Part 86

22.7K 2.7K 89
                                    

Malem~

_________

Haechan terdiam, begitu pula dengan Mark.

"Hyung, aku akan tahan pertanyaanmu untuk saat ini. Teman-temanku bilang, aku adalah orang yang bodoh soal perasaan dan aku mengakuinya. Sebelumnya... aku terlalu cepat memberikan hatiku untukmu, aku tidak mau hatiku di sia-siakan lagi." ujar Haechan setelah terdiam cukup lama. "Jika kau menyukai seseorang, maka tunjukkan itu melalui sikapmu jangan menggantung perasaan orang hingga dia berharap terlalu banyak. Itu yang Renjun katakan padaku." Haechan menatap Mark dengan lembut.

"Jika kau menyukaiku, jangan hanya mengucapkannya dengan kata-kata kosong. Tapi buktikan." sambung Haechan, setelah itu ia masuk ke kamar Mark dan menghampiri ketiga anak yang masih melompat-lompat di atas ranjang.

Di luar, Mark tertegun. Ia tidak salah dengar kan? Haechan tidak menolaknya, dia hanya ingin Mark membuktikan kata-katanya! Maka pasti akan ia lakukan! Bahkan jika harus berurusan dengan kawanan singa.

Namun, ia tidak tahu bahwa mendapatkan kembali seorang Huang Haechan tidak semudah yang ia bayangkan. Apalagi ada banyak induk singa yang mengelilinginya.

Mark masuk ke dalam kamar dan menutup pintu, disana, tepatnya di ranjang king size miliknya ada ketiga anaknya tengah berbaring bersama Haechan sambil mendengarkan dongeng sebelum tidur.

Jisung yang memeluk Haechan, lalu Chenle yang berada di tengah Jeno dan Jisung. Mark berjalan ke sisi Jeno, dan berbaring disampingnya. Ia mengusap pucuk kepala si sulung sambil ikut mendengarkan dongeng.

Wajah Haechan benar-benar lembut saat ia menatap ketiga putranya dan sesekali mengelus surai coklat milik si bungsu.

"Dongengnya bagus sekali... Hoaammm..." ujar Jisung yang sudah mengantuk, ia mengucek kedua matanya pelan.

Haechan terkekeh pelan, "kalau begitu, Jisung harus tidur. Okay?"

Jisung mengangguk kecil lalu menutup matanya dan memeluk tubuh mantan pengasuhnya itu. "Selamat malam semuanya..."

"Malam Jisungie..." balas Haechan, ia mengecup kening si bungsu dan menyamankan posisi tidurnya.

Saat mendongak, ia melihat Mark yang tengah menatapnya dengan intens. Haechan jadi salah tingkah dan berbaring sambil memeluk Jisung. "Aku tidur duluan hyung, selamat malam..."

Setelah itu ia langsung tidur untuk menghindari Mark, Chenle sudah tertidur sebelum ia selesai mendongeng tadi. Si sulung? Ia tengah melamun, lalu menatap ayahnya.

"Kenapa Jeno tidak tidur?" tanya Mark dengan lembut, suaranya dipelankan agar tiga orang yang tengah tidur tidak terganggu.

"Tolong biarkan Haechan hyung tinggal disini... Kami kesepian pa, tolong. Jeno akan lakukan apa yang papa katakan asal Haechan hyung bisa tinggal disini..." bukannya membalas, Jeno malah menatap ayahnya dengan tatapan memohon dan sungguh-sungguh.

Mark tertegun mendengar permintaannya, si sulung ini sangat jarang meminta sesuatu dan ia tidak tahan untuk menolaknya.

Mark tersenyum tipis, "papa akan berusaha, Jeno harus rajin belajar oke? Jika Jeno menjadi anak yang rajin, mungkin Haechan hyung akan mau tinggal disini." ia mengelus surai hitam Jeno, dan merapikan helaian poninya.

Jeno mengangguk kecil, "Jeno akan menjadi anak yang rajin, Jeno janji."

Mark terkekeh dengan suara rendah, "nah, ayo tidur. Besok kau masih harus sekolah bukan?" si sulung mengangguk kecil.

Chu~

Mark mengecup kening si sulung dan tersenyum, "good night my sweet heart, have a nice dream."

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang