Hundred Twenty Ninth

1.1K 172 26
                                    

Persidangan kembali di gelar, Haruto dan Aisha kembali dipanggil untuk melakukan sidang lanjutan.

Kali ini berbeda, karena hakim perempuan yang akan menggantikan hakim sebelumnya yang menangani kasus lain.

Jaksa penuntut juga di ganti menjadi jaksa perempuan dan kali ini akan di adakan langsung Jang Wonyoung sebagai saksi dan beberapa saksi lain.

"Kasus pertama, Watanabe Haruto berusia 19 tahun melakukan pelecehan seksual terhadap teman satu kampusnya, Jang Wonyoung berusia 18 tahun dan di dakwa sebelumnya dengan kurungan penjara 2 bulan oleh hakim karena beberapa pertimbangan!"

"Kasus kedua, Heo Yoorim berusia 29 tahun melakukan penyerangan terhadap Watanabe Haruto 19 tahun dan juga kelima temannya di kediaman korban. Heo Yoorim juga di duga terlibat dengan kecelakaan yang menimpa Shiroma Miru 20 tahun yang merupakan sahabat dekat dari Watanabe Haruto! Tuan Heo di dakwa hukuman kurungan tanpa batas oleh hakim!" kata Jaksa penuntut pada hakim perempuan.

Hakim perempuan itu mengamati Aisha dan Haruto secara cermat lalu menulis sesuatu dalam catatannya lalu mengaktifkan tombol microphonenya.

"Kasus kedua! Tuan Heo Yoorim akan saya bahas lebih awal!" kata Hakim.

"Silahkan, Tuan Heo menuju ke kursi hadapan Hakim!" kata Jaksa penuntut yang langsung dituruti oleh Aisha.

"Saya ingin mendengar langsung mengapa kamu melakukan penyerangan terhadap Watanabe Haruto dan kelima temannya? dan apakah kamu terlibat dalam kecelakaan yang terjadi pada Shiroma Miru?" tanya Hakim menatap tajam Aisha.

"Karena Haruto memperkosa Wonyoung, dan teman temannya membantu Haruto untuk membawa Wonyoung dan menghalangi saya masuk! Saya tidak mencelakai Shiroma Miru, mobil itu bukan milik saya walaupun darahnya adalah milik saya!" kata Aisha datar.

"Bohong!! Bagaimana bisa darah menempel tiba tiba jika bukan karena dia adalah pelaku atau korban? Jika tuan Heo adalah korban saya akan memaklumi, tapi jika tuan Heo bukan korban berarti dia adalah pelaku!" kata pengacara Haruto membuat semuanya berbisik.

"Ya karena klien lo kriminal lah!! Karena apa lagi bro!" teriak bebek dari kursi hadirin.

"Bener tu!! Bener!!" teriak curut yang lain membela.

"Harap tenang!" kata Hakim yang langsung menatap Aisha.

"Menurut kepolisian, mereka memiliki bukti berupa darah yang adalah milik tuan Heo dan sudah di uji! Hasilnya positif darah tuan Heo!" kata Jaksa penuntut menunjukan foto di layar.

"Maka dari itu kami akan memunculkan saksi, yaitu penjual es krim yang saat itu berada di tempat kejadian!" kata Jaksa memanggil penjual es krim yang duduk menggantikan Aisha yang kembali ke kursinya lalu mengucap janji kejujuran.

"Apakah anda ada di tempat kejadian kecelakaan saat itu?" tanya Jaksa pada penjual es krim itu.

"Saya tidak di tempat kejadian kecelakaan, tapi tempat kejadian dimana darah itu bisa berada di mobil pelaku... saat itu tuan Heo dan keponakannya akan membeli es krim dengan saya, ada mobil pelaku melaju dengan kecepatan tinggi membuat tuan Heo menahan mobil itu dan tangannya berdarah, itu penyebab darah itu ada di bagian depan mobil!" kata saksi.

"Apakah ada bukti yang bisa menjelaskan? Saksi bisa saja dibayar atau di sogok untuk memberikan pernyataan palsu!" kata pengacara Haruto.

"Untuk itu, saya minta untuk kepolisian menunjukan foto mobil dan keadaan depan daerah darah itu!" kata jaksa menunjukan foto membuat semuanya membulatkan mata.

"Ada sesuatu yang menguatkan saya, di bumper itu tercetak tangan seseorang dan memang tuan Heo saat itu menahan dengan dua tangan kosong, tuan Heo sangat kuat!" kata saksi menunjuk pada bagian tangan yang tercetak di bumper depan mobil.

TUYUL CHIBI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang