik di lorong. “Ada pencuri rupanya. Hah, beraninya dia mencuri di hotelku,” Manwol berdesis.
Sementara itu, langkah kaki sedang membawa Pak Gu berkeliling di terowongan kecil berbunga yang mengantarkannya ke sebuah kebun bunga yang megah. Bunga merah, putih, kuning, oranye, hingga merah muda dan kecokelatan memenuhi kebun ini.
Belum cukup sampai di sana, Pak Gu terus melangkah dan memasuki Gedung Bulan. Di sana adalah tempat menetapnya Pohon Bulan—pohon yang seribu tahun lalu menelan habis pedang Manwol dan menjadi lambang dari diri Jang Manwol yang tidak mati tapi juga tidak hidup. Pohon ini tinggi, besar, dan bercabang-cabang, tapi tidak memiliki daun sehelai pun.
“Woah, tempat apa ini? WOAH!” Pak Gu tak berhenti berdecak, sampai kemudian dia menemukan sekumpulan kecil bunga di salah satu ranting Pohon Bulan.
“Kebetulan sekali. Aku bisa menghadiahkannya untuk Chanseong. Bunga dari pohon yang sudah mati. Bermakna sekali. Selain itu, bunganya pun sangat cantik.” Pak Gu berbinar-binar menatap bunga itu—yang berwarna biru dan begitu berkilau di antara ranting-ranting yang kelam dan mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOTEL DEL LUNA
FanfictionNovelisasi dari drama Korea yang ditulis oleh Hong Jeongeun dan Hong Miran, penulis drama HWAYUGI dan MY GIRLFRIEND IS A GUMIHO. Del Luna adalah hotel untuk para arwah yang tersesat dan masih memiliki pengharapan atas dunia manusia. Hotel ini membe...