04 - 5 : SAAT TERAKHIR

1.1K 112 0
                                    

“Tempat ini lagi nge-tren di medsos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tempat ini lagi nge-tren di medsos. Makanya aku pingin ke sini,” kata Manwol, setelah masuk dan duduk di salah satu meja Pizza Alvolo yang tidak lain adalah restoran milik Sanchez.

Gu Chanseong kesal. “Anda sengaja, kan, memilih tempat ini? Anda tahu kalau temanku bekerja di sini.”

“Kalau aku bilang tidak tahu, memangnya kau akan percaya? Kau sudah tahu, ngapain nanya lagi? Apa yang paling enak di sini?” kata Manwol, memiringkan buku menu pada Gu Chanseong.

“Huh. Memangnya Anda akan memesan menu yang kurekomendasikan?” dan “Pintar juga kau,” sebut Manwol, untuk cibiran Chanseong barusan. Lalu dia memutuskan pilihan menu untuk dirinya sendiri dan Gu Chanseong yang keduanya ingin dia coba makan.

“Chanseong-ah!” Sanchez menyapa dari pintu dapur.

Sebelum dia datang, Chanseong bercerocos mengingatkan Jang Manwol, “Sanchez itu adalah teman yang rumahnya aku tinggali sekarang. Dia orangnya penakut, jadi, JANGAN cerita-cerita soal hantu padanya.”

Manwol hanya berdesis geli.

Sanchez datang. “Hey, Chanseong-ah, bagaimana? Orang yang tamumu cari itu sudah ketemu?”

“Sudah, berkat bantuanmu. Oh, perkenalkan, ini rekan kerjaku,” kata Chanseong, tentang Jang Manwol.

“Oh. Anda hotelier juga rupanya. Selamat datang.” Sanchez memberi salam. Lalu dia mengobrol, katanya, “Hotelnya ketat banget ya? Setelah bekerja di sana, Chanseong jadi sering uring-uringan. Direktur kalian orangnya sadis-gila gitu, kan? Direkturnya itu perempuan, ya, katamu? Siapa sih namanya, aku lupa? Hm, Jang ....”

“Jang Manwol.” Manwol ‘mengingatkan’.

“Oh iya, Jang Manwol. Namanya juga kampungan banget, ih. Mumpung orangnya tidak ada, kalian bicarakan saja dia di sini. Jelek-jelekin. Aku akan hidangkan pizza untuk kalian. Robek-robeklah sepuasnya ya? Ditunggu.” Sanchez pergi untuk menyiapkan pizza. Kepergiannya ini .... meninggalkan kehororan bagi Gu Chanseong.

Manwol melakukan peregangan leher. Lalu, katanya, sambil ‘memetiki’ kuku-kukunya sendiri, “Memangnya satu pizza saja cukup untuk menjelek-jelekkanku? Pesan lagi saja sana, aku yang bayar. Aku kan sadis dan gila.”

Chanseong duduk tertib di kursinya. “Sekedar mengoreksi. Lebih tepatnya, saya bukan menyebut Anda sadis dan gila, tapi bikin pusing. Itu saja.”

“Memangnya kenapa kalau aku sadis dan gila? Tidak begitu buruk. Oh, ngomong-ngomong soal gila, aku jadi ingat sama tamu pertamamu itu. Orang yang dicarinya sudah ketemu?”

“Sudah. Semuanya lancar. Dia benar-benar bisa mengenali orang itu lewat sentuhan tangan.” Chanseong mudah sekali dialihkan, terutama karena dia memang ingin beralih dari pembicaraan sebelumnya.

“Oh ya? Tapi ingatan hantu itu nih ya,” Manwol memberi tahu dengan sedikit menertawakan, “tidak bisa dipercaya. Semakin lama mereka bergentayangan, semakin bercampuraduklah ingatan mereka. Kadang, mereka hanya mengingat hal yang mereka inginkan.”

HOTEL DEL LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang