Setelah itu hening sejenak, sebelum Mark tiba dan memecahkan kecanggungan mereka.
"Haechan? Ada apa?" Tanya Mark.
Haechan langsung tersadar dan tersenyum kecil,"tidak ada. Jeno hanya mengucapkan selamat malam untukku." Jeno mengangguki ucapannya.
"Kalau begitu aku akan tidur. Haechan hyung, selamat malam.." Jeno berjalan kembali ke kamarnya dan meninggalkan kedua orang dewasa di dekat tangga.
Haechan menoleh kearah Mark,"tuan, mari.."
"Ah, tentu!" Mark berjalan di sampingnya dengan kikuk.
Keduanya benar-benar canggung setelah pembicaraan sore itu. Haechan terlalu malu untuk menatap Mark, dan Mark yang tidak tahu harus melakukan apa saat bersamanya. Mungkin jika ada Chenle disini, dia akan mengejek ayahnya karena kekonyolannya. Benar-benar!
"Apa Jeno mengatakan sesuatu yang buruk?" Tanya Mark.
Haechan menggeleng pelan,"Jeno anak yang baik, dia hanya hanya meminta hadiah yang ku janjikan saat dikebun binatang."
"Ah..benar, aku lupa tentang hadiah itu..." Mark menatap kearah pintu dengan pandangan kosong. "Menurutmu..apa yang akan dia sukai untuk hadiahnya?" Ia menatap Haechan yang berjalan di samping nya.
Mata mereka saling memandang satu sama lain, dan seketika jantung keduanya berakselerasi lebih cepat dari biasanya. Mungkin benar yang dikatakan sebuah frase, 'dari mata turun ke hati'. Itulah yang dirasakan keduanya, namun dengan egoisme keduanya perasaan yang mulai tumbuh itu dibiarkan dan ditolak mentah-mentah. Mulut mereka menolak, namun hati berkata lain. Hati yang selalu jujur dan tahu apa yang dibutuhkan, memilih satu sama lain untuk saling melengkapi. Lima detik terasa seperti ribuan tahun bagi keduanya, ada perasaan enggan saat salah satu dari mereka melepaskan tautan mata itu. Namun, sekali lagi.. pikiran yang logis menolak saran dari hati mereka.
Mark dan Haechan menjadi sama-sama canggung setelah itu, dan menghindari menatap satu sama lain. Hanya diam-diam melirik dari sudut mata untuk melihat dengan kagum pada apa yang dipilih oleh hati mereka.
"Jeno...bukan anak yang pemilih. Dia pasti akan menyukai apapun yang anda berikan, tapi...jika anda meminta saran dariku maka aku sarankan untuk mengabulkan permintaannya saat makan malam." Jawab Haechan dengan lembut, bibir berbentuk peach itu melengkung indah membentuk kurva senyum yang membuat Mark sedikit gelagapan.
Dengan kikuk ia mengusap kepala bagian belakangnya dan tertawa kering, "ahaha..kau benar. Baiklah.. aku akan datang dan mengosongkan jadwalku untuk hari itu. Kau datanglah juga, Jeno pasti akan sangat senang jika kau turut hadir di hari istimewanya."
Haechan mengangguk kecil, "tentu, tuan"
Tak terasa mereka sudah sampai di depan mobil, Mark dengan refleks membukakan pintu disamping kursi pengemudi untuk Haechan dan dihadiahi senyuman terima kasih dari si pemuda cantik. Rumah Haechan agak jauh dari kediaman Lee, itu karena tempat tinggal mereka berada di distrik perumahan sipil sementara mansion Lee berada di daerah Perumahan elite dengan penjagaan yang ketat. Cukup jelas bukan perbedaannya?
Selama perjalanan, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Mark dengan urusan perusahaannya dan Haechan dengan pernyataan Jeno beberapa waktu lalu. Keduanya benar-benar tak berbicara sampai akhirnya mobil berhenti di depan rumah Haechan. Namun sang pemilik rumah belum turun dari mobil dan malah menundukkan kepalanya malu-malu.
"Tuan.. Mark?" Tanya Haechan memecah keheningan diantara mereka.
Mark menatapnya penuh tanya, "ya?"
"Itu...s-soal..soal pernyataanmu sebelumnya... a-aku bersedia.." ujar Haechan dengan suara yang mengecil di akhir kalimat. "Tapi.. bisakah anda datang ke rumahku dan mengatakannya langsung pada ayah dan ibuku? Aku.. tidak ingin jika mereka tidak tahu dengan hal ini, dan malah mendengarnya dari orang lain. Juga..jika anda berbicara langsung dengan mereka, itu akan membuat kedua orang tuaku merasa diyakinkan."
Mark memandang kosong pada Haechan, apa? Apakah ia salah dengar atau ini mimpi? Haechan setuju?!! Benarkah??!! Jantungnya berdetak kencang, dan entah sudah berapa kali ia mengalami hal ini dihari yang sama Mark tidak tahu. Yang jelas ia sangat senang dengan jawaban yang diberikan oleh Haechan, dan pastinya ketiga jagoannya pun sama. Mereka akan senang memiliki ibu baru!! Terlebih itu adalah Haechan. Mereka akan sangat-sangat bahagia!!
Mark tersenyum lebar, ia lalu memeluk tubuh kecil Haechan dan membawanya dalam rengkuhannya. Berulangkali ia mengucapkan 'terima kasih' pada pemuda manis yang baik hati itu, membuat yang dipeluk merasa bahwa wajahnya panas seperti terbakar. Haechan hanya bisa diam mematung dalam pelukannya, dan tidak mengatakan apa-apa.
Barulah setelah Mark melepaskannya Haechan mengangguk kecil dan menunduk untuk menyembunyikan rasa malunya dan pipinya yang terbakar. Mark hanya terkekeh kecil melihat reaksi imutnya, dan mencubit pipinya pelan sambil tertawa kecil.
"Baiklah kalau begitu, aku akan menemui orang tuamu nanti bersama ayah dan juga ibuku. Mereka pasti akan senang, dan sebenarnya... karena jika aku pergi sendiri, ibuku akan mengomel panjang dan menuduhku melakukan hal-hal tidak baik." Mark menyanggupi permintaan Haechan dan mengelus surai madu miliknya.
Haechan mengangguk kecil, pipinya masih terasa panas jadi ia terus menundukkan kepalanya. "Kalau begitu.. selamat malam tuan, terimakasih atas tumpangannya."
"Tunggu.." Mark menahan tangannya, membuat Haechan kembali terduduk dan menatap Mark bingung.
Duda tampan itu sekali lagi mencubit pipinya dan tersenyum,"jangan panggil aku seperti itu, rasanya seperti aku ini seorang pria tua dengan perut bir yang menyukai daun muda..." Mark terkekeh kecil. "Panggil aku hyung saja."
Haechan tersenyum kecil, "tentu, hyung. Selamat malam.."
"Selamat malam, Hyuck.." Mark melambaikan tangannya dan menatap Haechan yang sudah memasuki rumah.
Setelah memastikan bahwa pemuda itu benar-benar sudah masuk, Mark melajukan mobilnya kembali menuju mansion miliknya. Ia juga menghubungi sang ibu untuk mengatakan rencananya.
"Halo, ibu.."
"Ya, ada apa Minhyungie?"
"Aku ingin ayah dan ibu pergi bersamaku ke rumah calon besan kalian."
Hening sejenak diseberang panggilan, lalu terdengar suara teriakan ibunya yang memanggil sang ayah dengan kencang. Mark menebak-nebak pasti saat ini orang tuanya tengah berada di sofa ruang keluarga dan berdekatan, lalu sang ibu berteriak tepat di telinga ayahnya. Membuat pria paruh baya itu mengerutkan keningnya dan menjauhkan dahi sang istri darinya sambil berkata, "kau berisik sekali."
Mark tertawa kecil saat membayangkannya, kedua orang tuanya dijodohkan sejak kecil dan karena itu pula keduanya menjadi teman dan akhirnya memiliki perasaan terhadap satu sama lain. Namun, cara mereka menunjukkan cintanya sangat unik. Membuat Mark dan Taeyong sebagai putra mereka hanya bisa menghela nafas panjang melihat kelakuan kekanakan keduanya saat menunjukkan cinta mereka.
Benar-benar menggelikan!!
To be continued
______
Semakin mendekati konflik=mau tamat
Ehehe
Semakin cepat juga PO pdf :3
Ayo yang mau ikut ngumpulin dulu ya
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Mom For Us
FanfictionKisah manis tentang seorang CEO duda tampan dan ketiga anaknya yang lucu. CEO tersebut bernama Mark Lee, dia adalah seorang single parents karena istrinya meninggal setelah melahirkan putra ketiga mereka. Mark yang terlalu mencintai istrinya tak ing...