Yuhuuu spada~
_________
Haechan berjalan menuju meja makan bersama ketiga anak itu, sesekali mereka berbincang dan tertawa kecil. Ternyata, di meja itu sudah terdapat Mark dan Mina tengah sarapan.
Mark tentunya duduk di kursi utama, dan wanita itu duduk di tempat biasa Haechan duduk. Disamping kanan Mark.
Jika saja tidak ditahan Jeno, mungkin Chenle sudah berlari kearahnya dan menjambak rambut wanita itu. Sayangnya dia ditahan Jeno, si sulung memberi isyarat padanya.
Akhirnya, ia hanya bisa mendengus dingin lalu memilih kursi terjauh dari kedua orang itu. Dua saudaranya juga mengikuti. Namun tepat saat Haechan akan duduk, wanita itu berkata.
"Kenapa seorang pelayan sepertimu duduk di meja yang sama dengan atasan?!" ujarnya dengan suara kesal. Saat itu juga Chenle ingin melempar tas Jeno yang berisi banyak buku ke kepala wanita itu.
Akhirnya, Haechan mengurungkan niatnya untuk duduk dan hanya berdiri sambil tersenyum tipis. "Maaf..."
Mark agak tidak enak, pasalnya Haechan selalu ikut sarapan di meja yang sama dengan mereka sebelumnya. Dia tidak menatap Haechan dan terus melanjutkan sarapannya.
"Mark, beginikah kelakuan bawahanmu?! Seharusnya kau menegurnya! Jika kau membiarkannya dia-"
"Apa hakmu untuk mengatur rumah tangga kami?" sela Chenle dengan mata sinis.
Perkataan wanita itu berhenti, dan ia tidak bisa menjawab pertanyaannya. Bibirnya kelu.
"Kau hanya orang luar, tapi berani berkomentar seperti itu. Apakah kau tidak tahu malu?" Chenle melanjutkan. "Kau hanya menumpang dirumah ini, tidak pantas bagimu untuk mengomentari privasi kami."
Baik Mark maupun wanita itu bungkam, ucapan Chenle memang benar. Mina hanya menumpang disini, bukan sebagai nyonya rumah. Dia tidak punya hak untuk memarahi Haechan.
"Haechan hyung, duduklah disini." ujar Jeno, dia menunjuk ke kursi di sampingnya.
Dengan senyum, ia mengangguk. "Terimakasih."
Dengan begitu, sarapan berlalu dengan sangat canggung. Yahh sebenarnya tidak terlalu, karena Haechan dan ketiga anak itu berbincang seperti biasa. Mereka bahkan sesekali bercanda dan tertawa.
Mark sadar ada sesuatu yang tidak beres dengan ketiga putranya dan juga Haechan. Namun dia tidak tahu apa itu.
"Kami selesai. Sampai jumpa." ujar Chenle setelah meneguk susunya sampai habis.
"Tunggu, kita berangkat bersama." ujar Mark.
"Tidak perlu, kami tahu papa sibuk bekerja. Biar Haechan hyung saja yang mengantar." Chenle menolak, dia menekankan kata 'sibuk' sambil melirik sinis wanita itu.
Mina berpura-pura tidak melihatnya, dan hanya mengaduk-aduk sarapan miliknya. Ketiga bocah sialan itu benar-benar sulit dikendalikan.
Chenle, Jisung dan Haechan sudah pergi lebih dulu. Tersisa si sulung dimeja makan, ia memakan roti selai coklatnya dengan santai. Lalu berdiri.
"Papa tidak perlu datang saat acara sekolahku, aku sudah bilang pada Yoon saem kalau papa sibuk. Dia bilang tidak masalah." setelah itu dia pergi tanpa menoleh.
Ya, awalnya dia ingin ayahnya menyaksikan dia tampil di acara itu. Menyaksikannya bermain piano sambil bernyanyi lagu yang ia tujukan untuk sang ayah, namun tadi malam ia berubah pikiran. Kenapa dia harus membuat persembahan khusus untuk ayahnya sementara dia melupakan mereka? Bahkan dia lupa bahwa dia berjanji akan menjadikan Haechan sebagai ibu mereka.
Jeno tidak sebodoh dan senaif itu. Ayahnya melupakan semuanya, jadi kenapa dia harus mengingatkannya? Dilupakan, maka lupakan juga. Lebih baik memberitahu lebih awal ia tidak perlu datang daripada nantinya dia berjanji namun benar-benar tidak datang.
Haechan mengantar ketiganya ke sekolah mereka, saat diperjalanan mereka menyanyi kecil sambil melihat pemandangan di luar.
"Haechan hyung..." ujar Jeno tiba-tiba.
Haechan lantas menoleh melalui kaca depan, "ya Jeno?"
"Untuk malam acara nanti, ajak Nana hyung dan Renjun hyung untuk datang. Aku ingin mereka menyaksikan penampilanku disana." jelas Jeno.
Haechan tersenyum dan mengangguk setuju. Lalu mereka kembali bernyanyi bersama. Hingga tak terasa mereka sudah sampai di sekolah Jeno.
Setelah berpamitan pada Haechan, Jeno turun dari mobil dan berjalan menuju kelasnya. Awalnya ingin langsung ke kelas, namun ia urungkan niatnya dan malah berjalan menuju ruang guru yang berada di arah yang berlawanan.
"Jeno!!" seru seorang anak laki-laki tak jauh darinya. Anak itu langsung berlari menuju tempat Jeno lalu menepuk bahunya. "Kenapa tidak ke kelas?"
"Aku ingin menemui Yoon ssaem." jawab Jeno apa adanya.
Anak itu mengernyit bingung, "kenapa? Apa kau punya masalah?"
"..sepertinya begitu." jawabnya dengan tidak jelas.
"Ceritalah, mungkin aku bisa membantumu." tawarnya, anak itu tersenyum lebar.
Benar, Gunhee pasti bisa membantunya! Dia juga pernah berkelahi dengan ibu tirinya!
"Gunhee, bagaimana caranya mengusir jalang dari rumahmu?" Jeno bertanya secara langsung. Ya, dia langsung menyebut 'jalang' karena wanita itu mengambil ayahnya dari ia dan saudaranya.
Gunhee langsung mengerti apa maksudnya, "itu mudah. Aku bisa menyarankanmu banyak cara untuk mengusir seekor lalat seperti itu."
"Beritahu aku, ibuku hampir diusir dari rumah karena jalang itu. " Jeno berkata dengan serius, ia langsung mengatakan ibu bukannya pengasuh.
"Itu sangat serius, tapi kau tidak perlu khawatir. Aku bisa memberitahumu caranya." Gunhee menepuk pundak temannya itu, lalu mendekatkan kepalanya ke telinga Jeno.
Jelas, ia mengatakan apa saja yang bisa dia lakukan untuk mengusir orang ketiga di keluarga mereka. Itu karena keluarganya juga memiliki masalah yang sama dengannya, ia selalu mencurahkan kekesalannya pada Jeno. Jadi Jeno juga cukup tahu situasi keluarganya.
Setelah mendengarkan sarannya, Jeno tersenyum dingin. Bahkan Gunhee yang melihatnya ikut merinding, ia tidak tahu temannya yang selalu tenang itu memiliki sisi gelap seperti ini.
"Setelah ini, kujamin pelacur itu tidak akan berani mengusik keluargamu lagi." ujar Gunhee. Jeno mengangguk pelan, wajahnya masih tampak dingin dan menyeramkan.
Itu bukan ekpresi yang seharusnya dimiliki oleh seorang anak berusia tujuh tahun, itu seperti ekspresi dari seorang pembunuh berdarah dingin yang sudah menargetkan mangsanya.
Setelah itu, Gunhee mengikuti Jeno ke ruang guru untuk menemui Yoon ssaem. Ia cukup penasaran dengan apa yang ingin temannya itu lakukan, kenapa dia menemui walikelas mereka?
____________
To be continued
Update lagi nanti malem yes, aku mau nugas dulu
Bagi yang mau berdonasi ini nomornya 089618726827 atau bisa juga melalui aplikasi dana
Jumpe lagi~
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Mom For Us
FanfictionKisah manis tentang seorang CEO duda tampan dan ketiga anaknya yang lucu. CEO tersebut bernama Mark Lee, dia adalah seorang single parents karena istrinya meninggal setelah melahirkan putra ketiga mereka. Mark yang terlalu mencintai istrinya tak ing...