09 - 1 : BERPIKIR BAIK-BAIK

945 96 0
                                    

Manwol pergi dan menghilang. Chanseong kecewa sekali dan tidak pernah menyangka bahwa ini akan terjadi. Dengan berat, Chanseong pun melangkah keluar dari Del Luna yang sudah bukan Del Luna lagi. Manwol mengamati semuanya—melalui teropong, bersama Sarjana Kim, dari suatu tempat yang entah berada di mana.

 Manwol mengamati semuanya—melalui teropong, bersama Sarjana Kim, dari suatu tempat yang entah berada di mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Manajer Gu pasti kebingungan sekali. Dia kan pernah bekerja dengan kita, seharusnya kita meninggalkan sedikit pesan untuknya.” Sarjana Kim bukan mencemaskan Gu Chanseong.

“Aku sudah meninggalkan sesuatu untuknya. Bukan pesan, tapi pesangon. Salam perpisahan yang jelas dan tak terbantahkan.” Manwol meninggalkan lukisan Gunung Baekdu, seperti yang telah Chanseong ketahui.

“Yah, rupanya Gu Chanseong itu hanya sekedar manusia ke-99 bagi Anda.”

“Tidak, Gu Chanseong berbeda. Hanya saja … aku tidak mau menjadi tidak berdaya. Aku berusaha melepaskan diri dari istilah itu.” Manwol tidak mau, sekali lagi, menjadi lemah di hadapan siapa pun lalu menanggung semua akibatnya sendirian. Dia tidak akan sanggup.

“Sepertinya baru kali ini aku mendengar kalimat menyentuh seperti itu keluar dari mulut Anda. Ah, tidak. Mungkin … aku pernah mendengarnya 500 tahun yang lalu,” pikir Sarjana Kim, mengingat-ingat.

“Lima ratus tahun?” Manwol pura-pura terkejut. “Sudah se-lama itu kau mati? Ngapain saja kau selama ini? Kenapa masih belum berpulang juga?"

“Eherm. Tidak sepantasnya aku mendengar kalimat semacam itu dari hantu yang bergentayangan selama lebih dari seribu tahun,” sindir Sarjana Kim, tidak cukup berhati-hati.

“Kalau aku, kan, gak berpulang gara-gara terikat sama Pohon Bulan.” Manwol sibuk membersihkan lensa teropongnya.

“Aku juga belum berpulang karena rasa maluku belum sepenuhnya bersih di sini. Kalau berpulang sebelum semuanya beres, bagaimana aku akan menghadap para leluhurku di Alam Baka sana?” Sarjana Kim tidak mau kalah.

“Chist. Kalaupun berpulang nanti, belum tentu kau akan bertemu dengan para leluhurmu itu. Mereka pasti sudah bolak-balik berreinkarnasi. Ngapain mencemaskan hal yang gak perlu?” Manwol terus melap teropongnya dengan ujung tudung.

Sarjana Kim melirik. “Memangnya kenapa kalau aku tetap tinggal di hotel? Justru Anda-lah yang seharusnya cemas. Anda yakin, akan baik-baik saja setelah melepaskan Manajer Gu yang adalah kesempatan emas bagi Anda untuk berpulang ke Alam Baka?”

Manwol terdiam sebentar, lalu, “Aku tidak akan berpulang begitu saja. Kau juga percepatlah pergerakanmu, segera bersihkan rasa malumu yang masih tertinggal itu. Waktunya tidak banyak lagi. Kalau kau tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu, berpulanglah dengan Bus Baka tanpa penyesalan. Tamu kita, bagaimana? Sudah kau urus semua?”

“Berkat bantuan Dewa Kematian, semuanya berjalan lancar. Tapi ada beberapa yang kebingungan karena hotel tiba-tiba berpindah.” Sarjana Kim bercerita.

HOTEL DEL LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang