Part 79

21.5K 2.7K 85
                                    

Malem~

_________

Ketika mereka tengah asyik mengobrol, tangisan bayi terdengar dari arah kamar. Haechan langsung bangkit dan berjalan menuju arah tangisan itu, tentunya diikuti si kembar.

Di ranjang besar, Yeonwoo menangis dengan tangan yang menggapai-gapai. Jisung yang penasaran langsung berjalan cepat kearah ranjang dan duduk didekat Yeonwoo.

"Haechan hyung, ini bayi Nana hyung?" tanyanya. Haechan mengangguk lalu menggendong Yeonwoo kecil dan menepuk-nepuk punggungnya pelan.

"Sangat lucu..." ujar Chenle, ia menyentuh kaki Yeonwoo dan mencubit kecil jari-jarinya.

Jisung ikut mendekat dan melihat kaki Yeonwoo, "ini sangat kecil..."

Haechan terkekeh, kedua anak itu penasaran dengan bayi dipelukannya. "Ukurannya memang lebih kecil dari milik kalian, tapi selain dari itu semuanya sama."

"Apakah kami juga seperti ini dulu?" tanya Chenle.

"Tentu saja, saat kalian masih bayi kalian tampak sepertinya. Bahkan kalian lebih gemuk darinya..." jawab Yoona yang berjalan mengikuti mereka, dia terkekeh.

Haechan hanya tersenyum, sambil terus menenangkan Yeonwoo. Setelah bayi itu berhenti menangis, ia berhenti dan duduk di tepi ranjang.

"Grandma, bukankah dia lucu?" tanya Jisung pada Yoona, matanya berbinar saat melihat Yeonwoo.

Yoona mengangguk, "siapa namanya?" tanyanya.

"Yeonwoo, Na Yeonwoo." jawab Haechan.

"Jisung juga ingin punya adik!" seru Jisung tiba-tiba.

Baik Yoona maupun Haechan terkejut mendengarnya, mereka menatap si bungsu dengan heran.

"Kenapa Jisung ingin punya adik?" Yoona bertanya dengan lembut.

Jeno yang baru datang pun ikut penasaran.

"Jisung ingin seperti Jeno hyung!! Bisa melindungi adik kecil dan mengajaknya bermain!!" jawab si bungsu dengan penuh semangat.

Dua orang dewasa yang ada disana, tertegun mendengar jawabannya. Begitu pula si sulung, ia tak menyangka adiknya itu menganggapnya sebagai sosok yang luar biasa.

Seolah menanggapi perkataannya, bayi Yeonwoo tertawa dan menepuk-nepuk tangan Jisung yang sedang mengelus kaki kecilnya. Haechan tersenyum lembut, lalu mengelus pipi Jisung.

Si bungsu yang diperlakukan seperti itu merasa senang, dan ia tersenyum lebar. Menunjukkan deretan gigi susu yang sangat rapi.

"Kalau begitu, Jisung bisa menjadi hyung untuk Yeonwoo." ujar Haechan dengan lembut.

Mata sipitnya langsung berbinar, "benarkah?? Jisung bisa menjadi hyung??"

Haechan tertawa kecil, "tentu saja, Yeonwoo tidak akan keberatan memiliki hyung yang baik seperti Jisung."

"Yeayy!!" Jisung sangat senang, ia mengepalkan tangannya dan menggoyangkan kedua kakinya dengan penuh semangat.

Chenle yang melihatnya juga tak mau kalah, ia menatap Haechan dengan serius. "Kalau begitu aku juga ingin menjadi hyung Yeonwoo!!"

Baik Yoona maupun Haechan tertawa gemas, rasa kompetitif si kembar tersulut hanya karena salah satunya menunjukkan niat mereka terlebih dahulu. Mereka tidak mau kalah dari satu sama lain, dan ingin menjadi yang terbaik.

"Tentu saja. Bukan hanya kalian, tapi Jeno juga akan menjadi hyungnya Yeonwoo." jawab Haechan.

Chenle langsung bersemangat, dadanya membusung dengan bangga dan dagunya juga terangkat. Ia seperti seseorang yang mendapat tugas kehormatan sekarang. Lain halnya dengan si sulung yang tetap diam dengan patuh, namun dimatanya ia juga merasa senang karena bisa menjadi hyung untuk satu orang lagi.

Ia janji, ia akan melindungi adik-adiknya.

Setelah itu, mereka bermain bersama dengan bayi Yeonwoo sambil sesekali menceritakan hari mereka disekolah. Apartemen itu, dipenuhi suasana lembut dan menyenangkan dengan sesekali suara tawa anak-anak bergema mengisi seluruh ruangan.

Sementara disisi lain, Jaemin tengah tertawa sarkas di kursi kebanggaannya. Ia menyilangkan kakinya dan menopang dagunya dengan tangan kanan, tak jauh dari tempatnya ada seorang pria yang sudah dalam keadaan hampir sekarat.

Kenapa 'hampir'? Karena Jaemin tidak membiarkannya, dia akan menyuruh bawahannya untuk menampar pria itu dengan keras agar dia tetap terjaga dan tidak kehilangan kesadarannya.

"Jadi, kau mau bicara atau tidak?" tanya Jaemin dengan kasar, tidak ada jejak kesopanan dalam kata-katanya.

Pria itu memandangnya dengan takut, waspada, dan kebencian yang besar. Nafasnya tersenggal-senggal, dan wajahnya penuh dengan darah dan keringat yang bercampur.

Jaemin tertawa keras, "kenapa kau menatapku seperti itu? Hmm? Apa aku tampan? Tentu saja!! Semua orang mengakuinya." ia mengangkat bahunya dengan bangga, senyum meremehkan tersemat di bibirnya.

Pria itu menggertakkan giginya, menahan rasa sakit yang ia alami. Ia tak menyangka pemuda yang terlihat sopan dan anggun ini sebenarnya adalah orang yang lebih buruk dari seorang pembunuh, sifat kejamnya benar-benar menakutkan.

Jaemin menghilangkan senyumnya, ia menatap arloji dari merk Louis Vuitton yang secara khusus dipesan ibunya, dan berdecak kesal. "Kau mau bicara atau tidak?! Jangan buang waktuku sialan!!"

Suaranya bergema di ruangan yang kosong, disana mereka tak bisa mendengar suara hiruk pikuk kota Seoul. Tingkat isolasi suara tempat ini benar-benar luar biasa.

Pria itu tetap diam, seolah dia tidak mendengar pertanyaannya.

Jaemin langsung berdiri dari kursinya dengan tidak sabar, wajahnya terlihat sangat dingin. "Seharusnya aku tidak berharap banyak pada anjing sepertimu!! Benar-benar membuang waktuku yang berharga!!"

Ia mencengkeram rahang pria itu kuat-kuat dan mendesis, "apa kau tahu berapa banyak pengusaha diluar sana yang berusaha membuat janji untuk bertemu denganku?! Apa kau tidak tahu betapa berharganya waktuku ini?!" ia menghentakkan tangannya dari rahang pria itu hingga dia membentur lantai, Jaemin kembali berdiri tegak dan membetulkan jasnya. "Kalian bisa bermain dengannya." ujarnya, ia langsung berjalan keluar dari ruangan dengan langkah yang cepat.

Sementara di ruangan itu, suara kain yang dirobek paksa dan tawa banyak pria terdengar di seluruh ruangan. Tampak agak mengerikan.

Bagaimana nasib pria itu? Tidak ada yang tahu, entah dia bisa keluar hidup-hidup atau sudah berubah menjadi potongan tubuh. Tidak ada yang tahu.

Jaemin memasuki mobilnya, melihat kaca depan mobilnya lalu mengendurkan dasinya sedikit. Setelah dirasa sudah sesuai, ia kembali tersenyum dan perasaan menindas yang mengerikan sebelumnya sudah hilang seolah itu hanya halusinasi saja.

Ia menyalakan mesin, dan mulai berkendara kembali ke perusahaannya. Tempat itu adalah tempat rahasia yang tidak diketahui oleh orang-orang, bahkan orang tuanya. Dia yang membuatnya, menggunakannya sebagai neraka bagi siapapun yang mengusik dirinya ataupun orang terdekatnya.

Entah sudah berapa banyak nyawa yang hilang ditempat itu, tidak ada yang tahu. Bahkan Jaemin sendiri tidak tahu sudah berapa banyak orang yang tersiksa dibawah tangannya.

Dibalik sifat hangat dan cerianya, ada sifat brutal dan kejam yang menunggu untuk dibangkitkan. Saat sisi lain dirinya muncul, tidak ada yang bisa lolos darinya.

_________

To be continued

Aku takut akun ini dihapus pihak wattpad, ada banyak akun yang kena soalnya. Pas mereka tanya alasan kenapa akun mereka dihapus pihak watty, gaada jawaban. Heu ngeri:'(

Dan begonya aku belum cadangin semua cerita di akun ini:') fak!

Takut aku :')

Plus, kebanyakan akun yang kena itu penulis/penerjemah cerita yaoi alias bxb. Makin keder lah aku (╥﹏╥)

Menurut kalian gimana? Apa aku harus bikin akun cadangan atau pindah?

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang