03 - 3 : TIDAK PENTING

1.5K 127 0
                                    

Cururuk, Manwol menuangkan anggur kesukaannya ke dalam gelas tinggi di hadapan para karyawan sambil sedikit bersenandung dan bicara, “Sekarang hotel kita sudah punya manajer manusia yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cururuk, Manwol menuangkan anggur kesukaannya ke dalam gelas tinggi di hadapan para karyawan sambil sedikit bersenandung dan bicara, “Sekarang hotel kita sudah punya manajer manusia yang baru. Aku berhasil membelokkannya dari hotel yang masuk majalah Forbes itu. Dia pasti sangat bisa diandalkan.”

“Saya tahu dia itu lulusan sekolah tinggi yang sangat bagus, tapi hotel kita tidak membutuhkan gengsi yang seperti itu. Kita butuh manusia yang bernyali tinggi, sedangkan manajer kita yang baru itu kelihatannya sangat penakut. Saya tidak yakin,” pendapat Sarjana Kim, tentang Gu Chanseong.

“Bagaimana kalau kita kosongkan posisi itu dulu untuk sementara dan pertimbangkan kembali baik-baik antara manusia Nomor Satu dan Nomor Dua?” sambung Kepala Choi, menyarankan.

Ji Hyunjung agak terkejut. “Kita punya dua manusia lain selain Gu Chanseong?” tanyanya.

“Tentu saja, dan ... bukankah Si Nomor Satu bisa melakukan pengusiran setan?” Sarjana Kim menyambung lagi, dengan agak condong pada Si Nomor Satu itu.

Manwol meremas gelas anggur yang sedang dipegangnya, sampai ber-kereket. Katanya, “Dia keras kepala. Tidak berguna. Setelah diberi ‘penglihatan’, dia hanya mau ‘mengurus’ satu hantu.”

“Kalau hantu itu sudah tertangkap, Nomor Satu pasti akan mau datang dan bekerja di sini,” kata Kepala Choi, berdasarkan syarat yang diajukan oleh Si Nomor Satu itu.

“Tidak akan. Hantu itu terlalu kuat untuknya.” Manwol tidak mau menunggu Si Nomor Satu.

“Lalu, kalau Nomor Dua, kelebihannya apa?” tanya Ji Hyunjung, ingin tahu.

“Dia pilot pesawat tempur. Direktur Jang jauh-jauh pergi ke Amerika untuk menjemputnya, tapi dia menolak dan malah pergi lebih jauh lagi,” cerita Sarjana Kim, terkesan lelah.

“Pergi lebih jauh lagi? Ke mana?"

Sarjana Kim menunjuk ke arah atas dan, “Bulan,” jawabnya, tentang Si Nomor Dua, membuat Ji Hyunjung menganga bulat hingga ke kedua lubang hidung.

“Aku tidak butuh Nomor Satu ataupun Nomor Dua. Kita sudah punya Gu Chanseong. Itu cukup.” Manwol menutup acara tukar pendapat dengan tegas.

“Ruangan untuknya sudah siap. Sebelum meninggal, Manajer No merapikan ruangannya dengan sangat bersih. Sepertinya saat itu dia tahu kalau umurnya tidak panjang lagi,” lapor Kepala Choi, dengan agak sedih, dan Manwol jadi teringat kembali akan Manajer No.

“Tiga puluh tahun bekerja di sini, tapi dia tidak meninggalkan satu jejak pun,” hela Sarjana Kim, sangat menyayangkan.

“Kata siapa? Itu. Manajer No yang memotret foto itu,” kata Ji Hyunjung, sambil mengangguk ke arah foto Jang Manwol di depan Del Luna yang diambil beberapa hari sebelum Manajer No meninggal.

“Banyak sekali manusia yang pernah bekerja di sini, tapi semuanya terasa samar bagiku,” kata Sarjana Kim, sambil memandangi potret-potret Jang Manwol di dinding yang semuanya diambil oleh karyawan manusia.

HOTEL DEL LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang