Part 14

45K 6.6K 406
                                    

Derryl kembali dengan buku ini ~~

>>>>>>

"Dimana papamu?" tanya Haechan.

"Hiks... Dia...dia...hiks bersama wanita itu...hiks...dia memarahi Chenle..." Chenle mengadu sambil terus menangis, badannya masih gemetar ketakutan.

"Dan ayahnya tidak mengejar anak ini saat keluar?! Ayah macam apa dia?!" Renjun mendelik kesal. Jaemin hanya menepuk pundaknya pelan sambil tersenyum.

"Ssshhh...uljima Chenle-ya, kau sudah aman...berhenti menangis oke?" ujar Haechan berusaha menenangkan.

"Dimana rumahnya? Biar kuantar kalian." tanya Jaemin.

"Aku akan memberitahu alamatnya." ujar Haechan, ia berdiri lalu menggendong Chenle yang masih menangis.

Jaemin mengangguk paham lalu menuntun mereka menuju mobilnya. Dengan bantuan arahan dari Haechan mereka dengan cepat sampai di depan gerbang kediaman Lee, setelah mengucapkan terimakasih Haechan memasuki kawasan mansion.

"Terima kasih tumpangannya, aku duluan...Bye..." Ujar Haechan yang dibalas lambaian tangan Jaemin dan Renjun.

"Dua Hyung baik tadi itu siapa Hyung?" Tanya Chenle dengan suara paraunya.

Haechan tersenyum,"yang satu adalah saudara tiriku, yang lainnya adalah temanku."

"Hyung punya saudara tiri?" Tanya Chenle dengan ekspresi terkejutnya.

Haechan mengangguk

"Seperti apa rasanya memiliki saudara tiri? Apa mereka jahat seperti monster Hyung?" Tanya Chenle dengan penasaran.

Haechan tertawa kecil,"tidak... tidak seperti itu. Memiliki saudara adalah hal yang paling menyenangkan di dunia, karena kau bisa berbagi apapun dengannya. Saudara tiri ataupun saudara kandung, itu tidak ada bedanya. Kau hanya harus memahami satu sama lain dan saling menjaga agar bisa hidup tanpa pertengkaran."

Chenle mengangguk paham,"siapa nama saudara tirimu Hyung?"

"Namanya Renjun, dia hanya beberapa bulan lebih tua dariku." Jawab Haechan dengan senang hati.

"Apa dia baik?" Chenle kembali bertanya.

Haechan mengangguk sambil tersenyum,"ya, sangat baik. Dia selalu membelaku saat aku berada dalam masalah, memberiku bantuan saat aku sedang kesulitan, dan menyayangiku tentunya."

Chenle puas dengan jawaban dari pertanyaan yang ia ajukan, ia lalu terdiam sambil merenungkan sesuatu.

"Nah, kita sudah sampai. Apa kau ingin makan? Hyung bisa buatkan sesuatu untukmu." Ujar Haechan saat mereka sampai di depan pintu.

Ia memutar kenop pintu dan masuk dengan Chenle yang masih berada di gendongannya.

Chenle menggeleng perlahan,"aku ingin tidur, tapi Hyung harus menemaniku... janji?"

Haechan tersenyum maklum,"tentu. Hyung janji."

Ia lalu membawa si kecil ke kamarnya dan menemaninya tidur, tangan kanannya digenggam erat oleh Chenle seolah jika ia tak memegangnya sang pengasuh bisa hilang begitu saja.

Tiga puluh menit kemudian Mark beserta dua putranya yang lain tiba di mansion. Tawa Jisung menggema di seluruh mansion, dan Jeno yang mengejar adiknya itu sesekali menjahilinya.

Haechan perlahan melepaskan genggaman Chenle dan keluar dari kamar dengan mengendap-endap. Ia melihat sang majikan tengah duduk di ruang tamu dengan seorang wanita dan tengah mengobrol dengan akrab.

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang