Karena cemas, Ji Hyunjung menemui Gu Chanseong di ruang kerjanya. “Tadi Anda terkena Kesumat, kan? Seharusnya Anda lebih berhati-hati terhadap hantu yang sedang marah,” sebutnya, dengan kening mengkerut dan bahu yang tidak bisa diam.
“Tidak terlalu sakit kok,” kata Gu Chanseong, bukan menenangkan.
“Masalahnya bukan sakit atau tidak. Anda itu terkena Kesumat.”
“’Kesumat’?”
“Energi negatif orang tadi menyasar jantung Anda.”
“Ouh. Itu berbahaya ya?”
“Ya. Tapi karena Bu Direktur menjaga Anda tadi, tidak akan terjadi apa-apa.”
“Direktur Jang … menjagaku? Ey, tidak mungkin. Dia itu, pasti, turun tangan karena terganggu. Tadi itu kan berisik sekali.” Chanseong menyangkal, karena menurutnya tidak mungkin Jang Manwol bertindak sebaik itu.
Ji Hyunjung lebih dari yakin. Katanya, “Bu Direktur itu, mau ada tamu yang berkelahi sampai berdarah-darah pun, gak pernah peduli, kecuali tadi. Sepertinya Bu Direktur tidak mau Anda kenapa-napa, makanya beliau turun tangan langsung.”
“Aku … bukan tipe orang yang gampang kenapa-napa begitu.” Chanseong membela diri, dengan dehem yang jelas-jelas terdengar kikuk.
“Yang jelas, tadi itu Anda terkena Kesumat. Anda harus menaburi diri dengan garam untuk berjaga-jaga. Jangan lupa ya?” kata Ji Hyunjung, lalu pergi untuk kembali ke pekerjaannya di meja depan.
Chanseong menghembus berkali-kali, dengan perasaan malu, gengsi, dan sebagainya—karena walau bagaimanapun dia adalah laki-laki. Bagaimana mungkin dia membiarkan dirinya ‘dijaga’ oleh Jang Manwol? Hm ….
Di antara banyak amplop baru yang ada di mejanya ada satu yang rasanya agak asing. Dia pun membuka amplop itu, dan ternyata isinya adalah suatu buku dengan potret laut di sampul depannya. Chanseong jadi teringat pada percakapannya dengan Jang Manwol terakhir kali di tepi Pantai Del Luna. Dengan mengingat kesedihan yang Manwol rasakan ketika itu, Chanseong mulai membuka buku itu lembar demi lembar dan … memarah karenanya.
Dia mendatangi ruang kerja Jang Manwol dengan kasar, dan menuntut—Jang Manwol yang sedang santai mewarnai kuku, “Jang Manwol-ssi, ada yang harus aku pastikan sekarang juga.”
“Kalau cuma mau ngomel, nanti saja. Aku perlu ketenangan untuk mewarnai kuku-kukuku. Kalau gara-gara kau hasilnya jadi jelek, awas saja.” Manwol mencibir galak sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOTEL DEL LUNA
Fiksi PenggemarNovelisasi dari drama Korea yang ditulis oleh Hong Jeongeun dan Hong Miran, penulis drama HWAYUGI dan MY GIRLFRIEND IS A GUMIHO. Del Luna adalah hotel untuk para arwah yang tersesat dan masih memiliki pengharapan atas dunia manusia. Hotel ini membe...