10 - 5 : TAK ADA HUBUNGANNYA

780 83 2
                                    

Manwol menyeruput nikmat kuah mi yang dijual di kantin perpustakaan umum ini sampai habis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manwol menyeruput nikmat kuah mi yang dijual di kantin perpustakaan umum ini sampai habis. Dia memuji makanan di sini. Katanya, “Hm, kantin sini makanannya enak-enak.”

“Iya, kan? Waktu kecil aku sering makan di sini,” kata Chanseong, senang Manwol menyukai makanan yang dijual di sini.

“Waktu kecil kau tinggal di daerah ini?” Manwol baru tahu tentang itu.

“Ayah ingin aku sekolah di daerah ini, tapi, karena sewa rumah di sini mahal-mahal, kami tidak bisa pindah ke sini. Meski begitu, kami sering ke kantin perpustakaan ini untuk makan. Selain harganya murah, makanannya juga enak-enak.” Chanseong mengenang masa-masa sulitnya bersama sang ayah.

Manwol iba. “Sejak kecil, kau hanya tinggal dengan ayahmu?” tanyanya, dengan agak melirik-lirik, takut Chanseong tidak ingin membahas tentang hal itu tapi dia ingin mengetahui sesuatu tentang ibu Chanseong.

Chanseong tidak keberatan untuk membahas itu. Katanya, “Ya. Alasan aku diberi nama Chanseong adalah karena hanya Ayah yang ‘mendukung’ kelahiranku ke dunia ini. Karena merasa bersalah tentang hal itu, akhirnya Ayah menamaiku Chanseong. Hih, lucunya, ayahku sama sekali tidak mengerti huruf Cina. Jadi, Chanseong yang dia maksud benar-benar hanya berdasar pada bahasa Korea. Kependekan dari ‘bintang yang bersinar terang’, katanya.”

Manwol tidak tahu harus berkata apa dalam situasi seperti ini, tapi sepertinya dia harus memberi tahu Chanseong tentang kejadian pada hari itu, bahwa, “Ayahmu menjualmu padaku bukan untuk menyelamatkan nyawanya sendiri, tapi demi kau. Dia tidak mau meninggalkanmu sendirian di dunia ini.”

Chanseong tersenyum mendengarnya. “Tanpa Anda beri tahu pun, aku sudah tahu. Kami kan hanya memliki satu sama lain.”

Syukurlah kalau begitu. Manwol lega.

“Nah, karena sudah selesai makan, kita pergi melihat-lihat buku yuk?” ajak Chanseong, setelah meletakkan sumpit di tempatnya.

“Buku? Oh, tapi kalau … dalam situasi seperti ini agak gimana gitu.” Manwol menggeliat-geliat karena pakaian modisnya.

“Kenapa?” Chanseong tak mengerti.

“Aih, penampilanku … kan gak cocok sama buku.”

“Memang ada hubungannya, ya, antara penampilan sama buku?”

“Ada-lah! Dengar ya? Kalau aku ke perpustakaan buat baca buku kan … harus difoto, tapi baju yang kupakai sekarang, hm, kau juga lihat sendiri, kan?” Baju yang Manwol kenakan terlalu terkesan ‘main-main’ untuk seseorang yang pergi ke perpustakaan. Dia perlu ganti baju.

“Oh! Kau minum kopi dulu saja di sini sambil menunggu. Tidak akan lama kok. Ya? Sebentar.” Manwol akan bergerak secepat kilat ke Del Luna untuk ganti baju dan kembali ke sini dalam sekejap mata, tapi—

“Tidak usah. Duduk saja, duduk. Lagi pula kita tidak akan benar-benar membaca buku kok. Aku mengajak Anda untuk mencari hantu yang menempel di sebuah buku.”

HOTEL DEL LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang