Aku hanya ada. Itulah jawaban Jang Manwol atas pertanyaan hidup atau mati yang Chanseong pertanyakan pada dirinya. Dia tidak hidup, tapi juga tidak mati. Dia terjebak dalam waktu yang hanya diam di tempat, yang tidak bergerak juga tidak berputar. Dia masihlah hanya dirinya yang tidak berbeda dengan 1300 tahun yang lalu.
Saat itu, pada suatu siang berangin yang tidak terlalu cerah, di tepi gunung, melintaslah seorang putri raja bernama Songhwa dan ibunya—bersama serombongan pengawal dan pelayan mereka. Keduanya duduk damai di dalam kereta kuda yang bergerak di bawah pimpinan seorang pemuda bijak bernama Go Cheongmyeong.
Di sisi lain, dari tepi tebing, Jang Manwol, Yeonwoo, dan sekelompok teman pencurinya sedang mengincar rombongan itu. Kemudian, atas perintah Manwol, satu dan banyak anak panah dilesatkan tepat ke bingkai jendela kereta kuda kerajaan.
“Argh!” Bersama dengan pekik-jerit Putri Songhwa dan para pelayan wanita, segerombolan pria berkuda menyerbu sambil berkikik-kikik. Mereka yang bersembunyi di balik bebatuan pun menampakkan diri bersama pedang masing-masing. Putri Songhwa dan ibunya berpegangan tangan, takut akan kejadian di luar kereta kuda mereka.
Di tengah keributan itu, “PIIIIIIIIP,” Manwol—yang mengawasi aksi pencurian dari atas kudanya di tepi tebing—membunyikan peluit dengan panjang dan lembut. Dia memberi tahu kawanannya bahwa pergerakan harus dipercepat dan diselesaikan sesegera mungkin.
Maka, perampasan menjadi semakin liar. Beberapa orang ditendang dan dipedang, beberapa lainnya disingkirkan dari tempat dengan cara-cara yang kasar. Mereka dipaksa untuk menyerahkan barang bawaan mereka, tidak terkecuali Putri Songhwa.
Tirai jendela kereta kuda disingkap oleh Yeonwoo. Putri Songhwa dan ibunya kaget. Mereka berusaha mempertahankan suatu buntalan kain sutera yang mereka miliki, tapi hal itu gagal dengan mudah karena tangan Yeonwoo begitu terampil dan kuat dalam merampas barang.
Selepas itu, SYUNG, sebuah pedang melambung ke arah Yeonwoo. Manwol begitu gemetar melihat kejadian itu, takut teman laki-laki yang sudah seperti kakak juga adiknya itu mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi, beruntung, Yeonwoo selamat dari lambungan pedang itu meski harus jatuh dari kuda.
Rupanya Go Cheongmyeong yang melambungkan pedang itu. Dia juga melompat dari kudanya untuk menyerang Yeonwoo. PRANG, pertarungan pedang antara Yeonwoo dan Go Cheongmyeong pun dimulai.
Yeonwoo begitu tangkas dalam menahan serangan Go Cheongmyeong. Dia tenang, teliti, dan melakukan gerakan pertahanan dengan sangat baik. Sedangkan Go Cheongmyeong terlihat agak memanas dan sedikit beramarah. Keduanya terlibat pertarungan yang cukup sengit.
Mereka saling mengayunkan pedang, bertahan, mendorong mundur lawan, menghindari ayunan pedang dengan memutar, memukulkan pedang ke pedang lawan, hingga bergulingan di tanah. Melihat itu, Manwol kesal dan melesatkan satu anak panahnya pada Go Cheongmyeong.
Sayangnya, Go Cheongmyeong berhasil menangkis anak panah itu dengan pedangnya. Keberadaan Manwol di tepi tebing pun terungkap. Maka, “PIP PIIIIIP,” Manwol memberi tahu kawanannya untuk mundur. Satu per satu dari kawanan pencuri itu pun mundur dan kembali ke kudanya dan pergi dengan membawa barang yang berhasil mereka dapatkan dari rombongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOTEL DEL LUNA
FanfictionNovelisasi dari drama Korea yang ditulis oleh Hong Jeongeun dan Hong Miran, penulis drama HWAYUGI dan MY GIRLFRIEND IS A GUMIHO. Del Luna adalah hotel untuk para arwah yang tersesat dan masih memiliki pengharapan atas dunia manusia. Hotel ini membe...