11 - 3 : BUNGA YANG RAPUH

695 77 1
                                    

Manwol mengumumkan pada semua karyawan, bahwa, "Pada gerhana bulan kali ini, kita akan kedatangan tamu manusia," dan wuh-wuh-prok-prok-prok bergemuruh setelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manwol mengumumkan pada semua karyawan, bahwa, "Pada gerhana bulan kali ini, kita akan kedatangan tamu manusia," dan wuh-wuh-prok-prok-prok bergemuruh setelahnya.

"Dan mereka adalah pengantin baru. Honey moon." Manwol menaikkan lututnya dari belahan gaunnya, dan para karyawan bersorak memerah karena gaya tersebut. Ji Hyunjung mengintip lewat jari-jari, Kepala Choi berseri-seri, dan Sarjana Kim berjingkrak gembira.

"Karena mereka sudah memesan kamar terlebih dahulu, kita tidak boleh mengecewakan mereka. Layani dengan baik."

"Baik!" seru semua karyawan.

Manwol pun kembali ke ruangannya, sementara para karyawan masih ribut membicarakan kedatangan tamu manusia itu. Mereka memikirkan menu makanan yang akan dihidangkan, dekorasi kamar yang harus dicocokkan dengan selera manusia zaman sekarang, dan lain-lainnya.

"Aku senang akan ada tamu manusia di hotel ini. Tapi, ngomong-ngomong, manajer manusia kita di mana ini? Kok tidak kelihatan." Sarjana Kim memutar badannya ke semua arah.

"Pak Manajer masuk ke kamar 404," bisik Ji Hyunjung, memberi tahu.

"Ouh. Ah, kalau begitu, dia tidak akan datang malam ini. Pokoknya, uh, aku tidak sabar menanti kedatangan tamu manusia kita," dan pernyataan Sarjana Kim itu disetujui oleh semua karyawan. Sekali lagi, mereka ribut membicarakan tamu manusia mereka itu.

Pagi-pagi sekali, Sanchez sudah teleponan dengan Veronica—pacarnya, dengan face time pula, di halaman rumahnya yang sejuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali, Sanchez sudah teleponan dengan Veronica—pacarnya, dengan face time pula, di halaman rumahnya yang sejuk.

"Veronica, itu kamu di mana? Masih di Shanghai ya?" Sanchez mengintipi dekorasi di belakang Veronica yang didominasi oleh warna merah dan kayu.

"Sanchez, kamu jahat deh," kata Veronica, sambil manyun.

"Kenapa? Kenapa? Aku jahat kenapa?" Sanchez senang Veronica merajuk.

"Aku kangen banget sama kamu. Jadinya, kan, kamu gangguin terus waktu aku kerja, makan, semuanya. Jahat deh, ih!"

Sanchez menahan sipu sebisa mungkin. "Eh. Makanya, kamu cepat ke sini. Aku sudah siap, kok, buat dihukum. Gak sabar."

HOTEL DEL LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang