Part 77

21.6K 2.7K 73
                                    

Eyy pada begadang nih??

________

Haechan menekan bel apartemen, dan tak lama Renjun membukakan pintu untuknya. Dari tempatnya, ia bisa mendengar Jaemin yang tengah menyanyikan lagu anak-anak dengan suara yang dibuat imut.

Sepertinya dia sedang bermain dengan putranya. Haechan tak bisa menahan senyumannya, dan terkekeh pelan.

"Dia menyanyi sejak satu jam yang lalu, rasanya kepalaku akan meledak sebentar lagi jika dia terus bernyanyi seperti itu..." ujar Renjun dengan kesal.

Haechan tertawa kecil, "tidak apa-apa, itu wajar baginya untuk merasa senang memiliki seorang anak. Kau juga tahu dia menyukai anak kecil bukan?" Haechan menatap saudaranya dengan senyuman.

Renjun hanya bisa menghela nafas panjang, ia tidak berdaya untuk menghadapi kekasihnya yang menjadi jauh kekanak-kanakan saat berhubungan dengan anak kecil.

"Oh kau sudah sampai?" Jaemin mengalihkan perhatiannya pada Haechan. Pemuda manis itu hanya mengangguk.

"Maaf merepotkanmu, hari ini aku harus rapat dengan para pemegang saham jadi aku tidak bisa menjaga Yeonwoo..." ujar Jaemin dengan menyesal.

"Tidak apa-apa, aku akan menjaganya untuk kalian. Lagipula aku senang bermain dengan Yeonwoo..." balas Haechan sambil tersenyum.

Jaemin lalu mengangguk, ia pergi menuju kamarnya dan mengambil jas yang belum ia pakai dengan dasi. Sementara Renjun tengah menyiapkan sarapan.

Ia menggendong Yeonwoo kecil, dan menimangnya sesekali. Sebuah lagu anak-anak ia nyanyikan dengan suara kecil. Yeonwoo tampak menikmati perlakuan Haechan padanya, dia bahkan tampak tenang tidak seperti saat Jaemin mengajaknya bermain tadi.

Sekarang Yeonwoo sudah tumbuh sedikit lebih besar, ia juga sudah bisa merespon saat ada yang mengajaknya bermain. Lemak bayi diwajahnya menambah kesan lucu pada bayi itu.

"Nana-ya! Cepat sarapan!!" Renjun berteriak dari arah dapur.

"Tunggu sebentar!!" balas Jaemin.

Ia buru-buru berjalan ke meja makan kecil, dan mulai memakan sarapannya dengan cepat. Jasnya sudah rapi, rambutnya juga sudah ditata dan tas kerjanya sudah ia simpan di kursi disebelahnya.

Setelah selesai, ia berjalan kearah Renjun dan mengecup singkat pipinya. "Aku berangkat."

Renjun hanya berdeham, tangannya masih sibuk mencuci peralatan makan.

Jaemin berjalan kearah Haechan lalu mencium pipi putranya dan mencubit pipi bayi Yeonwoo pelan. "Ayah berangkat."

Ia lalu keluar dari apartemen dengan terburu-buru, setelah itu suasana apartemen menjadi hening.

"Kelasku hari ini sampai sore, tapi Jaemin mungkin akan kembali lebih cepat jika pekerjaannya selesai." ujar Renjun sambil berjalan menuju kamar Jaemin untuk berganti baju.

"Tidak apa-apa, hari ini aku tidak ada kelas. Kalian tidak terlalu terburu-buru." Haechan menenangkan.

Tak lama, Renjun keluar dengan pakaian rapi. Ia membawa tasnya dan berjalan kearah dua orang lainnya, lalu mengecup kening putranya. "Aku pergi."

Setelah itu, ia keluar dari apartemen. Sekali lagi, apartemen menjadi sunyi. Haechan membawa tas khusus berisi peralatan dan kebutuhan Yeonwoo di punggungnya, sementara ia juga menggendong bayi itu.

Walaupun sedikit kesulitan pada awalnya, ia bisa mengurus semuanya. Saat ia menunggu lift, ia mengajak bayi itu bicara dengan suara pelan. Yeonwoo tampak senang karena diajak keluar. Tangan kecilnya menggapai-gapai udara, ia dan kakinya juga menendang-nendang.

Ia tampak menggemaskan, membuat Haechan mencubit pipinya pelan.

Saat lift terbuka, lagi-lagi ia bertemu dengan Mark. Rasanya Haechan ingin kembali ke apartemen Jaemin dan diam disana saja, dia tidak mau bertemu dengan Mark.

Dengan canggung ia memaksakan dirinya kedalam lift, dan berdiri dengan jarak cukup jauh dari Mark. Mereka kembali terjebak dalam suasana canggung yang aneh, hanya Yeonwoo kecil yang tampak bebas dan tenang.

Bayi itu tampak tidak terpengaruh dengan dua orang dewasa disana, dan dia sibuk bermain sendiri.

"Haechan..." ujar Mark memecah keheningan.

Pemuda manis itu tidak menjawab, menunggu Mark menyelesaikan perkataannya.

"Aku minta maaf.." sambungnya. "Aku benar-benar menyesal, saat itu... Aku terpengaruh oleh Mina. Aku bahkan tidak mempercayai pikiranku, tapi... Rasanya seperti tubuhku bukan lagi milikku." jelas Mark.

"Tidak apa... Aku mengerti." balas Haechan dengan suara kecil.

Setelah itu, keduanya kembali diam. Dan suasana canggung kembali lagi.

"Apa... Kau masih marah padaku?" tanya Mark dengan hati-hati.

Haechan hanya tersenyum tipis dan menunduk tanpa menjawabnya, dan kebetulan lift terbuka di lobi. Ia buru-buru keluar dan menghindari Mark, tanpa ada niatan menjawab pertanyaan darinya.

Di luar gedung, ia langsung menghentikan taksi dan pergi dari gedung itu. Kembali meninggalkan Mark sendirian disana, termenung.

Apa yang harus ia lakukan agar Haechan mau memaafkannya?

Di sisi lain, Jeno dan dua adiknya baru saja pulang dari sekolah. Hari ini, Yoona lah yang menjemput mereka. Mereka sangat senang, karena bisa membeli apapun yang mereka inginkan.

Jisung berkata bahwa dia ingin eskrim, jadi sekarang mereka sedang berada di kedai eskrim. Ketika ia sedang mengantre bersama sang nenek, ia melihat seorang anak seusianya bersama ibunya tampak bahagia.

Seketika, wajahnya menjadi sendu. Ia juga merindukan ibunya, dan sosok Haechan yang selalu ada untuk mereka. Tanpa terasa, air matanya meluncur begitu saja membuat Yoona khawatir.

"Jisungie, ada apa?" tanya Yoona dengan khawatir.

Jisung menatap sang nenek dengan bibir yang dimajukan, "Jisung merindukan Haechan hyung... Hiks... Biasanya kami akan bermain dengan Haechan hyung sambil belajar... Hiks... Sekarang... Hiks... Sekarang kami tidak bisa lagi bertemu dengannya..." tangan kecilnya mengusap air mata yang jatuh.

Yoona merasa tidak tega, cucunya itu pasti sangat bergantung pada Haechan sampai dia menjadi seperti ini. Kehilangan orang yang selalu ada disampingnya selama ini secara tiba-tiba, dia pasti merasa sedih.

Ia mengelus kepalanya, "kau benar-benar meeindukannya?"

Jisung mengangguk kecil.

"Apa kau ingin bertemu dengannya?" tanya Yoona dengan lembut.

"Jisung sangat merindukannya..." jawab anak itu dengan suara parau.

Yoona tersenyum, "bagaimana jika grandma mengajakmu untuk bertemu dengannya?"

Jisung langsung berhenti menangis lalu menatap neneknya dengan bingung, "hah?"

"Jisung ingin bertemu Haechan hyung bukan? Grandma bisa mengajakmu ke tempatnya..." jelas Yoona dengan sabar.

"Jisung mau!!" seketika dia langsung bersemangat lagi, padahal air matanya masih belum mengering.

Yoona tertawa gemas, lalu mencubit pipinya. "Kalau begitu setelah kita membeli eskrim, kita pergi. Oke?"

"Umm!!" Jisung mengangguk dengan penuh semangat.

Ah, ia benar-benar tidak sabar untuk bertemu dengan Haechan hyungnya lagi... Haruskah ia membawakan sesuatu untuknya? Tapi ia tidak membawa banyak uang jajannya...

Jisung mempoutkan bibirnya kecewa, padahal ini pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah sekian lama. Huffttt....

_______

To be continued

Happy New Year 2021\( ö )/

Semoga wish kita bisa terkabul aamiinn

Udah ya jangan Begadang lagi, tidur sana! Besok lagi yaa batreku juga udah mau abis hehe

Bai bai

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang