16 - 3 : MENJADI MUNGKIN

665 62 0
                                    

“Karena kau tidak mau kembali ke hotel, untuk sementara, kau tinggallah dulu di kamar Gu Chanseong ini,” putus Manwol, tentang Sarjana Kim, dan Sarjana Kim berterima kasih pada Gu Chanseong atas kamarnya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Karena kau tidak mau kembali ke hotel, untuk sementara, kau tinggallah dulu di kamar Gu Chanseong ini,” putus Manwol, tentang Sarjana Kim, dan Sarjana Kim berterima kasih pada Gu Chanseong atas kamarnya ini.

Kata Gu Chanseong, “Hanya editor itu yang membaca naskah ini, itu pun tidak sampai selesai. Karena penulisnya sangat terkenal, saya hampir tidak berhasil mendapatkan naskah ini darinya.”

“Lalu bagaimana akhirnya kau bisa berhasil?”

“Saya bilang, Kim Siik itu adalah leluhur keluarga saya.” Lalu Chanseong menyerahkan naskah tulisan tangan itu pada Sarjana Kim.

“Gu Chanseong bahkan mengubah nama belakangnya, dan aku mengeluarkan banyak uang,” tambah Jang Manwol, asal Sarjana Kim tahu.

“Terima kasih,” ucap Sarjana Kim, sekali lagi. Dia terperanjat ketika secara sepintas melihat judul naskah itu, “Auh. ‘Sarjana Mesum, Kim Siik’. Sepertinya aku tidak akan pernah bisa terlepas dari tuduhan ini.”

“Kalau itu adalah tuduhan yang tidak benar, luruskan. Lakukan sesuatu untuk membersihkan namamu,” kata Manwol, menasihati.

“Bisakah Anda menceritakan apa yang sebenarnya terjadi?” minta Chanseong, dengan prihatin. Lalu, Sarjana Kim menceritakan semuanya.

“Orang-orang menyebutku genius karena aku lulus ujian negara tiga tahunan di usia yang sangat muda, tapi aku selalu gagal dalam ujian negara tahunan yang merupakan tahap berikutnya. Setelah lewat usia 40, aku meninggalkan kampung halaman dan pergi Hanyang.

Aku terus belajar untuk ujian negara, dan menyaksikan keseharian hidup orang lain adalah satu-satunya penghiburan bagiku. Ada seorang anak perempuan yang merawat ayahnya yang buta, kakak-beradik yang bertengkar setiap saat meski sudah tua, muda-mudi dimabuk asmara yang tidak mempedulikan status sosial satu sama lain, dan banyak lagi yang lainnya.

Di malam hari, saat bosan membaca dan tidak ada hal lain yang bisa dikerjakan, aku menuliskan semua hal yang kulihat di luar pada hari itu. Tapi, pada masa itu, buku yang tidak ditulis dengan aksara Cina dianggap sebagai suatu hal yang tidak pantas. Tapi, cerita yang kutulis tidak begitu, tidak ada hal yang tidak pantas di dalamnya.”

“Tunggu. Sebentar.” Biarkan Chanseong berpikir, “Cerita yang Anda tulis itu … adalah anak perempuan yang berbakti, kakak-beradik yang bermusuhan, dan sepasang kekasih lintas status sosial?”

“Maksudnya, itu seperti Shimcheong, Chunhyang, dan Heungbu-Nolbu? Kau yang menulis semua cerita itu?” Manwol tidak percaya kalau jawabannya adalah ‘ya’, tapi pada kenyataannya jawabannya adalah ‘ya’, meski sekarang penulis semua cerita itu dikenal sebagai anonim.

“Wah. Hah. Berarti Anda ini Shakespeare-nya zaman Joseon dong!” Chanseong bahkan membelalak kagum mengetahui fakta itu, sementara Manwol cemberut—karena ternyata Sarjana Kim adalah orang yang hebat.

“Tapi cerita-cerita itu justru menghancurkan kehidupanku,” keluh Sarjana Kim, dengan sangat lelah.

“Tapi cerita-cerita itu justru menghancurkan kehidupanku,” keluh Sarjana Kim, dengan sangat lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HOTEL DEL LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang