Novelisasi dari drama Korea yang ditulis oleh Hong Jeongeun dan Hong Miran, penulis drama HWAYUGI dan MY GIRLFRIEND IS A GUMIHO.
Del Luna adalah hotel untuk para arwah yang tersesat dan masih memiliki pengharapan atas dunia manusia. Hotel ini membe...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Anda tahu apa ini, kan?” Chanseong mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya, dan menunjukkannya pada Jang Manwol.
“Itu obat.” Manwol sangat tahu.
“Tidak mungkin Nenek Mago tiba-tiba memberikan ini padaku. Pasti Anda, kan, yang memintanya untuk melakukan itu?”
“Aku tidak peduli apa yang kau pikirkan. Gu Chanseong, kuharap kau selalu berada di jalan yang aman,” ucap Jang Manwol, dengan begitu putus asa, tapi ….
“Tidak.” Chanseong menolak harapan itu. “Aku akan selalu berada dalam bahaya, agar Anda merasa tidak nyaman.”
“Apa?”
TLUK. Chanseong membuang obat itu ke mata air.
“Gu Chanseong! Kau tahu betapa berharganya benda itu? Aku harus memohon-mohon untuk mendapatkannya, tapi kau malah—”
“Jang Manwol-ssi,” Chanseong berteriak padanya, “SEKARANG SUDAH TIDAK ADA LAGI TEMPAT YANG AMAN BAGIKU. Aku akan selalu membuatmu gelisah dan berada dalam bahaya, dan kau … harus terus melindungiku.” Itu perintah, dan Manwol tidak boleh membantahnya.
“Eherm.” Dewa Penunggu keluar dari mata airnya dan, “Apakah obat ini milikmu?” begitu tanyanya, pada Gu Chanseong, sambil menunjukkan obat yang memang adalah milik Gu Chanseong.
Manwol tidak tertawa, dan Chanseong tertohok.
“Obat ini milikmu, bukan?” tanya Dewa Penunggu, sekali lagi.
“Aih. Kenapa Anda mengambil obat itu dan mengembalikannya pada saya di saat seperti ini?” Chanseong frustrasi sekali.
“Mungkin kau tak sengaja menjatuhkannya, dan aku memungutnya sebagai balas budi kepadamu.” Dewa Penunggu naif sekali, dengan segala cara berpikirnya yang sangat sederhana.
Chanseong menepuk dahi.
“Terima kasih.” Manwol mengambil obat itu, dengan sopan, dari tangan Dewa Penunggu. “Anda telah mengembalikan milik kami yang sangat berharga. Silakan beristirahat kembali.”
“Bukankah obat itu dapat membantu menghilangkan ketakutanmu?” Dewa Penunggu bicara pada Gu Chanseong, dan Chanseong membenarkannya.
“Jika demikian, makan dan hiduplah dengan tenang,” ucapnya, menasihati. Lalu dia kembali ke mata airnya untuk beristirahat dalam tenang.
“Kau dengar itu? Penunggu saja menyuruhmu untuk memakan ini dan hidup dengan tenang.” Manwol melempar-lempar obat itu di tangan.
“Penunggu itu sangat tidak tahu situasi.” Chanseong memprotes.
“Dia memberimu saran berdasarkan pengalaman. Makan ini.” Manwol memaksa, tapi Chanseong bergeming dan malah memalingkan muka.
“Kau mungkin sudah lupa, kalau kau bisa mati jika berurusan dengan arwah penasaran. Tempo hari pun, kan, kau hampir mati gara-gara aku. Jangan menempatkan diri dalam masalah, hiduplah dengan tenang. Makan.” Manwol menyodorkan obat itu lebih dekat lagi pada Gu Chanseong, tapi ….