Part 22

40.7K 5.3K 571
                                    

Mark kembali setelah mengambil kunci mobilnya, ia benar-benar akan mengantar Haechan pulang. Sementara ia mengeluarkan mobil dari garasi, Haechan kembali ke kamar tempat ia beristirahat tadi untuk mengambil tasnya yang masih ada di sana. Ia lalu mengemas barangnya dengan cepat, itu hanya beberapa buah buku dan jaket yang ia pakai saat pergi ke kebun binatang.

Setelah selesai ia bergegas turun untuk menghampiri Mark yang ada di lantai bawah, tepatnya di halaman mansion keluarga Lee. Namun sebelum ia mencapai pintu, si sulung Jeno menghadangnya di tangga. Sebuah senyuman tersemat di bibirnya. Haechan mengernyit heran, apa yang dilakukan anak ini? Bukankah tadi Mark meminta anak-anaknya untuk belajar sebentar lalu tidur? Kenapa  Jeno ada disini?

"Jeno? Ada apa?" Tanya Haechan kemudian.

"Haechan hyung, kau berjanji pada kami bahwa siapapun diantara kami yang bisa menghafal nama binatang yang ada di kebun binatang hari ini akan mendapatkan hadiah kan?" Bukannya menjawab, Jeno malah balik bertanya. Haechan mengangguk dengan bingung, apa maksudnya dia menanyakan hal ini kepadanya?

"Kenapa?" Tanya Haechan penasaran.

"Bisakah aku meminta hadiahku?" Pinta Jeno.

"Tentu.." jawab Haechan. "Apa yang kau inginkan?"

"Aku ingin kau menjadi ibu kami. Bisakah?" Ujar Jeno sambil menatap Haechan serius.

Degg...

Ada apa ini? Kenapa ayah dan anak menanyakan hal yang sama padanya?! Apakah Jeno dibujuk oleh Mark untuk melakukannya? Kenapa?

Kepala Haechan diliputi banyak pertanyaan, sementara Jeno masih setia menunggu jawabannya. Jantung Haechan berdegup kencang kala ia menatap mata penuh ketulusan dari Jeno, anak itu memiliki momentum yang sama seperti ayahnya. Ia bisa membuat orang lain merasakan tekanan yang diberikannya dan membuat orang lain tunduk padanya.

"Kumohon... tidakkah hyung lihat Chenle dan Jisung? Mereka tidak pernah melihat sosok ibu semenjak mereka lahir, ibu kami meninggal saat persalinan mereka. Bahkan, saking penasarannya mereka dengan sosok ibu... mereka selalu bertanya pada papa saat sebelum tidur dan memintanya untuk menceritakan semua hal tentang ibu. Aku selalu melihat papa menitikkan air mata saat menceritakan itu pada mereka, aku tahu papa menyesal atas meninggalnya ibu. Dan sebagai gantinya ia sering bersama wanita lain hingga melupakan kami. Kau tahu hal ini hyung..." Jelasnya.

"Tapi..." Haechan hendak bicara sebelum Jeno kembali memotongnya.

"Kami sangat menyayangi papa, dan papa juga. Tapi kami tidak terima jika papa membawa para wanita jalang itu pulang dan bahkan mengenalkan mereka pada kami sebagai calon ibu baru kami. Kami kesal dan benci hal itu, ini mungkin salah... tapi kami juga ingin yang terbaik untuk papa dan kami. Para wanita itu tidak tulus, mereka mendekati papa hanya agar bisa mendapatkan harta. Kau tahu hyung, ada peribahasa cintai dia, cintai anjingnya.'  Namun para wanita itu hanya bisa mencintai papa dan hartanya, dan melupakan kami. Mereka menganggap kami hanya roda ketiga untuk hubungan mereka, itu sebabnya mengapa Chenle begitu membenci orang yang papa bawa. Aku masih bisa menanggung sikap para wanita itu, tapi tidak dengan kedua adikku. Mereka akan mengatakan apa yang mereka sukai atau yang tidak mereka sukai dan itu juga membuat papa harus menanggung konsekuensinya." Jeno berhenti sebentar lalu melanjutkan. "Hanya ketika kami bertemu denganmu, kami merasakan ketulusan yang kau miliki. Jisung hanya tahu bahwa ibu kami adalah orang yang lembut, itu sebabnya saat kau mengobati lukanya di taman hari itu ia menganggapmu sebagai ibunya. Semakin kami bersamamu, semakin kami merasa nyaman dan yakin bahwa kau adalah orang yang kami cari. Papa tidak terlalu pintar dalam hal emosi, bahkan kau bisa menyebutnya bodoh. Dia terlalu naif dan mudah diperdaya oleh para wanita itu, namun semenjak kau mengkritiknya dia berubah dan menjadi lebih dewasa. Hyung, sadarkah bahwa kau telah membawa perubahan besar untuk kami? Sosok yang tulus seperti kau lah yang kami cari, orang yang bisa menyayangi aku, adik-adikku dan juga papa. Hanya kau yang bisa melakukannya."

Haechan terdiam, ia tak tahu harus merespon apa tentang semua hal yang dijelaskan Jeno. "... akan kupikirkan"

Jeno tersenyum tulus,"jika kau tidak mau dan hanya mengasihani kami... sebaiknya jangan. Kau bisa menggantinya dengan menjadi ibu kami untuk satu hari, saat aku tampil nanti."

Haechan tersenyum, anak asuhnya itu benar-benar sudah tumbuh besar. Dia tidak mudah didekati seperti dua adiknya, dan pertahanannya lebih besar dari adiknya. Haechan mengerti perasaannya, karena ia juga harus berpisah dari ayah bajingannya. Mereka sama-sama dari orang tua tunggal dan bisa saling mengerti dengan pemahaman diam-diam. Yahh... meski ibu Haechan menikah lagi, tapi itu bukan ayah biologisnya dan kasih sayangnya tentu akan berbeda. Benar bukan?

Sementara Jeno, ayahnya terlalu banyak berpikir. Dia masih memiliki sedikit perasaan pada istrinya, juga merasa bersalah atas meninggalnya sang istri. Ko Eunji, mendiang istrinya yang memiliki paras cantik yang juga merupakan sahabat Mark sejak sekolah menengah. Dia meninggal karena pendarahan hebat pasca melahirkan, kala itu Chenle sudah lahir. Namun entah mengapa lima menit kemudian terjadi pendarahan yang hampir merenggut nyawa Jisung kecil dan ibunya. Dokter yang menangani Koeun memberi dua pilihan pada Mark, ia harus memilih antara istrinya atau putranya. Mark tidak bisa memilih keduanya karena tubuh Koeun yang mulai melemah.

Dalam situasi itu, Koeun meminta Mark agar bayi mereka yang diselamatkan. Ia ingin agar putranya bisa melihat dunia luar yang indah dan menikmatinya bersama dengan kedua saudaranya dan juga Mark, dan merelakan dirinya. Mark hampir berteriak frustasi dengan keputusannya, namun setelah diyakinkan ia setuju dengan berat hati. Tak lama, operasi Caesar dilakukan untuk mengeluarkan Jisung kecil dari dalam rahim. Operasi Caesar  berlangsung selama dua jam, dan Jisung kecil berhasil diselamatkan meski sang ibu harus pergi. Koeun meninggal tepat setelah operasi selesai, dan membuat Mark merasa terpukul atas kepergiannya.

Ia mengurung diri selama beberapa minggu, membuat Jeno sering bertanya pada Taeyong kenapa sang ayah tidak mau keluar. Jeno kecil juga sering menemani kedua adik kembarnya bersama Taeyong sementara sang ayah masih berkabung. Dan dalam hatinya, ia berjanji untuk melindungi kedua adiknya dengan baik dan tidak membuat Mark bersedih lagi.

Jeno membuktikan janjinya, ia selalu belajar dengan giat dan menjaga adik-adiknya. Meski demikian ia tidak menyetujui atau melarang mereka untuk berperilaku nakal, membuat Taeyong selalu geram karenanya. Namun saat ia akan dihukum oleh Taeyong karena membiarkan mereka mengacaukan pesta minum teh keluarga, kedua adiknya melindungi Jeno. Sejak saat itulah mereka selalu saling melindungi dan memiliki pemahaman diam-diam. Ini berlaku untuk semua hal, baik kenakalan ataupun kebaikan. Sang ayah dan yang lainnya hanya bisa menghela nafas panjang dan membiarkan mereka.

Tapi semenjak Haechan menjadi pengasuh mereka, ketiga anak itu berubah. Mereka dengan senang hati mendengarkan ucapannya, menurut, dan berperilaku baik layaknya anak yang polos dan naif. Mereka mulai belajar bagaimana berperilaku sopan pada orang yang lebih tua, etika ketika makan, dan mengenal lingkungan sekitar mereka. Membuat Yoona, Taeyong maupun Mark sendiri tertegun. Apakah ketiga anak itu benar-benar cucu keluarga Lee?

Mereka bersedia patuh, namun hanya Haechan yang bisa membuat mereka sepatuh itu. Mereka bersedia menjadi anak yang baik, namun hanya karena Haechan lah mereka ingin menjadi anak yang baik. Orang yang mereka anggap sebagai ibu pengganti mereka, yang bersedia menghujani mereka dengan banyak kasih sayang. Hal yang selama ini mereka inginkan dan dambakan. Lebih dari apapun yang ada di dunia ini.

To be continued
_________

Maap gaes akutuh terlalu mendalami Dionysius:( jadi lapak lain nganggur:(
Oh iya, aku mau ngadain PO buat pdf book ini dan ada banyak parts yang pasti gaada disini tapi ada di pdf nya:)
Bukannya sok ya, tapi....

PENULIS JUGA BUTUH UANG:(

nah aku juga gitu, hp ku rusak gaes dan laptop dipake sama kakak jadi yo aku kudu beli lagi dong? Iya! Tapi tabunganku gak cukup:( makanya aku putar otak buat cari solusinya. Dan...tada!! Tercetus lah ide ini~
Ini aja aku pake tab adek yang layar touch screen nya udah ga bisa dipaké setengah:( mohon maklumi jika ada typo ya
Nah, kalo aku ada hp baru kan jadi enak. Jadi bisa lancar update lagi deh~

Maaf ya curhat:>

Baibai

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang