Capek scrool:( chapternya banyak banget :"
_________
Ini adalah malam penampilan Jeno di acara sekolahnya, dia sudah meminta Haechan untuk menemaninya dan Haechan setuju. Dia juga mengundang Renjun dan Jaemin seperti yang diinginkan Jeno.
Rencananya ia akan pergi bersama Jeno serta Chenle dan Jisung pada pukul 19.00 malam, dan ini sudah pukul 18.56. Yang artinya tinggal empat menit lagi sebelum mereka pergi.
Mina masih berada di mansion Lee, dan seperti sebelumnya dia berlaga seperti seorang nyonya rumah. Banyak pelayan dan maid mengeluh karenanya, pasalnya Haechan saja yang selalu menginap disini tidak pernah melakukan hal seperti ini.
Dia malah sering membantu mereka, namun Mina? Dia selalu banyak maunya dan membuat mereka kesal tatkala apa yang diinginkannya tidak sesuai harapan. Dia bahkan memecat seorang maid baru yang masih muda hanya karena dia terlambat membuatkannya sarapan.
Chenle berusaha untuk terus bersabar, rencana yang sudah ia susun bersama Jeno masih belum bisa dilakukan sekarang. Mereka harus sedikit lebih sabar lagi sebelum bisa melakukannya.
"Haechan hyung, aku sudah siap." ujar Jeno setelah dia memakai kemeja dan jasnya. Dia tampak seperti pangeran kecil yang akan pergi ke pesta sekarang, aura bangsawannya membuat Jeno terlihat lebih mulia.
Mina yang mendengarkan ucapannya langsung menoleh, "Jeno, kau mau pergi kemana?" tanyanya dengan lembut.
Si sulung hanya mendengus dan menatapnya dengan jijik, "siapa kau beraninya menyebut namaku? Jangan pernah bertingkah seolah kita dekat hanya karena kau bisa dekat dengan papa!" dia lalu pergi menuju Haechan yang ada di ruang makan.
Ya, dia memasak makan malam. Itu atas permintaan Chenle yang ingin makan masakan rumahan milik Haechan.
Mina yang ditinggalkan, merasa kesal. Dia benar-benar ingin mencekik anak itu, tapi dia adalah putra Mark dan cucu kesayangan keluarga Lee. Akhirnya dia hanya bisa menahan emosinya dan terus berusaha bersabar, karena ia pasti akan menjadi nyonya rumah ini dan ketiga anak menyebalkan itu akan tunduk padanya.
Dia duduk di sofa ruang keluarga dan menyalakan televisi, sementara telinganya mendengarkan percakapan dari ruang makan.
"Hyung, bagaimana?" Jeno mendekati Haechan yang tengah menata makanan dimeja.
Haechan menatapnya dan mengangguk pelan, "kau terlihat tampan malam ini. Tampak seperti pangeran." ia terkekeh.
Jeno ikut tersenyum, ia senang bisa mendapat pujian darinya. "Terimakasih hyung!"
Haechan mengangguk, "duduk dan makanlah, setelah itu kita akan berangkat."
Jeno dengan patuh duduk di kursi terjauh dari kursi utama, dia tidak mau dan tidak sudi berada dekat dengan wanita iblis itu. Sementara si kembar baru turun dari kamar mereka, dengan pakaian non-formal. Mereka juga akan ikut menyaksikan penampilan sang kakak malam ini.
"Haechan hyung! Jeno hyung!" ujar keduanya bersamaan.
Yang dipanggil hanya tersenyum, keduanya lalu duduk di samping Jeno untuk makan malam. Suasana meja makan sangat hidup dengan keberadaan si kembar yang berebut makanan, bahkan tak jarang beberapa maid akan tertawa karena tingkah menggemaskan mereka.
Sayangnya itu tidak lama, karena Mina juga ikut duduk di sana. Disamping meja utama.
Meja makan menjadi senyap, dan semua orang kembali ke tempat mereka. Haechan duduk disamping Jisung karena permintaannya, dia ingin melindungi mamanya dari iblis jahat. Dia bahkan mengantungi sebuah kalung salib kecil untuk mengusir iblis itu, tapi sayangnya itu tidak berfungsi.
Jisung kecewa, tapi dia masih bisa menggunakan dirinya untuk melindungi sang ibu dari iblis itu! Jisung menjadi senang kembali.
Ketiga anak itu dengan cepat menyelesaikan makan malam mereka, lalu menyeret Haechan yang belum selesai untuk cepat berangkat dengan alasan mereka hampir telat. Pemuda itu hanya pasrah dan mengikuti ketiganya menuju mobil yang biasa mereka kenakan sehari-hari.
"Hari ini biarkan paman Song yang mengemudi, karena hyung yang akan menjadi waliku. Hyung juga pasti lelah setelah memasak banyak tadi bukan?" ujar Jeno, dia langsung meminta Haechan untuk masuk ke pintu belakang bersama mereka.
Di kursi ketiga, Chenle dan Jisung sudah duduk dengan tenang. Didepan mereka adalah tempat Haechan dan Jeno. Setelah mendapat instruksi, paman Song pengemudi mereka malam ini langsung menyalakan mobil dan melaju di jalanan yang masih ramai.
"Apa kau gugup?" tanya Haechan dengan lembut.
Jeno tersenyum, "sedikit. Ini pertama kalinya aku bermain piano didepan umum."
"Tenang saja, semuanya pasti akan baik-baik saja. Kau pasti bisa melakukannya, tunjukkan kemampuan terbaikmu diatas panggung nanti. Jangan terlalu gugup." Haechan menenangkan, dia mengelus telapak tangan Jeno dengan lembut. Membuat anak itu tertegun.
'Jadi... Seperti inilah rasanya diperhatikan oleh seorang ibu...' batinnya.
Ia menatap mata lembut milik Haechan lalu ke telapak tangannya, ia tidak ingin Haechan melepaskan tangannya. Ia ingin pengasuhnya itu terus menggenggam tangannya seperti ini. Keluarga Lee tidak pernah memperhatikannya hingga seperti ini, bahkan ayahnya.
Ini adalah kali pertama dirinya diperhatikan dan disayangi seperti layaknya anak seusianya. Karena dia adalah cucu pertama sekaligus calon penerus perusahaan, baik ayah maupun aunty nya selalu bersikap tegas pada Jeno. Grandma nya terlalu sibuk mengurusi bisnis fashion miliknya dan hanya bisa datang beberapa kali saja, sedangkan grandpa nya sibuk dengan perusahaan mereka di Eropa yang bahkan lebih jarang pulang.
Jeno tersenyum, sebuah senyum yang benar-benar dari hati. "Terimakasih hyung..."
Haechan mengangguk kecil, "sama-sama.."
Tak lama, mereka sampai di sekolah si sulung. Mereka lalu turun dan meminta paman Song untuk menunggu disana.
Saat berjalan ke auditorium, mereka melihat Renjun dan Jaemin yang sudah tiba lebih dulu. Pakaian mereka sangat berbeda, yang satu mengenakan jas dan kemeja sementara yang lainnya hanya memakai kemeja yang lengannya digulung hingga siku.
Karena ketampanannya, kedua orang itu menarik perhatian banyak orang tua yang hadir. Tak jarang, akan ada orang tua yang bertanya apakah mereka sudah memiliki kekasih atau belum dan merasa hanya tersenyum menanggapinya.
"Nana hyung!! Injun hyung!!" Chenle dan Jisung berseru bersamaan.
Renjun langsung merentangkan tangannya, membuat si bungsu berlari menghampiri mereka dan memeluk paha Renjun.
"Hai jagoan..." ujar Jaemin sambil mengusap rambutnya.
"Jeno tampak seperti seorang pangeran, sangat tampan." puji Renjun saat melihat si sulung menggandeng tangan Haechan.
"Tentu saja! Ini adalah malam penampilannya, dia harus terlihat sangat tampan." timpal Jaemin sambil tersenyum lebar.
"Terimakasih atas pujiannya hyung." ujar Jeno sambil tersenyum.
Mereka lalu bertukar sapa sebentar, lalu memasuki auditorium bersama.
Disisi lain, Mina tengah memikirkan sesuatu ketika dia mendegar suara dari mesin mobil yang dikenalnya. Seketika, dia memiliki sebuah ide.
"Kau pasti akan tamat malam ini, Lee Haechan." gumamnya dengan seringai dingin.
Dia dengan cepat berlari kecil menuju halaman depan dan menyambut kedatangan Mark. Wajahnya tampak sedih dan bahkan ada beberapa bulir air mata disudut matanya.
"Mark..." ujarnya, dia memilin jari-jarinya dengan sedih. Nadanya terdengar sangat manja dan tertekan. Seolah-olah seseorang telah menindasnya.
_________
To be continued
Tadinya semalem aku mau up double, tapi aku denger suara aneh dari luar jendelaku makanya aku langsung tidur:')
Iya tau, aku penakut hehe
Bagi yang mau berdonasi ini nomornya 089618726827 atau bisa juga melalui aplikasi dana
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Mom For Us
FanfictionKisah manis tentang seorang CEO duda tampan dan ketiga anaknya yang lucu. CEO tersebut bernama Mark Lee, dia adalah seorang single parents karena istrinya meninggal setelah melahirkan putra ketiga mereka. Mark yang terlalu mencintai istrinya tak ing...