13 - 6 : SALAH TEBAK

633 58 0
                                        

Seorang anak laki-laki, kira-kira berusia lima atau enam tahun, duduk sendirian di halte bus pada malam yang dingin ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang anak laki-laki, kira-kira berusia lima atau enam tahun, duduk sendirian di halte bus pada malam yang dingin ini. Kepalanya tertuntuk pada gambar yang dibuatnya sendiri. Ketika bus datang dan pintunya membuka, anak ini berdiri dan bertanya pada sopir bus, “Pak Sopir, bus ini ada lewat ke Myeong-dong, kan?”

“Iya, lewat. Kau sendirian, Nak? Ibumu mana?” tanya Sopir Bus, agat khawatir.

“Aku mau ketemu Mama. Pak Sopir tau Hotel Del Luna yang ada di Myeong-dong, gak? Mama ada di sini,” ungkapnya, sambil menunjukkan gambar Hotel Del Luna yang dibuatnya sendiri—yang secara umum cukup mirip dengan Del Luna yang sesungguhnya. Dari manakah anak ini tahu tentang Del Luna?

“Kepala Choi! Kepala Choi! Kepala Choi!” Sarjana Kim berlari memburu Kepala Choi yang nampak hendak menaiki limusin menuju Alam Baka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kepala Choi! Kepala Choi! Kepala Choi!” Sarjana Kim berlari memburu Kepala Choi yang nampak hendak menaiki limusin menuju Alam Baka.
Kepala Choi menoleh padanya.

“Kau sungguh akan pergi dengan cara seperti ini? Kenapa? Setidaknya kau harus memberitahuku. Walau bagaimanapun kan kita ini sudah bekerja bersama selama 200 tahun. Aku kecewa!”

Kepala Choi mendesah. “Saya tidak akan ke mana-mana. Dewa Kematian meminta saya untuk membersihkan mobil,” katanya, mengeluh.

“Oh, gitu?” Sarjana Kim malu sendiri. “Kenapa Dewa Kematian harus menyuruhmu membersihkan mobilnya, suruh saja karyawan lain?”

“Sudah selesai kok.” Kepala Choi dingin, lalu bergerak menjauh begitu saja dari mobil yang sudah selesai dibersihkannya itu, dengan melupakan bahwa pintu mobil tersebut masih terbuka lebar.

Sarjana Kim mengikutinya—tanpa menutup pintu mobil yang terbuka itu. “Jadi, kau tidak akan pergi?” tanyanya, sekali lagi, sebagai basa-basi dan karena telanjur malu.

“Anak itu laki-laki atau perempuannya kan belum ketahuan. Saya harus tahu itu dulu, baru memutuskan untuk pergi atau tetap tinggal di sini,” jawab Kepala Choi, masih dingin, sambil terus berjalan.

“Oh, begitu? Maaf, aku terlalu cepat menyimpulkan.”

Tiba-tiba Kepala Choi berhenti di tempat dan, “Sarjana Kim, bisakah … Anda membuatkanku Tears? Yang sangat pekat dan berdampak.”

HOTEL DEL LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang