Part 69

22.5K 3K 179
                                    

Hmm judulnya sangat sesuatu...

Tumbenan aku up jam segini, pertanda apakah ini??
_______

Di rumah leluhur keluarga Lee, Yoona tengah menonton acara televisi favoritnya. Disampingnya, Donghae tengah terfokus pada laptop dipangkuannya.

Kala itu tengah jeda iklan, jadi Yoona bermanja-manja pada suaminya sambil mengobrol ringan. Sangat jarang bagi mereka untuk bisa seperti ini, jadi Yoona ingin memanfaatkan waktu yang berharga ini dengan sebaik-baiknya.

Jeda iklan selesai, namun bukannya menampilkan acara sebelumnya ada breaking news yang muncul. Keduanya merasa tertarik dengan berita di televisi, jadi mereka menyimak berita yang dibacakan.

"....kecelakaan ini terjadi di jalan St. Maria satu jam yang lalu, dari keterangan polisi dan saksi mata kami menyimpulkan bahwa korban mengalami kecelakaan tunggal karena kehilangan kendali atas mobilnya ketika fia mencoba menghindari seorang anak kecil yang akan menyeberang dan membuatnya terpaksa harus membanting stir hingga kehilangan kendali.

Kondisi mobil korban rusak parah, dan sebelumnya telah terbalik beberapa kali. Tidak ada korban jiwa lain dalam kecelakaan ini..."

Saat pembawa berita terus menjelaskan detil kejadian, Yoona mulai merasaada yang aneh. Kenapa mobil itu tampak akrab?

"Itu... Bukankah itu mobil milik Mark?" ujar Yoona sambil menunjuk ke layar televisi.

Donghae juga ikut mengamatinya, "mungkin hanya kebetulan itu mirip milik bocah itu, jangan terlalu dipikirkan!"

"Tapi itu mobil edisi terbatas! Sayang, menurutmu siapa yang akan membelinya jika bukan orang-orang tertentu??" Yoona bersikukuh.

"Tapi bagaimana mungkin anak itu mengalami kecelakaan?" Donghae bertanya dengan acuh.

Ia masih kesal dengan sikap anaknya itu, dia benar-benar tidak datang untuk meminta maaf pada mereka! Dasar anak kurang ajar! Awas saja!!

Yoona disisi lain terus mengamati mobil di layar TV, saat perhatiannya tertuju pada plat nomor kendaraan mobil itu. Seketika, jantungnya seperti berhenti berdetak.

"...tidak mungkin..." gumam Yoona lirih, suaranya bergetar. Ia lalu berbalik menatap suaminya dengan mata merah. "Ini tidak mungkin Donghae!! Tidak mungkin!!"

Air matanya sudah membasahi pipi wanita cantik itu, ia terus meracau tidak jelas dan menangis yang mana membuat Donghae jadi penasaran dengan apa yang terjadi.

Namun sebelum ia bertanya, sebuah telepon masuk ke ponsel Yoona. Donghae mengambilnya dan melihat nama si pemanggil, itu Taeyong.

"Halo?" ujar Donghae.

"Ayah! Mark mengalami kecelakaan!!" Jelas Taeyong, suaranya dipenuhi kepanikan dan setengah parau.

"Apa?! Taeyong jangan mengada-ngada! Dia mungkin hanya melakukan sebuah trik kecil!!"

"Ayah, aku mengatakan yang sebenarnya!! Saat ini Haechan ada di rumah sakit sendirian menunggunya, aku dan Jaehyun sedang dalam perjalanan...."

Perkataan Taeyong sudah tak lagi didengarnya, hati Donghae runtuh seketika. Baru kemarin rasanya ia menampar putranya yang keras kepala itu, kenapa sekarang dia mengalami kecelakaan?!

Tidak! Itu tidak benar!! Mark tidak akan mengalami kecelakaan!! Taeyong hanya ingin bercanda dengannya!!

"Taeyong, katakan itu semua bohong! Adikmu mustahil mengalami kecelakaan!!" tukas Donghae dengan tak percaya.

"Ayah!! Hiks... Kenapa aku harus berbohong?? Dia benar-benar mengalami kecelakaan... Hiks..." Taeyong sudah menangis, dia terpukul dan merasa bersalah karena telah menamparnya hari itu.

Tak lama, panggilan diputus secara sepihak oleh Donghae. Dia menatap kosong televisi yang sudah menampilkan acara sebelumnya, sementara Yoona masih terus menangis.

"Donghae... Ayo pergi ke rumah sakit, ayo lihat Mark..." dia memohon di sela-sela isakannya.

Pria paruh baya itu tidak menanggapinya, setetes air mata meluncur di matanya yang kosong. Jejak penyesalan timbul di hatinya, bagaimana pun apa yang ia ucapkan tidak serius. Ia hanya kecewa dengan sikap putranya itu, dia tidak benar-benar ingin mengutuknya dari kehidupan ini.

Ia langsung berdiri dan menggenggam tangan Yoona, "ayo pergi." ia bergegas menuju mobilnya dan langsung tancap gas menuju rumah sakit yang dikatakan Taeyong sebelumnya.

Ketika mereka sampai, Taeyong memeluk seorang pemuda yang sudah menangis dan lemas di lantai lorong rumah sakit. Wajahnya yang manis, tampak ketakutan akan sesuatu. Tangannya juga gemetar saat balas memeluk Taeyong.

Disisi lain, Jaehyun tengah melihat kondisi Mark yang masih beradadi ruang operasi. Dia lebih tenang dari dua lainnya. Yoona langsung berlari menuju mereka dan menanyakan apa yang terjadi.

Wajah Haechan tampak kosong saat dia berbicara. "M-mark hyung... Dia... Me-menelponku dan... dan.. ingin meminta maaf... hiks... dia.. dia.. juga ingin aku merawat... hiks... ketiga putranya..." suaranya sangat parau, bahkan ia tampak kesulitan bernafas saat ini. "dia... dia... menelpon saat lima menit sebelum kejadian... hiks... itu adalah... itu adalah obrolan terakhir kami..." ia kembali menangis tanpa suara, penampilannya sudah kacau sekarang.

Tangannya sangat dingin, bibirnya juga pucat. Yoona menjadi khawatir padanya.

"...itu... itu salahku... itu salahku..." Haechan meracau sambil terus menangis, Taeyong kembali memeluknya dan mengusap-usap punggung Haechan.

"Itu bukan salahmu sayang... Itu adalah takdir Mark, tuhan sudah memutuskannya agar ini terjadi padanya. Tuhan sedang menghukum Mark atas kelalaiannya..." jelse Yoona, ia mengelus pucuk kepala Haechan dengan sayang. Dia tidak menyalahkan Haechan, karena itu memang kecelakaan yang tak disengaja.

Yoona menatap putra sulungnya, "tangannya sangat dingin, haruskah kita memanggil perawat? Ibu takut terjadi sesuatu padanya..." ia mengusap tangan pemuda manis itu yang masih gemetar.

Taeyong menatap ibunya dan mengangguk, "Haechan memiliki trauma ditinggalkan, dia saat ini mungkin mengalami ketakutan berlebih. Akan lebih baik jika memanggil perawat dan memberinya suntikan obat penenang."

Yoona mengangguk, lalu mengusap air matanya dan berjalan menuju ruang jaga perawat yang tak jauh dari ruang operasi.

Saat itulah dokter yang menangani operasi Mark keluar, wajahnya tampak kelelahan.

"Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya Jaehyun secara langsung.

Dokter itu membuka masker diwajahnya dan menghela nafas, "pasien mengalami luka yang cukup parah, dan ada terlalu banyak darah yang keluar. Juga, dia kemungkinan akan mengalami kelumpuhan sementara karena kedua kakinya sempat terhimpit badan mobil yang membuat beberapa syaraf kakinya hampir putus."

"Apakah diantara kalian ada yang memiliki golongan darah O positif? Bank darah kami hanya memiliki satu, dan sangat sulit untuk menemukan donor." tanya Dokter itu kemudian.

Saat Haechan mendengarnya, ia melepaskan pelukan Taeyong dan berjalan terhunyung-hunyung menuju dokter itu. "aku... darahku... O positif, darahku... untuknya..." dia berkata dengan tidak jelas, namun dokter itu paham apa yang ingin Haechan katakan.

Dia mengangguk lalu mengajak Haechan ke ruangan diseberang ruang operasi itu, yang merupakan ruang gawat darurat. Taeyong merasa khawatir dengan Haechan yang tidak stabil saat ini, dia awalnya ingin mencegah pemuda itu namun Haechan bersikukuh.

Akhirnya, dia menyerah dan membantu Haechan berjalan. Karena pemuda itu sudah tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya akibat dari kepanikan yang berasal dari trauma masa lalunya.

Donghae menatap bagian belakang putranya dan pemuda itu, sekarang ia tahu seberapa besar cinta Haechan untuk putra bodohnya. Dan seberapa besar rasa sakit yang sebelumnya ia rasakan juga, hatinya terasa sesak sekarang.

Tiba-tiba sebuah pemikiran untuk memberi pelajaran pada Kang Group muncul dalam benaknya, karena wanita bermarga Kang itu putranya yang bodoh sudah menjadi sangat bodoh.

________

To be continued

Oke besok lagi ya aku mau ada samting di rumah om ku yang mau hajatan.

See you

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang