Part 103

22K 2.3K 99
                                    

Chapter depan end

________

Ayah Huang membuat gesture agar ketiga anak itu mendekat padanya. Ketiganya sontak menatap Haechan untuk meminta izin, setelah mendapat anggukan dari pemuda manis itu mereka berlari kecil menuju Ayah Huang.

Ayah Huang tersenyum dan mengusap kepala ketiganya bergantian, "jika paman adalah ayah mommy kalian, maka kalian harus memanggil paman dengan?"

"Kakek!!" Jawab Jisung spontan, mengundang gelak tawa para orang dewasa yang mendengarnya.

"Anak pintar..." Puji ayah Huang sambil mencubit pelan pipi tembam Jisung. "Jadi, kalian harus memanggilku apa...?"

"Kakek!!" Seru ketiganya bersamaan.

"Itu artinya... Mommy boleh tinggal bersama kami??" Tanya Jeno penuh semangat. Matanya berbinar senang.

Ayah Huang mengangguk kecil, "tapi kalian harus menepati janji yang kalian buat, kalian harus melindungi mommy dengan baik. Mengerti?"

Ketiganya mengangguk paham, "yes sir!"

Lalu, mereka semua tertawa. Begitu juga dengan ketiga anak itu.

"Kakek!!" Seru si bungsu, ia menghambur memeluk ayah Huang dengan senyuman lebarnya.

Dengan senang hati, ayah Huang merangkul tubuh kecilnya sambil tersenyum teduh.

"Aku menerimamu sebagai menantuku, tapi kau jangan menyentuh Haechan sebelum kalian menikah." Ujar ayah Huang pada Mark, di pangkuannya ada Jisung yang duduk dengan senang hati.

"Jadi... Kapan kiranya kita langsungkan pernikahan mereka?" Tanya Donghae setelah diam sejak tadi.

"Bagaimana menurutmu Mark?" Tanya ibu Lee dengan lembut.

"Haechan, kemari lah. Kita sedang membicarakan tentang pernikahanmu, kau juga harus ikut bagian dalam pembicaraan ini." Ujar Yoona sembari melambaikan tangannya dengan anggun.

Dengan langkah pelan tapi pasti, Haechan berjalan dan duduk di sofa tunggal disebelah ibunya. Chenle langsung menghampirinya dan duduk di pangkuannya, sementara Jeno duduk bersama ibu Lee.

Dalam sekejap saja, ketiga anak itu sudah akrab dengan keluarga Haechan. Mereka benar-benar menganggap ayah dan ibu Haechan sebagai Kakek dan nenek mereka sendiri, Mark lega karena orang tua Haechan bersedia menerimanya yang hanya seorang duda dengan tiga anak. Dia takut mereka tidak bisa menerimanya, apalagi ketiga anak-anaknya.

Tapi nyatanya itu semua tidak benar, mereka menerima Mark dan ketiga putranya dengan tangan terbuka. Walaupun ia tidak bisa menyentuh tunangannya, setidaknya mereka tidak menolaknya.

Ia tidak keberatan jika harus menunggu sampai mereka menikah, toh nanti ia akan punya banyak waktu dengan Haechan. Tidak menyentuhnya sampai keduanya menikah hanyalah ujian kecil untuk Mark.

Dengan begitu, kedua keluarga itu mulai membicarakan tentang rencana resepsi pernikahan kedua putra mereka.

Chenle dan Jisung hanya sesekali mengangguk dengan wajah polos. Mereka sama sekali tidak mengerti topik yang sedang dibicarakan, bahkan ketika grandma dan grandpa nya berdebat mengenai pesta seperti apa yang akan dilangsungkan, keduanya hanya memandang mereka dengan bingung.

Sementara si sulung hanya mengerti sedikit, dulu saat pernikahan aunty nya ia pernah mendengar pria manis itu berdebat dengan uncle Jae. Jadi, ia bisa sedikit mengerti dan sesekali memberi saran pada orang dewasa lainnya.

Jaemin sudah menebak bahwa Mark pasti akan diterima, dia hanya mengangguk dan beranjak menuju kamar Renjun. Ia merindukan dua orang tersayangnya.

Jaemin membuka pintu dan melihat Renjun yang tengah bermain dengan bayi kecil mereka, ia tersenyum tipis lalu menghampiri keduanya dan duduk di tepi ranjang.

"Eh? Kau tidak ikut diskusi dengan yang lain?" Tanya Renjun saat menyadari bahwa tunangannya ada di dekatnya.

Ya, mereka telah bertunangan lebih awal. Itu karena skripsi Jaemin sudah selesai sidang, dan ia lulus. Hanya tinggal menunggu wisuda, setelah itu menikah.

Sesimpel itu rencananya.

Bahkan Renjun tak habis pikir dengan pemikiran tunangannya itu. Benar-benar...

"Aku tidak tertarik. Lebih baik disini, menemani dua orang paling berharga bagiku." Jawab Jaemin sambil memeluk pinggang Renjun dan menelusupkan kepala ke leher putih tunangannya itu.

"Tumben sekali, bukannya kau tidak suka dengan Mark?" Sindir Renjun tanpa memperdulikan Jaemin yang menempel padanya.

"Kalau bahagia Haechan ada padanya, apa yang bisa kulakukan? Aku tidak bisa menahannya meski aku adalah kakak iparnya." Jawab Jaemin. "Selama adik kecilku bahagia, aku akan membiarkannya. Tapi jika orang itu menyakitinya, aku tidak akan segan untuk menyiksanya hingga dia memohon untuk kematiannya."

Renjun tersenyum tipis lalu mencubit pipi tirus Jaemin, "apa kau tidak kasihan pada ketiga anaknya jika kau menyiksa ayah mereka?"

"Mereka pasti akan menempel pada Haechan melebihi ayahnya sendiri, aku tidak takut." Jawab Jaemin dengan percaya diri.

"Lalu bagaimana jika Haechan sendiri yang meminta untuk tidak menyiksanya? Apa yang akan kau lakukan?" Renjun kembali bertanya, ia terkekeh kecil diakhir kalimatnya.

Jaemin mempoutkan bibirnya, ia tidak bisa menjawab. Haechan adalah salah satu kelemahannya selain Renjun dan Yeonwoo, ia tidak bisa menolak apapun yang diminta oleh pemuda manis itu.

"Aku tidak tahu..." Jawab Jaemin dengan nada manja.

"Sudah kuduga." Cibir Renjun, matanya menatap Jaemin malas.

"Renjunnie...." Jaemin memelas. "kau tahu aku tidak bisa menolak apapun permintaan kau dan Haechan.."

Renjun terkekeh kecil, lalu mengangguk paham. Ia tahu kelemahan pemuda Na itu, itu sebabnya ia selalu keras pada Jaemin. Renjun berusaha untuk menutupi kelemahan calon suaminya dengan terlihat kuat dan dingin, tapi nyatanya ia sangat lemah jika sudah berada di dekat seorang Na Jaemin.

Ia bahkan bisa bersikap manja dan kekanakan saat bersamanya, dan tidak akan segan melakukan aegyeo agar Jaemin mau mengabulkan permintaannya.

"Ngomong-ngomong... Bagaimana dengan keluarga Kang?" Tanya Renjun, ia penasaran dengan akhir dari keluarga aneh itu.

"Mereka selesai, tidak ada yang tersisa. Perusahaan mereka sudah ditutup, properti mereka juga telah disita oleh pemerintah, dan yang dirugikan oleh keluarga Kang sudah mendapatkan kompensasi." Jelas Jaemin sambil bermain dengan Yeonwoo, ia berbaring disebelah bayi kecil itu dan mengajaknya bercanda.

Tapi sedetik kemudian, wajahnya menjadi dingin. "Tapi ada satu serangga yang berhasil lolos..."

Renjun menaikkan sebelah alisnya, menunggu sisa kalimat pemuda tampan itu. "Siapa?"

"Kang Mina. Pelacur satu itu berhasil lolos tanpa sepengetahuanku dan Sungmin. Kami sedang melacak keberadaannya, namun sangat sulit. Seolah dia menghilang dalam udara tipis." Sambung Jaemin masih dengan wajah dinginnya. "Kita harus waspada terhadap wanita ular itu, dia bisa datang kapan saja untuk membalas dendam. Jaringan bawah tanah ayahnya benar-benar luas, sampai pelacur itu bisa lolos dengan mudah."

Renjun mengangguk paham, lalu berbaring di sisi lain Yeonwoo. "Kita harus lebih waspada, mungkin saja ketika ia datang ada bencana yang lebih besar menunggu."

Jaemin mengangguk, menyetujui ucapan sang tunangan. Sedetik kemudian, wajahnya berubah kembali ceria dan bermain dengan Yeonwoo lagi.

Renjun bergidik melihat perubahan suasana hati tunangannya yang secepat kilat itu, dia sangat mengerikan.

Beberapa menit lalu pemuda itu memasang wajah menyeramkan, lalu beberapa detik kemudian dia menjadi ceria lagi. Apakah dia waras? Apakah Jaemin memiliki kelainan jiwa??

Ia merinding saat melihat Jaemin yang berubah-ubah seperti itu. Menyeramkan.

Untung saja Yeonwoo tidak menangis ketakutan saat ayahnya membuat ekspresi menakutkan seperti tadi.

To be continued

_________

Gaada epilog ya, ini chapter nya aja udah bablas banget

See u

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang