Piw sesuai janjiku dong ahay
_________
"Awalnya, Chenle hyung, Jisung, Justin dan Jeongin ingin pergi ke ruang bermain dan menyusun puzzle bersama. Tapi tiba-tiba Huening, Taehyun dan Yeonjun datang dan menghalangi jalan kami. Huening melempar kertas kotor pada kami guru Shin, lalu Justin memperingatkannya." jelas si bungsu dengan wajah tanpa dosanya.
"Itu bohong! Aku tidak melempar kertas!!" sangkal Huening sambil menunjuk pada Jisung. "Kau berbohong pendek!!"
"Siswa Huening!" guru Shin memperingatkan. "Jisung, ayo lanjutkan."
Jisung mengangguk lemah, "setelah itu Huening banyak mengatakan kata-kata kotor pada kami berempat dan bahkan mendorong bahu Justin hingga dia tersungkur. Chenle hyung maju dan juga memperingatkannya, namun Huening malah menertawakannya bersama Yeonjun dan Taehyun.
Chenle hyung marah, namun Jeongin menahannya dan mengatakan bahwa jika kami melawan maka guru pasti akan memanggil orang tua kami. Jadi Chenle hyung berhenti, tapi Huening malah menyebutnya penakut, anak pembawa sial, dan tidak punya ibu. Bahkan dia juga menyebut ayah kami sering membawa pulang jalang ke rumah." jelas Jisung panjang lebar, semua orang dewasa di ruangan itu terkejut oleh penjelasannya.
Seorang anak yang bahkan baru berusia empat atau lima tahun sudah tahu kosa kata buruk seperti itu? Bagaimana cara orang tuanya mendidik anak itu dirumah?
"Sialan!! Kau berbohong lagi!!" pekik Huening kembali menyangkal.
"Itu benar! Jisung tidak pernah berbohong! Haechan hyung bilang berbohong itu tidak baik dan orang yang suka berbohong tidak akan dipercayai oleh orang lain bahkan jika dia berkata benar!! Itu benar kan hyung?" Jisung membela diri, dia menatap ke arah Haechan untuk membuktikan ucapannya.
Ya, Haechan memang mengatakan kepada mereka bertiga agar tidak menjadi seorang pembohong. Dia tidak mengira si bungsu akan mengingat ajarannya ini. Ia dengan lembut tersenyum dan mengangguk, membuktikan bahwa ucapannya benar.
Jisung yang senang langsung menatap wajah Huening yang sudah menjadi jelek dan menjulurkan lidahnya.
"Kau!!" Huening hampir hilang kendali.
"Siswa Huening!!" ujar guru Shin, ia memberi peringatan kedua padanya.
"Jika guru Shin tidak percaya, guru bisa memanggil mereka kesini untuk membuktikannya!" tambah Jisung.
Guru Shin mengangguk, dia lalu meminta agar guru yang berdiri disampingnya untuk memanggil anak-anak yang terlibat dalam kejadian ini.
Segera, kedua siswa taman kanak-kanak itu dibawa ke kantor. Guru Shin kemudian bertanya tentang apa yang terjadi pada mereka, keduanya mengatakan hal-hal yang sama persis seperti yang diucapkan Jisung.
Bahkan Justin menunjukkan tangannya yang sedikit terluka akibat dorongan dari Huening.
"Itu tidak mungkin! Putraku yang tampan tidak akan melakukan hal-hal rendahan seperti itu!!" sanggah ibunya.
"Nyonya, aku minta maaf. Tapi Jisung tidak akan berkata bohong, demikian pula kedua temannya. Mereka adalah anak-anak berusia lima tahun yang masih polos. Putra anda menjadi seperti ini, itu mungkin karena keluarga yang mempengaruhinya." Haechan menjelaskan.
"Seorang anak tidak akan mengatakan hal-hal yang tercela seperti itu jika dia tidak mendengarnya dari orang tua atau lingkungan disekitarnya. Baik aku maupun ayah Chenle dan Jisung, kami tidak pernah mengajarkan anak-anak untuk mengatakan hal-hal buruk. Jadi anda sebaiknya tidak membela putra anda lebih lanjut, karena dengan begitu maka putra anda akan terbukti telah melakukan hal yang salah. Apakah aku benar guru Shin?" sambung Haechan. Ia menatap guru muda berusia sekitar dua puluh lima tahun dengan wajah cantik yang sangat serius itu, kini menyunggingkan senyuman.
"Anda benar, Tn. Lee." guru Shin mengangguk pelan. "Nyonya, putra anda terbukti bersalah dalam hal ini. Dia melakukan pembullyan disekolah yang mana melanggar peraturan. Namun, Chenle juga sama salahnya. Oleh karena itu, aku putuskan untuk memulangkan kalian lebih awal hari ini."
Guru Shin menghela nafas panjang, "hukuman untuk pembullyan adalah satu minggu, siswa Huening silahkan renungkan kesalahanmu di rumah. Sementara siswa Chenle, meskipun kamu adalah korban tapi kamu juga telah memukul teman sekelasmu jadi selama dua hari kedepan harap renungkan kesalahanmu dirumah."
"Itu tidak mungkin!! Guru Shin putraku tidak bisa dihukum seperti ini!! Aku-" ibu Huening akan kembali protes, namun guru Shin mengangkat tangannya sebagai isyarat agar dia tetap diam.
Tempramen guru Shin yang dingin dan tenang tidak bisa membuat ibu Huening kembali berbicara, dia segera tenang dan menerima hukuman putranya dengan wajah yang menggelap karena ketidakpuasan terhadap keputusan guru Shin.
Setelah itu guru Shin mempersilakan mereka untuk keluar dan kembali ke tempat masing-masing. Haechan berterima kasih padanya dan membawa Jisung serta Chenle keluar dari ruang guru.
Di koridor, ada banyak anak-anak berlalu lalang sambil tertawa. Haechan membawa mereka ke taman bermain di dekatnya dan meminta mereka untuk duduk disebelahnya.
"Haechan hyung... Aku minta maaf untuk apa yang aku lakukan hari ini. Sungguh, aku tidak akan melakukannya lagi di masa depan! Aku janji!!" ujar Chenle dengan sungguh-sungguh, ia mengangkat tangan kanannya dan membuat pose peace dengan wajah yang serius.
Haechan yang melihatnya merasa geli, ia terkekeh kecil dan mengusap kepalanya dengan lembut. "Hyung mengerti, lain kali kau harus mengendalikan emosimu. Jangan biarkan itu meluap dan membuat orang lain terluka, mengerti? Kau harus bersabar dan mengalah."
"Tapi jika kami mengalah mereka akan mengejek kami lebih jauh..." ujar Jisung dengan polos.
"Terkadang dengan kita mengalah itu menunjukkan bahwa kita sebenarnya adalah orang yang tangguh, kita mengalah untuk menang. Percuma jika kita melawan mereka dengan kekuatan karena mereka akan tetap menyakiti kita. Ingatlah, setiap pertarungan tidak ada pihak yang diuntungkan. Yang menang akan menjadi arang, dan yang kalah akan menjadi abu." jelas Haechan dengan penuh kesabaran, dia mengusap pundak mereka berdua dengan lembut dan tetap tersenyum saat menjelaskan.
Keduanya merasa tercerahkan, pandangan mereka terhadap Haechan kembali berubah. Yang awalnya hanya sebuah lentera kecil, kini menjadi lampu super terang dijalan mereka yang gelap gulita.
Dia benar-benar penyelamat mereka disaat mereka hampir tersesat.
Dengan senyumnya yang teduh dan sejuk, mereka merasa bahwa rasa haus akan kasih sayang dan perhatian yang selama ini mereka rasakan perlahan-lahan hilang dengan adanya senyum Indah itu.
Dengan bimbingannya, mereka juga tak akan pernah tersesat lagi.
'Aku mengerti hyung, tapi... Jika mereka menghinamu, baik aku maupun kedua saudaraku yang lain tidak akan tinggal diam. Hari ini, Huening sudah merasakan akibat dari menghinamu didepanku.'
Chenle kembali tersenyum lebar dan memeluk tubuh Haechan dari samping, "aku mengerti hyung! Aku janji tidak akan melakukannya lagi!!"
Jisung mengikuti tindakannya, dan mengangguk setuju.
Haechan balas memeluk keduanya, dan tertawa kecil. "Nah, sekarang Jisung kembali ke kelas okay? Nanti hyung akan datang untuk menjemputmu dengan Chenle."
Jisung mengangguk patuh, ia lalu berdiri dan melambaikan tangannya sambil mengucapkan selamat tinggal. Setelah itu, Haechan membawa Chenle ke tempat parkir dan membawanya pulang.
To be continued
____________
Hiyaa ketemu lagi kita, mon maap ya neo city aku belum bisa up malam ini dikarenakan catatanku ilang [menangis]
Besok deh sekalian the doll ya
Babay
Mau traktir gak? Hshshs
https://trakteer.id/aizorachin
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Mom For Us
FanfictionKisah manis tentang seorang CEO duda tampan dan ketiga anaknya yang lucu. CEO tersebut bernama Mark Lee, dia adalah seorang single parents karena istrinya meninggal setelah melahirkan putra ketiga mereka. Mark yang terlalu mencintai istrinya tak ing...