Seperti janjinya, Yena mengantarkan Yuri pulang kerumah sekalian mau bertemu ibu Yuri.
Jam pulang kantor, bebek satu ini sudah berada dikantin membantu Yuri untuk menutup kantinnya dan mengangkat kardus makanan yang harus Yuri dibawa pulang.
Yuri naik kemobil Yena dan keduanya berangkat menuju rumah Yuri. Didalam mobil, Yena dan Yuri hanya terdiam dengan pikiran mereka masing masing.
"Pak... saya mau tanya sesuatu sama bapak" kata Yuri memecah keheningan.
"Yul, kalau lo mau nanya apa, tanya aja gak usah malu. Juga lo gak usah formal pake manggil bapak segala ke gue" kata Yena dengan mata yang fokus pada jalanan.
"Iya, Yena... gue mau nanya sama lo soal anak kecil yang dateng kekantin sama lo" kata Yuri pelan.
"Oh iya, si Nako. Terus?" tanya Yena.
"Dia bilang... lo itu appanya dia, lo udah punya anak?" tanya Yuri pada Yena.
Yena terdiam dan memikirkan dalam hati, apakah dirinya harus bercerita pada Yuri atau tidak soal Nako.
Dirinya takut itu malah menjadi boomerang untuk Yuri karena terkadang mengetahui masa depan membuat kita ketakutan dan kepikiran.
"Yen... lo gamau jawab gapapa. Gue ga--"
"Sebenarnya dia bukan anak gue, cuma dia anggep gue appanya karena suatu hal" kata Yena memotong ucapan Yuri.
"Suatu hal apa?" tanya Yuri.
"Gue bakal kasih tau, tapi ga sekarang. Dan ini berhubungan sama lo juga" kata Yena pada Yuri.
"Berhubungan sama gue?"
"Suatu hari nanti, Yul... lo akan ngerti"
Sampai dirumah Yuri dikawasan perumahan kecil, Yen dan Yuri masuk dengan Yena yang menggendong kardus besar ditangannya.
"Eomma... Joyul pulang" kata Yuri memanggil ibunya.
Seorang wanita paruh baya keluar dari kamar sambil tersenyum menatap putrinya, lalu pandangannya dialihkan pada laki laki bebek disebelah Yuri.
"Eh ada tamu.. Pak Manager Choi? ada apa pak? Aduhh maaf bapak harus bawa kardus" kata ibu Yuri bergerak mengambil kardus dari tangan Yena namun ditolak oleh Yena.
"Imo-nim biar Yena aja. Imo lagi sakit, jadi duduk saja" kata Yena.
"Yul, ini taroh dimana?" tanya Yena pada Yuri.
"Taroh dapur aja, Yen" Yena langsung berjalan menuju dapur yang ditunjuk oleh Yuri dan meletakan kardus itu.
Yena kembali dan melihat ibu Yuri beranjak menuju dapur.
"Imo mau kemana? mau masak? biar Yena bantu ya?" tanya Yena bertubi tubi.
"Enggak, mau buat minum buat pak manager. Bapak duduk dulu, saya buatkan minum" kata ibu Yuri namun ditahan oleh Yena.
"Imo-nim istirahat aja. Saya gapapa, nanti saya buat sendiri aja sama Yuri" kata Yena merangkul pundak ibu Yuri dan menuntun ibu Yuri duduk disofa ruang tamu.
Yuri melihat Yena yang bergetar dan sepertinya berusaha mengalahkan rasa nervousnya dengan ibunya langsung tersenyum karena Yena terlihat lucu saat ini.
Setelah ibu Yuri duduk, Yena ikut duduk disebelah Yuri dan menatap ibu Yuri yang mengatur nafasnya.
"Maafkan saya pak Choi, saya sudah tua sering sakit sakitan" kata ibu Yuri.
"Itu wajar, jadi istirahatlah" kata Yena pada ibu Yuri.
"Eomma, Yena mau jenguk eomma. Jadi Yuri mau mandi dulu ya" kata Yuri langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
