Part 33

29.2K 4.7K 77
                                    

Chenle berguling di kasurnya, berusaha untuk memejamkan matanya namun ia tetap tidak bisa. Ia sudah mencoba menepuk bantalnya, menggulung dirinya dengan selimut, dan tetap tidak bisa tidur. Pada akhirnya dia bangkit dan duduk di tepi ranjang, semua anak-anak sudah tidur dan ruangan itu sangat sepi senyap.

Ia bisa mendengar suara nafas tenang saudaranya yang tengah tertidur, Chenle mendengus kesal. Ia juga ingin tidur seperti yang lain!

Jisung memang sangat mudah untuk tidur, berbeda dengannya yang harus menyesuaikan diri terlebih dahulu jika berada di tempat yang baru. Ia jadi iri pada Jisung.

Pada saat ini, ia mengedarkan pandangannya ke setiap ranjang dan mendapati milik Daehwi ternyata kosong. Ia mengangkat sebelah alisnya, kemana anak yang selalu tersenyum itu pergi?

Dengan berbekal rasa penasarannya Chenle bangkit dan berjalan mengitari ruangan itu. Tatkala ia berada dekat dengan balkon, ia mendengar suara nyanyian samar dari luar sana.

'Siapa?' batin Chenle.

Ia terus berjalan perlahan menuju balkon dan melihat keluar, didekat pagar ada seorang anak yang tengah duduk membelakanginya menatap ke kejauhan. Dari sanalah ia mendengar suara nyanyian itu, meski samar tapi suaranya lembut dan enak didengar.

Ia bisa mengenali surai coklat madu itu, itu milik Daehwi. Teman pertamanya di tempat ini. Segera ia mempercepat langkahnya dan berdiri disamping anak berambut coklat itu.

"Daehwi?" ujar Chenle pelan.

Si pemilik nama sedikit membeku lalu menoleh, "Chenle? Kau tidak tidur?"

Chenle menggeleng pelan, lalu duduk disampingnya dan memeluk lututnya. "Aku sulit tidur ditempat baru. Kau sendiri?"

Daehwi tersenyum saat matanya menatap ke kejauhan, "aku merindukan orang tuaku..."

Chenle menatap dengan terkejut, "apa kau tahu seperti apa mereka?"

Daehwi menggeleng pelan, "tidak.."

"Lalu bagaimana bisa kau merindukan mereka jika kau tidak tahu seperti apa rupa mereka?" tanya Chenle sedikit bingung.

Daehwi menatapnya sambil tersenyum, "aku dibesarkan sejak masih bayi disini,  aku memang tidak tahu wajah mereka seperti apa dan bagaimana sifatnya. Tapi... Hatiku selalu mengatakan bahwa orang tuaku adalah orang yang baik dan pasangan serasi. Aku selalu membayangkan wajah mereka dalam otakku.."

Chenle tertegun, "kau... Bagaimana bisa?"

Daehwi terkekeh pelan, "tentu saja bisa, kenapa tidak? Merindukan seseorang tidak berarti kau harus tahu seperti apa mereka, kau hanya perlu tahu bahwa kau merindukan orang itu dan hatimu akan menuntunmu untuk membayangkan seperti apa sosok yang kau rindukan."

Chenle merenung, "aku... juga merindukan ibuku..."

Daehwi menatapnya, "memangnya dimana ibumu?"

"Meninggal..." jawab Chenle lirih.

"Oh maafkan aku, aku turut berduka cita..." ujar Daehwi menyesal.

Chenle memeluk lututnya dan meletakkan dagunya diantara kedua lututnya, "tidak apa, itu sudah sangat lama."

"Bagaimana dengan ayahmu?" tanya Daehwi.

"Dia ada diluar negeri, bekerja." jawab Chenle. "Ayah sangat jarang meluangkan waktunya untuk kami, terkadang aku kesal padanya! Dia sangat menyebalkan!"

"Eh? Kenapa?" tanya Daehwi tidak mengerti.

"Dia selalu membawa wanita aneh pulang! Bahkan memperkenalkan mereka pada kami, apa gunanya? Wanita itu menjijikkan!! Pakaian mereka sangat ketat dan pendek seperti pakaian dalam! Sangat tidak sopan!!" jelas Chenle kesal.

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang