Part 90

23.3K 2.6K 107
                                    

Satu part terakhir buat yg udah kasih dukungan hehe soalnya kuotaku abis :D

________

Esok harinya, Haechan duduk di halte dekat apartemennya. Hari ini Mark dan ketiga putranya akan menghabiskan waktu bersamanya, dan karena ucapan Jaemin kemarin Haechan menerima ajakan Mark itu.

Dia juga sudah mengatakan syarat yang diajukan oleh Jaemin pada Mark, dan tebak apa kata pria itu?

Dia akan melakukannya saat urusan dengan perusahaannya selesai, karena dia tidak mau datang ke rumah Haechan dengan tangan kosong. Setidaknya dia harus menunjukkan bahwa dirinya mampu dalam hal finansial dan tidak akan membuat Haechan kekurangan.

Selain itu, ayahnya juga meminta Mark atau lebih tepatnya mendesak dia agar menyelesaikan masalah perusahaannya secepat mungkin. Jadilah ia tidak datang secepatnya.

Semuanya perlu ada persiapan, pikir Mark. Karena ia akan datang tidak hanya untuk meminta maaf tapi juga untuk mengikat Haechan dalam hubungan yang lebih serius. Sekarang ini, bukan hanya kedua kedua putranya butuh sosok ibu tapi dia juga butuh sosok pendamping yang bisa mengerti dirinya.

Dan itu adalah Haechan. Hanya Haechan.

"Haechan hyung!!!" seru si kembar dari kursi belakang saat mereka sampai di dekat halte.

"Sudah menunggu lama?" tanya Mark saat ia menghampiri Haechan. "Maaf, tadi ada kemacetan saat kami dalam perjalanan."

"Ya!! Paman-paman itu tidak bergerak padahal lampunya sudah hijau!!" Jisung menyahut dari dalam mobil, kepalanya menyembul di jendela mobil.

Haechan tertawa kecil mendengarnya, lalu beralih untuk menatap Mark. "Aku tidak menunggu lama, tidak apa-apa."

Mark lalu mengangguk pelan dan tersenyum, lalu mempersilakan Haechan untuk duduk di kursi samping pengemudi.

Hari ini, Mark akan mengajak mereka ke Museum Nasional Rakyat Korea yang ada di daerah Jongno-gu, tepatnya di halaman istana Gyeongbokgung atas saran dari Haechan.

Dia ingin ketiga anak itu belajar mengenai sejarah leluhur mereka dan bisa menghargainya. Mark hanya setuju setuju saja, lagipula ia juga sudah lupa seperti apa rupa dari museum itu, terakhir ia pergi adalah ketika ia masih di sekolah menengah saat perjalanan wisata.

Itu saja dia tidak tahu apa yang dia lihat, pasalnya ia sedikit malas pergi ke tempat bersejarah. Membosankan, pikirnya.

Dan sekarang ia menyesali pikirannya dimasa lalu, ia tidak bisa menjawab dengan baik ketika ketiganya bertanya dengan antusias semalam. Alhasil, ia harus berselancar di internet untuk memuaskan keingintahuan mereka.

Bahkan secara terang-terangan Chenle mengatainya bodoh, Wibawa Mark sebagai seorang ayah hancur sudah karena hal ini.

Jadi hari ini, Haechan akan menjadi guide tour kelompok ayah-anak itu di museum nanti.

Tak lama, mereka sampai. Haechan membawa turun ketiganya sementara Mark membawa mobil ke tempat parkir yang tersedia. Dia sudah memesan tiket sebelumnya, dengan bantuan Jacob tentunya. Mark mana mengerti hal ini, dia kan gaptek.

"Ish!! Papa lama sekali! Padahal hanya tinggal memarkir mobil, memang apa susahnya?!" Chenle mendumel sembari menghentakkan kakinya.

Jisung mengangguk setuju, wajahnya tak kalah kusut dari saudaranya. Ia sudah tidak sabar ingin melihat seperti apa museum itu, dan apa saja yang bisa ia pelajari didalamnya.

Ia ingin pamer pada Huening nantinya, bahwa ia banyak belajar di museum!

Lain halnya dengan si sulung yang mengipasi dirinya menggunakan tangan kecilnya, cuaca hari ini sangat cerah bahkan saat pagi hari. Matahari bersinar sangat terang dan membuatnya gerah. Maklum saja, ini puncaknya musim panas.

"Maaf membuat kalian menunggu, aku kesulitan mencari tempat kosong..." Mark datang dengan nafas terengah-engah, pelipisnya juga dipenuhi keringat. Dia pasti berlari untuk bisa sampai di sini.

Haechan tersenyum dan mengangguk pelan, "ayo..." ia menggandeng tangan Chenle dan Jeno sementara Mark menggendong si bungsu.

Orang-orang yang melihat mereka banyak yang berhenti sejenak untuk menatap mereka lebih banyak, pasalnya mereka berlima tampak seperti sebuah keluarga yang datang untuk berlibur. Dan tampak family goals dimata orang yang melihat.

Apalagi dengan Jisung yang bermanja-manja pada Mark serta Chenle yang sesekali bertanya, mereka tampak manis dan bahagia sekali. Seolah-olah hanya ada mereka di tempat ini.

Sementara objek yang menjadi fokus semua orang tidak menyadari efek kedatangan mereka bagi pengunjung lain, dan sibuk dengan dunia mereka.

Saat masuk kedalam, ketiganya terpana. Bahkan Mark ikut terpana. Ratusan pajangan di dekat pintu masuk membuat mereka kagum, ada juga beberapa kelompok turis yang datang bersama pemandu mereka yang berkumpul dalam beberapa kelompok kecil.

Chenle langsung berlari menuju artefak yang berada tak jauh dari mereka, dan mulai bertanya dengan dengan antusias. Matanya berbinar penuh semangat dan rasa ingin tahu nya muncul seketika.

Dan dengan begitu, secara resmi Haechan menjadi pemandu mereka.

Di tempat lain, Felix tengah melakukan tugasnya. Menghack data perusahaan Kang Group.

Mulutnya tak pernah berhenti mengunyah kentang goreng yang dia beli, sesekali ia akan mengumpat tatkala menemukan hal yang luar biasa menurutnya. Sampai ia tak sadar, orang yang ia sukai duduk didepannya.

"Fokus sekali, sedang apa?" tanya orang itu.

Hampir saja kentang goreng yang sedang dikunyahnya Felix semburkan saking terkejutnya, ia menatap polos sosok didepannya itu dengan pipi yang menggembung lucu.

Sontak saja orang yang tadi berbicara itu terkekeh pelan dan mencubit pipi gembil Felix, "apa yang kau lakukan sendirian disini manis?" matanya menatap Felix dengan lembut.

Felix yang diperlakukan dengan manis seperti itu, hanya bisa memerah dan diam saja. Jiwanya sudah hilang saat melihat sang pujaan hati menggodanya seperti itu.

Tolong, demi tuhan jantung Felix tidak kuat dengan perlakuan manis yang sosok itu berikan! Bisa-bisa dia mati muda jika begini caranya...

Sosok itu, orang yang sudah sudah membuat hatinya berdetak tak karuan, yang membuatnya berkhayal setiap malam seperti seorang gadis. Seo Changbin.

Kakak tingkatnya yang terkenal dingin dan cuek, kini bersikap manis padanya. Rasanya Felix ingin menggigit pipi tembam Jisung saking senangnya.

Kapan lagi dia akan diperlukan seperti itu oleh pria yang dikagumi banyak orang?! Tuhan Felix ingin terbang saja rasanya...

To be continued

______

Hei, jika kalian suka dengan ceritanya dan ingin penulis lebih cepat update ayo dukung penulis dengan berikan pulsa ke nomor 089618726827 (10k=3 chapter)

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang