Dengan berbagai cara dan koneksi, Chanseong dapat bertemu dengan kakak perempuan dari Tamu Kamar 13. Mereka bicara tentang tamu itu sambil minum kopi di suatu kafe.
Kakak Tamu bercerita, “Sudah lima tahun adik saya meninggal, tapi video itu masih saja beredar di internet. Kalau Anda pernah mendengar kesaksian korban kasus serupa, Anda pasti sangat tahu, kalau video semacam itu tidak bisa menghilang sepenuhnya dari peredaran.”“Ya. Lalu bagaimana dengan pelaku? Apakah dia mendapatkan hukuman yang setimpal?” Chanseong turut prihatin.
Kakak Tamu mendesis, “Hukuman? Mereka hanya membayar denda sementara adik saya meninggal. Sangat tidak adil.”
Chanseong merasa tidak enak, tapi … dia harus mencari tahu. “Apakah … orang ini juga terlibat dalam kejadian itu?” tanyanya, menunjukkan foto pemilik ponsel yang dilihat Kim Yuna.
“Ya. Dia senior adik saya di kampus.” Kakak Tamu langsung mengenali orang itu tanpa ragu. “Videonya tidak sengaja terkirim ke group chat jurusan mereka, dan … dari sanalah semuanya berawal. Orang-orang yang dikenal dan bertemu dengan adik saya setiap hari tiba-tiba jadi membicarakan dan menertawakannya di belakang sambil memutar video itu.”
“Sekarang Anda masih ingat, siapa saja yang menonton video itu?”
“Saya tidak mungkin bisa melupakannya. Saya ingat setiap orang dan nama mereka. Seandainya saat itu salah satu di antara mereka ada yang sadar kalau kiriman itu adalah suatu ketidaksengajaan, video itu tidak akan tersebar seluas ini. Dengan begitu, adik saya … tidak akan meninggal ….
…. Dia mengunci diri di kamar selama berhari-hari, dan terus terhubung ke internet untuk mencari tahu apakah videonya masih ada atau tidak di sana. Dan akhirnya, adik saya meninggal karena depresi.” Kakak Tamu menarik napas karena sesak. “Di Alam Baka sana, adik saya pasti sudah tenang, kan?” dia bukan bertanya dan ….
Chanseong menjawabnya, dengan segala penyesalan, bahwa, “Ya, semoga saja begitu. Saya juga berharap, dia tenang di alam sana.”
Kakak Tamu menenangkan diri. “Orang yang merekam video itu dan memperjualbelikannya adalah salah satu dari anggota group chat itu,” sebutnya, membuat Chanseong penasaran dan agak terkejut.
“Dan lucunya, orang itu merintis situs berbagi vide, hidup sukses, dan menjadi yang paling kaya dibanding yang lain.” Itulah yang membuat Kakak Tamu amat sangat membencinya.
Berdasarkan informasi mendetail dari Kakak Tamu, Chanseong dapat menyaksikan langsung kehidupan sukses orang itu. Perusahaannya benar-benar besar, dan dia nampak berseliweran dengan mobil mewahnya dan seorang sopir serta banyak karyawan yang menghormati pada setiap langkahnya.
“Dia benar-benar hidup sukses, membuatku kesal saja,” geram Chanseong, di depan perusahaan orang itu, dengan Manwol—yang sedang mengunyah kue kering—di sampingnya.
“Jangan terlalu marah. Buang-buang energi saja. Ini enak lho. Coba deh.” Manwol menyodorkan toples kuenya pada Gu Chanseong, yang ternyata isinya hanya tinggal satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOTEL DEL LUNA
FanfictionNovelisasi dari drama Korea yang ditulis oleh Hong Jeongeun dan Hong Miran, penulis drama HWAYUGI dan MY GIRLFRIEND IS A GUMIHO. Del Luna adalah hotel untuk para arwah yang tersesat dan masih memiliki pengharapan atas dunia manusia. Hotel ini membe...