Part 35

29.2K 4K 66
                                    

Yaaa aku kembali... Mana sambutannya?!

______________

Sesuai janjinya, Haechan akan mengajari mereka cara mencuci pakaian. Selesai makan malam, ketiganya membawa piring dan mangkuk yang digunakan untuk dicuci sendiri.

"Biar hyung saja yang melakukannya.." ujar Haechan sambil membawa pot bekas masakan shabu shabu sebelumnya.

"Tidak apa hyung, biar kami yang melakukannya! Hyung istirahat saja, hyung pasti lelah setelah menemani kami seharian ini kan? Jadi biarkan kami yang mencuci semua ini." tolak Jeno yang diangguki kedua adiknya.

Haechan menatap mereka dengan rumit, ia sedikit khawatir membiarkan ketiganya mencuci piring karena peralatan yang mereka gunakan malam ini mudah pecah. Tidak seperti di panti asuhan yang menggunakan peralatan makan logam.

"Yakinlah hyung! Kami akan melakukannya dengan baik, kami sudah besar dan kami tidak akan merepotkanmu!" Chenle menambahkan.

Haechan menghela nafas dengan tak berdaya dan tersenyum kecil, "baiklah kalau begitu, jika kalian sudah selesai datanglah ke ruang cuci didekat tangga ruang bawah tanah okey?"

Ketiganya mengangguk serempak, "tentu!"

Haechan lalu mengusap kepala Jisung pelan dan pergi meninggalkan mereka untuk menyiapkan peralatan mencuci.

Dengan cepat ketiga anak itu pergi ke dapur, lagi-lagi tugas mereka sama seperti sebelumnya. Jisung membawa semua peralatan makan satu per satu ke bak cuci piring dan menyalakan keran air sedikit untuk membasahi peralatan makan yang kotor.

Setelahnya ia berdiri disamping Chenle yang bertugas untuk membilas, dan berdiri dengan patuh disana. Sementara Jeno menyabuni piring, sendok, gelas dan yang lainnya dengan spons yang sudah diberi sabun lalu meletakkannya kembali ke bak cuci.

Dari sini Chenle mengambil alih pekerjaan, ia membilas semua peralatan yang penuh sabun. Lalu meletakkannya di meja pengering disampingnya, membiarkan Jisung mengelap air yang tersisa di peralatan makan.

Mereka terus seperti itu hingga semua peralatan makan yang digunakan malam ini bersih tanpa ada tertinggal. Lalu menyusunnya di rak dan lemari yang sesuai.

"Selesai! Ayo pergi." ujar Jeno, ia lalu meninggalkan dapur dan berlari kecil menuju kamarnya untuk membawa baju pinjaman dari anak panti asuhan.

Demikian pula dengan kedua adiknya, mereka membawa baju yang sebelumnya sudah disimpan di ranjang sebelum makan malam lalu kembali turun ke lantai pertama bersamaan dan menghampiri Haechan di ruang cuci.

"Hyung, kami sudah selesai mencuci piring!" ujar Jisung seperti seorang pekerja yang melapor pada atasan.

Haechan menoleh kearah mereka dan tersenyum lembut, "anak pintar, kalian sudah bekerja keras. Kemarilah dan bawa baju kalian."

Mereka mengangguk dan berjalan beriringan menuju Haechan yang tengah duduk di bangku kecil dengan sebuah baskom berisi air didepannya.

"Duduklah." pinta Haechan, ia sudah menyiapkan tiga baskom air dan bangku kecil untuk mereka.

"Kenapa tidak menggunakan mesin cuci hyung?" tanya Chenle merasa heran. Ia mengerutkan keningnya dan sedikit memiringkan kepalanya ke kiri.

Pemuda manis itu hanya terkekeh kecil dan menatap mereka bergantian, "tidak semua kain bisa dicuci dengan mesin cuci, karena hyung tidak tahu bahan pakaian yang kalian miliki jadi kita mencucinya secara manual saja."

"Apakah sulit?" tanya Jisung dengan kebingungan yang jelas tertulis diwajahnya.

Sekali lagi pemuda manis itu menggeleng pelan sambil tersenyum, dengan sabar ia menjelaskan. "Ini tidak sulit, sangat sederhana dan hyung yakin kalian pasti bisa melakukannya. Selain itu, kalian bisa melakukannya nanti jika tidak ada mesin cuci. Kalian tidak boleh terlalu bergantung pada alat meski dengan adanya peralatan seperti itu semuanya menjadi mudah, mengerti?"

Ketiga anak itu mengangguk paham, rambut mereka ikut bergoyang karena gerakannya.

Tersenyum, Haechan kemudian kembali berkata. "Baiklah, ayo kita mulai."

"Ya!!" sahut ketiganya.

"Pertama-tama kita harus siapkan air, sebuah wadah, dan deterjen pakaian. Jika ingin memiliki hasil lebih baik, kalian bisa menyiapkan pelembut juga untuk di bilasan terakhir." jelas Haechan.

Jeno mengangguk pelan, lalu melihat ke bawah tepatnya baskom berisi air dan sekotak deterjen didekat kaki Haechan. "Hyung, aku ingin memakai pelembut pakaian."

"Baiklah, tunggu sebentar." Haechan bangkit dari duduknya dan berjalan menuju rak yang berada tak jauh dari tempat mereka sebelumnya.

Setelah mengambil sebotol besar pelembut pakaian ia kembali ke tempatnya semula dan meletakkannya di depan ketiga anak itu.

"Terimakasih hyung!" ujar Jeno.

Haechan hanya mengangguk pelan.

"Setelah itu apa yang harus dilakukan hyung?" tanya Chenle antusias, ia senang mempelajari sesuatu yang baru.

Haechan tersenyum, "setelah itu kalian masukkan deterjen secukupnya kedalam baskom air dan aduk airnya hingga berbusa. Setelah itu masukkan pakaian yang akan dicuci kedalam baskom." Haechan mencontohkan dengan memasukkan selembar kain putih yang ada digudang kedalam baskom.

Ketiganya mengikuti gerakan Haechan, lalu kembali menatap Haechan untuk instruksi berikutnya.

"Setelah semuanya terendam sempurna, kalian bisa sedikit mengucek pakaian secara perlahan agar kainnya tidak cepat rusak. Seperti ini," sambung Haechan, ia mengucek kain putih itu perlahan dan menatap ketiga anak yang terfokus pada gerakan yang ia lakukan. Dalam hati ia tertawa melihat wajah serius mereka yang menggemaskan.

Setelah cukup menonton, mereka mulai mengucek pakaian masing-masing dengan serius. Itu lebih serius daripada ketika mereka mencuci piring sebelumnya, kali ini mereka ekstra hati-hati agar tidak merusak kain pakaian yang mereka pinjam.

"Kucek hingga semua bagian terlihat bersih dari noda." sambung Haechan.

"Hyung, seperti ini?" Jeno mengangkat pakaian yang dicucinya tinggi-tinggi.

Melihat kakaknya melakukan itu, Jisung juga ikut mengangkat pakaian yang dicucinya keatas yang hampir membuatnya terjatuh kebelakang karena terlalu tinggi.

Sementara Chenle masih fokus mengucek setiap bagian dari pakaian yang ia cuci.

"Itu sudah bersih, kalian bisa beralih ke celananya sekarang." jawab Haechan. "Chenle, bagaimana dengan milikmu?"

"Sebentar hyung, sedikit lagi." jawab Chenle, setelah dirasa sudah bersih ia lalu mengangkat pakaiannya seperti dua saudaranya tadi.

Haechan mengangguk pelan, "itu sudah bersih."

Chenle tersenyum lebar, lalu mulai mengucek celana yang juga ia pinjam dari Daehwi. Mereka benar-benar tenang tanpa adanya suara berisik, dan benar-benar fokus pada cucian yang mereka miliki. Melihatnya tenang dan damai seperti ini, Haechan tersenyum bahagia.

Ia ingin mengabadikan momen ini, namun ponselnya ia tinggal di meja ruang makan. Ia merasa sedikit menyesal karena tidak bisa memotret mereka dan memberikannya pada Mark, padahal ayah dari tiga anak itu pasti senang jika melihat putranya bisa mandiri seperti ini.

Haahhh... Sayang sekali....

To be continued

_________

Hei, aku kaget loh yang baca book ini udah nyampe 170k. Gak nyangka banget ada yang suka buku selingan yang akhirnya jadi prioritas ini :')

Makasih loh kalian walaupun yang vote bedanya jauh tapi aku seneng kok karena aku tau kalian suka sama book ini.

Aku janji bakalan buat book yang lebih baik dimasa depan buat kalian, karena tempat ini adalah rumah ketiga aku setelah rumah ortu dan sekolah hehe

Tancuu mwahh❤

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang