Siang benderang pada tahun 2019. Setelah 21 tahun, Gu Chanseong yang tadinya hanyalah bocah manis yang katanya baik dan pintar telah berubah menjadi pria berjas yang amat rapi. Dia juga memakai sepatu kulit cokelat yang mengkilat. Dia terbang dari hotel di Singapore ke Royal Palace di Korea Selatan untuk menjadi manajer di sana.
Direktur Yeo nampak puas melihat resume yang diajukan Gu Chanseong. Dia berkata, “Anda tidak akan menyesal jauh-jauh pindah dari Royal Pacific di Singapore ke hotel kami di sini. Mari kita bekerja sama.” Dia mengajukan jabatan tangan.
Gu Chanseong menjabatnya sambil berkata, “Terima kasih telah mempercayakan peran yang besar di hotel ini kepada saya.”
Direktur Yeo tersenyum. Dia bicara, “Anda menolak tawaran kami tahun lalu, kenapa kali ini Anda menerimanya?”
“Karena 20 tahun telah berlalu,” jawab Chanseong, mantap, tapi membingungkan Direktur Yeo. “Saya pernah membuat janji dengan mendiang ayah saya, bahwa saya tidak akan pernah kembali ke Korea sebelum 20 tahun berlalu. Tahun lalu itu genap 20 tahun, sedangkan sekarang sudah lewat satu tahun dari yang dijanjikan. Karena itulah saya menerima tawaran ini.”
“Sepertinya ada sesuatu yang sangat penting yang mengharuskan Anda membuat janji seperti itu dengan mendiang ayah Anda.”
“Ya, tapi itu bukan karena kejahatan, hutang, atau semacamnya. Janji itu dibuat karena ... semacam mitos, untuk menghindari kesialan dan ketidakberuntungan katanya.”
“Ohohohohoh. Yah, orang tua kadang memang suka seperti itu. Jangan menikah di usia 29-lah, anak pertama jangan menikah dengan anak ketiga-lah, dan yang lainnya. Tapi tidak ada salahnya, sih, kita menghindari kesialan. Bukan begitu?”
Chanseong setuju. Lalu dia bertanya, “Apakah 20 tahun yang lalu di Seoul ini pernah ada hotel yang seluruh dindingnya dirambati english ivy, memiliki sky bar yang berada di ketinggian lebih dari seratus lantai, dan memiliki kolam renang luar biasa besar dan berombak yang sepintas terlihat seperti laut?”
“Bagaimana?” Direktur Yeo tidak salah dengar.
Chanseong menghembus. “Tentunya tidak ada, kan?” ucapnya, kemudian, dengan lega.
Keluar dari ruangan Direktur Yeo, Chanseong diantar oleh seorang karyawan menuju ruang kerjanya di hotel ini. Di perjalanan, mereka mengobrol tentang tempat tinggal Chanseong di Seoul ini yang adalah di rumah temannya untuk sementara dan kemudian karyawan itu pun memberi tahu bahwa ada yang mengirimkan hadiah ulang tahun untuk Chanseong ke hotel ini.
Chanseong terperanjat. Apakah hadiahnya adalah bunga primrose kuning? Jawabannya adalah ‘ya’. Bunga itu sudah lebih dulu berada di ruang kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOTEL DEL LUNA
FanfictionNovelisasi dari drama Korea yang ditulis oleh Hong Jeongeun dan Hong Miran, penulis drama HWAYUGI dan MY GIRLFRIEND IS A GUMIHO. Del Luna adalah hotel untuk para arwah yang tersesat dan masih memiliki pengharapan atas dunia manusia. Hotel ini membe...