Ketiga anak itu berjalan menuju counter sambil memegang nampan masing-masing, senyum terpancar di bibir ketiganya. Merasa bangga dengan diri mereka sendiri karena telah berhasil mencuci peralatan makan mereka sendiri.
"Suster Yang, ini milik kami. Terima kasih atas makanannya, itu sangat enak!" ujar Jeno yang diangguki oleh dua adiknya.
Suster Yang tertawa kecil dan mengambil peralatan makan mereka, "tentu. Senang rasanya kalian menyukai masakan kami."
Jeno tersenyum, "kalau begitu kami permisi, selamat siang Suster Yang."
"Selamat siang Suster Yang." ujar si kembar bersamaan. Suster Yang membalas salam mereka dengan tersenyum.
Mereka hendak berbalik untuk pergi menyusul Yang yang dan anak lainnya, namun seseorang mengusak rambutnya perlahan. Setelah mengetahui tangan siapa itu, mereka segera menatap si pemilik tangan.
"Haechan hyung!!" ujar ketiganya bersamaan.
"Kalian pasti lelah, ayo kuantar ke ruang tidur." Haechan tersenyum lembut. "Ah ya, bagaimana belajar mencuci piringnya?"
Jeno dan Chenle mengalihkan pandangan mereka sementara pipi mereka memerah, sementara Jisung menatap Haechan dengan bersemangat dan terlihat ingin menceritakannya.
"Awalnya kami tidak mengerti hyung, tapi setelah melihat Daehwi dan yang lainnya kami bisa melakukannya!! Kami berdua membantu Jeno hyung mencuci piring, kami tidak membuatnya mencuci piring sendirian!!" Jisung menjelaskan sambil badannya bergerak-gerak, matanya dipenuhi cahaya saat menatap Haechan.
Jeno hanya menunduk malu untuk menyembunyikan rona kemerahan diwajahnya, ia tidak pernah melakukan hal ini jadi tentu saja ia tidak ingin orang lain tahu. Apalagi usianya sudah tujuh tahun namun ia masih berpangku tangan pada pembantu rumahnya.
Sementara itu, Chenle memainkan ujung seragamnya sambil menggigit bibirnya pelan. Sama dengan sang kakak, ia juga tak terbiasa melakukan sesuatu yang sepele seperti mencuci piring sendirian karena adanya pembantu dirumah mereka. Ia bahkan kadang selalu menyepelekan hal itu, namun setelah mencobanya sendiri ternyata itu lumayan susah.
Suster Yang, yang berada di balik counter terkekeh pelan mendengar penjelasan Jisung. Ia sudah tahu mengenai ketiganya dari Haechan, bahwa mereka sangat nakal dan terkadang menyepelekan hal-hal kecil. Jadi, Haechan ingin membuat mereka belajar sesuatu dengan datang ke panti asuhan ini. Tentunya setelah meminta izin dari Suster Yuan, pemilik panti asuhan.
Jeno dan Chenle tambah memerah ketika mendengar suara kekehan Suster Yang, mereka benar-benar malu. Dan ingin mengubur diri mereka dalam-dalam, sementara Jisung hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Haechan tersenyum kecil, "kalian sudah bekerja keras, itu bagus jika kalian bisa melakukannya. Aku bangga dengan usaha kalian."
Sontak Jeno dan Chenle menatap Haechan dengan terkejut, merasa tak percaya bahwa pengasuh mereka tidak akan mengolok-olok tingkah mereka yang menjunjung tinggi harga diri mereka. Bahkan pemuda manis itu memuji usaha yang mereka lakukan.
"Pergilah untuk tidur siang, sore nanti kita pulang." sambung Haechan lembut, ia mengusap kepala Jisung dan Chenle lalu mencubit pipi Jeno.
Ketiganya mengangguk pelan lalu pamit dan berjalan meninggalkan ruang makan.
Sepeninggal ketiganya, Haechan berjalan menuju counter untuk membantu Suster Yang merapikan peralatan makan.
"Mereka sangat menggemaskan.." ujar Suster Yang sambil menata piring.
"Ya, aku tidak bisa marah pada mereka meski mereka terkadang membuat kesalahan." Haechan menimpali, ia mengambil sendok dan sumpit lalu meletakkannya di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Mom For Us
FanfictionKisah manis tentang seorang CEO duda tampan dan ketiga anaknya yang lucu. CEO tersebut bernama Mark Lee, dia adalah seorang single parents karena istrinya meninggal setelah melahirkan putra ketiga mereka. Mark yang terlalu mencintai istrinya tak ing...