“Ternyata hotel ini lebih keren dari yang kuduga. Aku jadi ingin cepat-cepat bekerja di sini,” kata Kim Yuna, seusai melihat-lihat hotel bersama Ji Hyunjung. Sekarang mereka ada di lobi utama.
“Tidak bisa,” kata Ji Hyunjung, “kan sekarang masih ada Pak Manajer di sini.”
“Kalau begitu, aku magang dulu saja. Aku akan dengan senang hati melakukan tugas pelatihan di sini.” Kim Yuna berjalan-jalan lagi melihat-lihat lobi.
Ji Hyunjung terkikik geli. “Kawan, ini sudah malam. Anak sekolah seharusnya sudah tidur di rumah. Besok kan harus sekolah. Kawan? Kawan.” Kim Yuna tidak mau mendengarkan dan malah terus berkeliling.
Sementara itu, di rumah, Sanchez telah kembali sehat dan sedang bersih-bersih. Tapi dia menjadi lebih waspada terhadap segala sesuatu. Dia bersiap melempar guci saat suara langkah-langkah kaki terdengar, dan ternyata pemilik suara itu adalah ... “Mira-ssi?” Sanchez mengenalnya.
Perempuan bernama Mira ini tersenyum. “Lama tak jumpa. Aku ke sini untuk mencari Chanseong,” katanya, dengan tenang.
Chanseong yang Mira cari sedang mengantar Lee Sumin berpulang di depan Terowongan Baka. Lee Sumin menitipkan gunting Nenek Cinta padanya. “Terima kasih telah membantuku memutus ikatan itu sebelum terlambat,” ucapnya, setulus hati.
“Semoga perjalanan Anda lancar dan damai,” ucap Chanseong, lalu saling membungkuk dengan Lee Sumin dan membukakan pintu mobil untuknya.
Jang Manwol dan Dewa Kematian menyaksikannya di tidak jauh. “Gunting itu milik Nenek Mago ketiga, kan? Dia datang seenaknya saja ke sini, tanpa izinku,” desis Manwol, sinis.
“Pria itu yang pergi menemuinya terlebih dahulu,” jawab Dewa Kematian, sambil memandangi Chanseong.
Manwol mencibir. “Chist. Sekarang semua Nenek Mago ikut-ikutan membantu Gu Chanseong.”
“Yang dibantu oleh Nenek Mago itu adalah kau. Pria itu akan menjadi satu-satunya manusia yang mengantarmu berpulang.” Dewa Kematian memperingatkan dan memberi tahu.
Oh, benarkah? Manwol tidak cukup yakin tentang itu. Dia dan Gu Chanseong berdiam diri sementara Dewa Kematian pergi bersama Sedan Baka dan arwah yang dijemputnya.
Kemudian Chanseong bicara, “Di hotel tempat kerjaku sebelumnya, aku selalu merasa bangga saat mengantar tamu pergi. Tapi, kalau di sini ... rasanya agak sedih.” Dia menghela dan menghembus.
“Karena tamu di sini pergi untuk selamanya,” sambung Jang Manwol, menjawab.
“Gu Chanseong, kau itu pintar bekerja. Nenek Mago tidak salah pilih. Pantas, kau juga disukai oleh mereka semua.” Manwol berkata dalam diam.
Chanseong mengernyit, “Anda tahu kalau aku pernah bertemu dengannya? Aku diminta untuk mendampingi Anda, supaya Pohon Bulan berdaun juga berbunga,” dan Chanseong tidak menolak permintaan itu.
“Kau ... masih selalu memimpikanku, kan?” Manwol bertanya dan mengamati, dan Chanseong mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan itu.
Manwol mengerti. “Kalau begitu, teruslah dampingi, perhatikan aku baik-baik, dan antar aku berpulang, seperti yang Dewa kehendaki.”
Chanseong terdiam sangat hening.
“Aku akan dengan senang hati menjadi tamu terakhirmu, karena aku suka cara kerjamu,” lanjut Manwol, sambil tertawa. Dia menertawakan dirinya sendiri.
“Tapi, Gu Chanseong, saat mengantarku pergi nanti, kau jangan bersedih.” Manwol bersungguh-sungguh untuk yang satu itu. Dia tidak ingin satu-satunya manusia yang mengantarnya berpulang nanti ini ... bersedih karena dirinya.
Manwol berpaling untuk kembali ke hotel, tapi Chanseong menahannya. “Apa? Kenapa? Kau mau aku pergi sekarang?”
Chanseong melepaskan tangannya dari Jang Manwol.
“Tak usah terburu-buru, sekarang masih belum saatnya. Kau pikir, aku akan pergi dengan mudah dan tenang begitu saja? Sebelum itu, aku akan membuatmu sengsara, menderita, dan muak dulu padaku. Saat aku pergi nanti, mungkin kau akan tertawa, gembira, dan lega sekali. Hah,” sinis Manwol, dengan menyedihkan, lalu pergi.
Chanseong menghela sabar karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOTEL DEL LUNA
Fiksi PenggemarNovelisasi dari drama Korea yang ditulis oleh Hong Jeongeun dan Hong Miran, penulis drama HWAYUGI dan MY GIRLFRIEND IS A GUMIHO. Del Luna adalah hotel untuk para arwah yang tersesat dan masih memiliki pengharapan atas dunia manusia. Hotel ini membe...