Chanseong kecewa. Semua pun tahu itu. Mengapa Dewa tidak mendengarkan manusia? Sekeras apa pun dia berpikir, dia tetap tidak bisa menemukan jawabannya. Dia benar-benar … merasa kecewa.
Ji Hyunjung datang menghampirinya. Langkahnya begitu hati-hati, karena takut membuat Gu Chanseong terluka. Dia datang untuk menghibur.
“Kalau Anda tiba lebih awal pun tidak akan ada yang berbeda. Kalau Dewa sudah membuat keputusan, kita bisa apa?” Ji Hyunjung menghembuskan napasnya.
“Lalu apakah …” pandangan Chanseong kosong, “semua yang ada di sini juga … bisa menjadi seperti itu?”
“Dibinasakan?” Ji Hyunjung paham betul maksud Gu Chanseong. “Tentu saja. Karena … kami adalah arwah, yang seharusnya berada di Alam Baka, kemungkinan berbahaya seperti itu selalu ada.”
“Lalu kenapa kalian tetap berada di sini?” Chanseong menuntut. “Apa kau juga meninggal dengan malang seperti tamu kita itu? Apakah semua yang ada di sini seperti itu, termasuk Sarjana Kim dan Kepala Choi?”
Ji Hyunjung mengangguk dua kali untuk pertanyaan Chanseong itu, dengan perih dan sesak. Setiap arwah memiliki kisah, yang tidak bisa dibandingkan satu sama lainnya, tapi, “Kami tidak mencelakai manusia dan tidak melakukan hal-hal yang berbahaya. Semuanya akan baik-baik saja,” begitu sebutnya, bukan menenangkan Gu Chanseong.
Apa pun itu, Chanseong tetap tidak tenang. Dan di antara ketidaktenangan itu, Jang Manwol sedang menulis suatu undangan di meja kerjanya di Del Luna, dengan tulisan yang indah dan huruf-huruf yang menawan. Tidak ada yang bisa menolak undangan itu, bagaimanapun caranya, dan dia menyuruh Chanseong untuk mengirimkan undangan itu.
“Ini apa?” Chanseong bingung.
“Undangan,” jawab Manwol, singkat. “Ada seseorang yang harus datang ke hotel kita.”
“Anda mengundang orang itu? Tapi tamu kita kan sudah tidak di sini.” Chanseong dan Manwol membicarakan Orang Sukses dan Tamu Kamar 13.
“Kita telah gagal melayani tamu dengan baik. Karena itu, bukankah sudah seharusnya kita mewujudkan keinginan tamu kita itu?” Manwol punya rencana dan, “Kita harus berusaha sebaik mungkin,” begitu, lanjutnya.
Ya, Chanseong setuju. Karena itulah, kemudian undangan ini pun tiba di tangan Orang Sukses. Orang Sukses tidak begitu saja menerima undangan itu. Dia bahkan melemparnya ke tempat sampah, tapi ….
Satu per satu dari huruf-huruf yang menawan itu berterbangan dari tempatnya. Sungguh, tidak ada yang bisa menolak mereka walau bagaimanapun caranya. Mereka mengikuti Orang Sukses tanpa terlihat, masuk ke dalam mobil bersamanya, dan merasuk ke dalam navigator mobil itu. Mereka menuntun Orang Sukses menuju Del Luna.
“Belok Kiri. Belok Kanan. Lurus. Belok Kiri. Belok Kanan. U-turn! Lu-rus. Lurus. LURUS! STOP!” Orang Sukses me-rem mendadak mobilnya karena kaget dan … tiba-tiba dia sudah berada di depan Del Luna dan undangan yang dibuangnya tadi tiba-tiba sudah ada dalam genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOTEL DEL LUNA
Fiksi PenggemarNovelisasi dari drama Korea yang ditulis oleh Hong Jeongeun dan Hong Miran, penulis drama HWAYUGI dan MY GIRLFRIEND IS A GUMIHO. Del Luna adalah hotel untuk para arwah yang tersesat dan masih memiliki pengharapan atas dunia manusia. Hotel ini membe...