03 - 2 : SANGAT BERBEDA

1.7K 127 0
                                    

"Yang sedang kau lihat itu, kira-kira, bulan malam ini atau bulan dari seribu tahun yang lalu?” Nenek Bunga bicara dengan Manwol di depan Pohon Bulan, di bawah atap kaca tempatnya berada yang memantulkan semua sinar bulan yang pernah disaksikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yang sedang kau lihat itu, kira-kira, bulan malam ini atau bulan dari seribu tahun yang lalu?” Nenek Bunga bicara dengan Manwol di depan Pohon Bulan, di bawah atap kaca tempatnya berada yang memantulkan semua sinar bulan yang pernah disaksikannya.

“Dua-duanya sama saja. Tidak ada bedanya.” Suasana hati Manwol langsung berubah, dari sendu mengenang masa lampau menjadi kesal karena merasa terganggu.

Bunga-bunga mungil yang tumbuh di sekitaran kaki Pohon Bulan menarik perhatian Nenek Bunga, hingga dia berseru, “Eh? Di sini pun bunga-bunga juga bermekaran. Kau melayani para tamu Pondok Bulan dengan baik rupanya.”

“Aih. Namanya sudah diganti. Bukan pondok lagi, tapi hotel. Del Luna. Dan jangan sebut aku juru kunci. Aku ini direktur.” Manwol menuntut dengan sangat galak, juga bersedekap.

“Itu kan sama saja. Kenapa harus marah?” Nenek Bunga mencibir, dan Manwol tetap pada pendiriannya bahwa Pondok Bulan telah dimodernisasi menjadi Hotel Del Luna.

Setelah diam, Nenek Bunga bicara lagi, “Kudengar, manusia yang mengabdi padamu lagi-lagi meninggal ya? Hm, tapi kematian itu bukan hal besar. Dia akan dilahirkan kembali.”

“Aku juga sudah mati, tapi kenapa aku masih ada di sini?” desis Manwol, kesal dan lelah.

“Kau tidak bisa ke mana-mana. Kau kan terikat pada Pohon Bulan dan takdirmu berhenti di tempat,” obrol Nenek Bunga, begitu santai.

“Sampai kapan kalian akan terus mengikatku di sini?” kata Manwol, picik sekali.

“Kau sendiri yang berkeras ingin tetap di sini,” jawab Nenek Bunga, mengingatkan.

“Aku sudah sangat layu dan kering. Kalau pohon itu kalian tebang dan bakar, aku akan dengan senang hati berangkat ke Alam Baka sendiri.” Manwol menghardik Pohon Bulan.

“Pohon ini akan berdaun, berbunga, kemudian berguguran. Takdir hidup dan matimu akan kembali berlanjut. Bukankah kepergianmu akan sangat indah kalau ada bunga-bunga yang menyertai?”

“Aku tidak butuh keindahan. Kalau kau suka, silakan melihat-lihat dan petik semua bunga yang ada di sini. Urus saja pekerjaanmu, sertai kematian hantu-hantu bodoh di luar sana.” Manwol berpaling pergi dari Nenek Bunga yang merasa iba terhadapnya.

“Anak itu sama sekali belum berubah. Ah, tidak mungkin aku membiarkanmu seperti ini terus.” Nenek Bunga pun mengusap salah satu ranting Pohon Bulan, dan kuncup-kuncup bunga bertumbuh darinya.

Kemudian dia meletakkan itu pada Gu Chanseong—yang sedang terbaring tidur di ruang kerja Jang Manwol di Del Luna. Bunga-bunga itu melumer dan melenyap ke dalam tidur Gu Chanseong, membawakannya mimpi tentang senyum Jang Manwol yang begitu tenang dan dua teman prianya pada 1300 tahun yang lalu. Jang Manwol di dalam mimpi itu begitu berbeda dengan Jang Manwol yang berdiri di depannya sekarang.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HOTEL DEL LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang