01 - 7 : TUTUP KESEMPATAN

2.8K 190 1
                                    

"Sudahlah, manusia itu bisa mati kalau tidak makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudahlah, manusia itu bisa mati kalau tidak makan.” Manwol sibuk memfoto-foto bakpao dan interior rumah makan sementara Chanseong bersedekap marah di hadapannya. “Makanya aku mengajakmu ke sini, supaya kau tidak mati,” katanya, masih sambil memfoto-foto.

“Kau tahu acara ‘Makan Sampai Mati’, kan? Katanya, rumah makan ini hanya menjual 30 porsi bakpao setiap harinya. Mereka tidak akan menerima pesanan lagi kalau sudah lebih dari itu. Tuh, lihat. Terlambat sedikit, kita tidak akan kebagian.” Manwol melirik seorang koki yang memasang tanda ‘Pemesanan Ditutup’ di pintu rumah makan.

Chanseong tidak peduli pada apa pun itu, tapi dia mulai bertanya. “Ehem. Apa ... aku harus terus melihat yang seperti tadi setiap saat?”

“Tidak juga,” jawab Manwol, santai. “Tadi itu kau hanya sedang sial. Tidak semuanya menakutkan kok. Contohnya, hm, dia. Lihat dia.” Manwol menunjuk ke arah hantu anak kecil yang sedang sangat lahap menikmati bakpao di meja paling sudut rumah makan.

” Manwol menunjuk ke arah hantu anak kecil yang sedang sangat lahap menikmati bakpao di meja paling sudut rumah makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Anak seperti itu tidak begitu menakutkan, kan? Sepintas, dia terlihat seperti manusia. Kebanyakan hantu, ya, seperti itu. Tenang saja.” Manwol mulai mengambil bakpao yang masih mengepul panas dengan sumpitnya.

Chanseong tetap merinding saat melihat hantu anak kecil itu. “Kenapa dia ada di sana dan makan bakpao begitu?” tanyanya, bukan penasaran.

“Biasanya sih mereka yang berkeliaran seperti itu adalah manusia yang mati mendadak, atau tidak tahu kalau diri mereka sendiri itu sebenarnya sudah mati. Ada juga yang menginginkan sesuatu tapi tidak sempat terwujudkan saat masih hidup. Kalau anak itu, mungkin, suka makan bakpao? Entahlah, aku juga tidak tahu.” Manwol meniupi bakpaonya.

“Lalu kenapa Anda harus membuatku jadi bisa melihat yang seperti itu?” Chanseong perlu penjelasan.

“Kau akan tahu jawabannya kalau datang ke Del Luna.” Manwol pintar sekali dalam ‘bernegosiasi’.

Chanseong tidak tahan lagi.

“Makanya, seharusnya kau datang saja kalau kusuruh datang. Daripada repot begini, kan? Argh, panas.” Manwol mencoba menggigit bakpao, dan ... Chanseong keheranan karena adegan kepanasan Manwol barusan.

HOTEL DEL LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang