15 - 4 : TEMAN LAMA

643 61 0
                                    

“Aku senang Bu Direktur kembali. Kalau bos kita diganti, kan, gak seru lagi jadinya.” Kim Yuna mengobrol dengan Ji Hyunjung di meja depan.

“Perputaran waktu di jembatan sana berbeda dengan di sini, dan … Bu Direktur kehilangan banyak ingatannya selama dalam perjalanan,” kata Ji Hyunjung, membuat Kim Yuna terkejut. Bukan hanya Kim Yuna yang terkejut mendengar kabar itu, tapi Sarjana Kim dan Kepala Choi juga. Mereka memiliki percakapan lain di sky bar.

“Ingatan Bu Direktur tentang orang yang diantarnya hampir sama sekali tidak bersisa. Jadi, apakah itu artinya yang akan terhapus lebih dahulu adalah ingatan yang lebih lama baru kemudian yang baru?” Sarjana Kim bertanya-tanya tentang itu.

“Hm, ingatan yang telah begitu lama mengganggu kini hilang begitu saja. Terasa sia-sia, tapi juga melegakan.” Kepala Choi mencemaskan direkturnya, begitu pula dengan Gu Chanseong di sofa ruangan Jang Manwol. Sementara gadis itu minum, dia terus saja memperhatikannya dengan tidak tenang.

“Tenang saja,” kata Jang Manwol, setelah minum, “ingatan tentangmu sama sekali tidak ada yang hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tenang saja,” kata Jang Manwol, setelah minum, “ingatan tentangmu sama sekali tidak ada yang hilang.”

“Benarkah? Kalau begitu, coba kita tes.”

“Chist. Siapa takut?” Manwol pun menaruh gelasnya di meja.

Chanseong mengajukan pertanyaan, “Mobil merah atau aku?” tanyanya, dengan mengangkat dua genggaman tangan—mewakili mobil merah atau dirinya.

“Kau. Puas?” Manwol menampar genggaman tangan yang mewakili Chanseong sambil monyong-monyong.

“Hm, yang paling penting masih aman. Sekarang, Anda masih ingat, tidak, berapa jumlah mobil Anda yang tersisa?”

“Tig—Kau? Jangan-jangan kau menjual mobilku lagi ya?! Tanpa izin.” Manwol langsung menuduh, dengan prasangka yang amat sangat buruk.

“Tidak, tapi kalau kuda, iya,” jawab Chanseong, membingungkan Manwol. “Anda masih ingat orang bernama Oh Chunghwan dari Dangyong?” tanyanya, kemudian.

“Ha!” Manwol tercekat setelah sejenak berpikir. “Kau tahu Oh Chunghwan dari mana?”

“Woh, ingatan 200 tahun yang lalu pun masih aman rupanya. Kalau begitu, tesnya sampai di sini saja.” Chanseong tidak perlu menguji apa pun lagi.

“Pasti Sarjana Kim, kan, yang cerita? Siapa lagi? Kalian pasti ngomongin aku, deh, di belakang. Terus, apa lagi katanya?”

“Sudah, minum saja. Aku agak menyesal tadi menolak tawaran minum seorang wanita.” Chanseong membuka botol sampanye dan menuangkan isinya ke gelas tinggi Manwol.

Manwol mendesis. “Chist. Wa-ha-nita? Yang benar saja. Mana ada yang mau sama kamu. Auh, kau marah, ya, karena kelamaan menunggu?”

“Ada kok, CANTIK lagi.” Chanseong ingin balas dendam atas hinaan Manwol barusan.

HOTEL DEL LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang