Ochi bangsad!
Tadinya aku mau up pas dapet jatah kuota (3 minggu lagi) tapi ada salah satu ayangik kita yang kasih donasi, jadi 3 chapter ini akan dipersembahkan oleh beliau
________Chenle kembali menceritakan bagaimana ia bisa diskors, Jaemin mengangguk paham sementara Renjun menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya.
"Seserius apapun masalahnya, seharusnya kau tidak berkelahi dengan temanmu itu..." nasihat Renjun.
"Itu tidak benar! Dia harus memberi anak bernama Huening itu pelajaran, kalau tidak suatu saat dimasa depan dia akan melakukan hal yang lebih dari ini." Jaemin menyangkal pendapat Renjun.
"Kenapa?" tanya Chenle.
"Kau tahu? Orang seperti temanmu itu dibesarkan dalam keluarga yang penuh konflik, dimana anggota keluarga mereka berebut posisi kepala keluarga cabang utama. Yahhh akan kujelaskan secara singkat saja--"
"Tidak perlu! Hyung jelaskan saja semuanya, aku mengerti apa maksudnya." potong anak berpipi gembil itu.
Jaemin mengangkat bahunya acuh, "baiklah. Tetua di keluarga seperti itu selalu punya rencana dalam pikiran mereka, dan hal ini juga mempengaruhi anak-anak mereka. Bahkan tak jarang orang tua mereka akan menasehati anak-anak dengan kata-kata yang kurang pantas. Yahh... Seperti... Kau tahu?" ia menjelaskan.
"Dari mana kau tahu hal seperti ini?" tanya Renjun penuh selidik. Ia tahu Jaemin dari keluarga berada, tapi keluarganya adalah keluarga baik yang bisa dibilang cukup terpandang dinegara ini.
"Semua teman sekelasku saat sekolah menengah kebanyakan berasal dari keluarga seperti itu..." jawab Jaemin dengan ringan.
"Apa mereka juga selalu merendahkan orang hyung?" tanya Chenle penasaran, pasalnya baik ayah maupun anggota keluarga lain dari keluarga Lee tak pernah menjelaskan apapun mengenai hal seperti ini pada mereka.
"Sangat sering..." Jaemin mengangguk pelan.
Chenle hanya menunduk sambil merenungkan perkataan Jaemin barusan.
"Sudahlah tidak perlu dipikirkan! Anak-anak seperti itu akan menjadi tidak berguna saat mereka sudah berbaur dengan masyarakat, sebaiknya kau banyak belajar dan meraih banyak prestasi agar ayahmu bangga!" ujar Jaemin menghibur, ia mengusak kepala Chenle dan membuat rambutnya sedikit berantakan.
Chenle tersenyum lebar, berbicara dengan Jaemin sangat menyenangkan. Ia suka berbicara dengan orang yang berpandangan jauh seperti ini pasalnya orang seperti mereka bisa memberikan solusi yang sangat ia butuhkan. "Aku pasti akan belajar keras!"
"Anak pintar!" Jaemin merangkulnya, mereka tertawa bersama dan terlihat sangat harmonis. Padahal keduanya baru bertemu fua kali, tapi mereka seperti teman lama yang sudah sering berhubungan. Renjun menggeleng pelan melihat mereka.
"Hari ini kita akan bermain ke taman hiburan, bagaimana?" usul Jaemin dengan penuh semangat.
"Taman hiburan?" Chenle memiringkan kepalanya.
"Ya! Kau pasti pernah pergi ke sana bukan?" jawab Jaemin.
Chenle mengangguk pelan, "yahh... Hanya dua atau tiga kali? Itu sudah sangat lama, papa terlalu sibuk dan aunty tidak akan pernah mau mengajak kami ke tempat seperti itu." ia mengerucutkan bibirnya, kesal karena tidak bisa sering datang ke tempat yang menyenangkan itu.
"Tidak masalah! Hari ini kita akan pergi bersama, benarkan Renjun?" Jaemin menatap kekasihnya itu dengan senyum lebar.
Renjun yang sebenarnya tidak mau hanya mengangguk pelan, agar boneka moomin yang dijanjikan Haechan padanya bisa ia dapatkan. "Ya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Mom For Us
FanfictionKisah manis tentang seorang CEO duda tampan dan ketiga anaknya yang lucu. CEO tersebut bernama Mark Lee, dia adalah seorang single parents karena istrinya meninggal setelah melahirkan putra ketiga mereka. Mark yang terlalu mencintai istrinya tak ing...