06 - 4 : TAMU ISTIMEWA

1.1K 94 0
                                    

Pada malam yang tenang ini, sejumput api mengibas-ngibas di atas pialanya yang berwarna emas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada malam yang tenang ini, sejumput api mengibas-ngibas di atas pialanya yang berwarna emas. Dia turut serta menjaga keamanan istana dan para penghuninya dari serangan yang bisa datang kapan saja.

“Yang Mulia, malam telah semakin larut,” pekik seorang kasim, mencemaskan rajanya yang enggan beristirahat.

“Hh,” Raja hanya mendesah, sedangkan di luar sana kaki-kaki ringan nan gesit sedang bergerak merayapi istana dari mulai atap, lorong, hingga ke pendopo utama tempat Raja sedang berada sekarang.

Jumlah mereka banyak sekali. Mereka mengepung semua dinding pendopo, atap, dan bahkan berandanya. Mereka juga telah siap dengan pedang masing-masing. Nampaknya mereka akan membunuh Raja.

Para pengawal berwaspada demi Sang Raja.

“Siapa itu? Keluar dan tunjuk-OHK! UHK! ARGH.”

“Cut!” teriak Sutradara, dengan tidak tahan. Dia pun turun ke dalam frame. “Yuoh-ssi, kau ini seorang raja. Jangan payah begitu dong.”

“Mohon maaf.”

“Kita istirahat dulu sebentar!” teriak Sutradara, pada semua orang, lalu melengos pergi sambil sedikit mencibir aktornya—Yuoh—dengan, “Raja itu harus berwibawa. Latihan dulu, sana!”

“B-baik.” Yuoh pun keluar dari pendopo dan duduk-duduk di tangganya sambil membaca naskah dan melatih dialognya berulang kali.

“’Siapa itu?’, ‘Siapa itu’, ‘Kurang ajar.’ Ah.” Dia tetap tidak bisa mendapatkan ‘rasa’ yang tepat sebagai raja. Semuanya ini membuatnya lelah dan semakin malas bekerja. Dia pun akhirnya hanya duduk dan tertunduk.

“Siapa itu?” ucap suatu suara, yang terdengar berat dan menggema. Yuoh benar-benar terdiam karenanya, seolah menemukan sesuatu.

“Kurang ajar,” ucap suara itu lagi, dengan cara yang sama. Pemiliknya berada tepat di samping Yuoh, dengan memakai jubah merah berornamen emas khas jubah raja-raja zaman Joseon.

Yuoh menoleh. “Anda siapa ya?”

“HEY, KAAAU! PERGI DARI SINI!”

“Euargh!” Yuoh beringsut dan pingsang, saking keras dan beratnya teriakan yang tidak dikenal itu. Dia pun segera dikerubungi dan ditolong oleh para kru, sementara Sang Raja sudah berdiri jauh di belakang istana.

Sang Raja memegangi lengannya di belakang badan, mengamati orang-orang yang mengurungi Yuoh si aktor di depan pendopo sana. Dia mendesah, “Ada apa dengan mereka? Mengapa tak ada yang mendengarkan perkataanku?”

Lalu dia menatap bulan dan cahayanya menuntunnya sampai ke Del Luna. Dia disambut dengan keheranan oleh Ji Hyunjung di front desk. Ji Hyunjung berkedipan dan tanpa sadar mengangkat telunjuknya sambil bergumam, “R-raja?”

“Oho! Kurang ajar kau,” ucap Sang Raja, penuh wibawa dan tanpa marah.

Karena kedatangannya, seisi hotel sibuk menyiapkan penyambutan. Sepatu-sepatu kulit dan hak tinggi berlalu-lalang di sepanjang lorong—menuju lobi utama, dan Gu Chanseong belum tahu tentang kedatangan Sang Raja yang amat istimewa itu.

HOTEL DEL LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang