Part 94

20.2K 2.5K 159
                                    

Hai lagi

________

Disisi lain, tepatnya tepatnya di kediaman Mark, setelah acara melamar yang tidak romantis itu mereka pergi ke taman belakang mansion untuk menghabiskan waktu untuk bermain kembang api dan melihat bintang-bintang.

Mark tidak menghadiri pesta cocktail keluarga Kang, karena dirinya tidak menerima undangan. Toh, meskipun ia menerimanya Mark tetap tidak akan pergi.

Lebih baik menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya. Ya, dalam formasi lengkap. Mark, Haechan, dan ketiga putranya.

Sekarang mereka tengah mengadakan camping sederhana di kebun belakang, atas permintaan Chenle. Tadi dia, Jisung dan Jeno menonton spongebob episode berkemah dan jadi ingin berkemah juga.

Yahh... Kalian tahu? Episode ketika squidward dihajar beruang laut itu. Saat Mark menolak usulannya untuk camping, bahkan Chenle menjawab seperti ini :

"Papa, taman belakang juga alam liar! Itu cukup jauh dari rumah, dan mungkin kita akan menemukan binatang buas seperti spongebob. Bagaimana jika ada beruang dan harimau nantinya?! Jangan lupa membawa garam dan membuat lingkaran agar hewan liar takut untuk mendekat!!" jelasnya dengan wajah serius. Dua saudaranya yang juga tidak tahu apa-apa tentang berkemah hanya mengangguk mengiyakan, sementara Haechan dan pelayan dirumah itu hampir tertawa karena ucapannya.

Sementara Mark hanya menghela nafas tidak berdaya dan mengiyakan permintaan putranya itu. Jadilah sekarang mereka tengah membuat tenda di taman belakang, untuk merealisasikan acara camping mereka.

Haechan membuat api unggun bersama Jisung sementara si sulung dan Chenle membantu Mark membuat tenda. Untungnya Mark pernah membeli tenda dulu, karena ia suka berkemah di hutan bersama teman-temannya dulu.

Total tenda yang mereka pakai hanya dua, ukurannya pun cukup untuk menampung tiga orang dewasa dalam satu tenda. Mark tidak punya tenda untuk anak kecil, jadi dia memakai kedua tenda miliknya.

"Papa!! Pukul yang ini!!" ujar Chenle sambil memegangi pasak yang belum tertancap sempurna di tanah.

Mark mengangguk pelan, lalu memaku pasak yang dipegang Chenle setelah anak itu memberikannya pada sang ayah.

Selang beberapa menit, akhirnya tenda berhasil didirikan. Dan api unggun juga hampir siap. Tadi Haechan sempat bertanya pada paman Joo apakah ada ranting dan dahan kering, dan untungnya ada.

Tukang kebun belum sempat membuang sisa ranting dan dahan yang dipangkas tadi siang, jadi mereka bisa memiliki api unggun sungguhan malam ini.

"Jisung, pergi ke dapur dan bawa beberapa bungkus sosis dan marshmallow bersama Chenle." titah Haechan sambil mengelus kepala anak itu.

Jisung tersenyum lebar dan mengangguk, "tentu mama!!" ia lantas menarik saudaranya menuju pintu belakang dan menghilang tak lama kemudian. Sementara Haechan hanya bisa menahan rasa malunya atas panggilan baru yang diberikan Jisung.

Sungguh, ia masih belum terbiasa dengan panggilan itu. Lagipula dia kan belum resmi menjadi orang tua mereka, kenapa ketiganya langsung memanggil Haechan dengan panggilan itu?? Tapi bagaimanapun juga dia harus terbiasa karena ketiganya pasti akan terus memanggilnya dengan panggilan itu baik sekarang, ataupun dimasa depan.

Jeno membawa kembang api dan menaruhnya di dekat Haechan. "Ini kembang apinya ma, Jeno sudah membawanya." ujar si sulung sambil tersenyum.

Haechan ikut tersenyum dan mengusak rambutnya pelan. Ia duduk disamping Jeno dan menunggu Mark selesai dengan urusan tenda juga si kembar yang tengah membawa camilan.

Tak butuh waktu lama, si kembar ChenSung kembali sambil menenteng beberapa bungkus makanan berukuran cukup besar. Mereka juga berlarian sambil tertawa saat membawanya ke tempat mereka berkemah.

"Mama!! Ini dia..." ujar Jisung sambil memberikan bungkus marshmallow ditangannya, begitu juga dengan Chenle yang memberikan bungkusan sosis padanya.

Haechan tersenyum dan mengambil alih kedua bungkusan besar itu dari mereka, "terima kasih..."

"Sama-sama!!" balas keduanya bersamaan, mereka lalu duduk di sisi lain Haechan dengan penasaran. Pasalnya ini adalah perkemahan pertama mereka, sesekali mereka juga akan melihat sekeliling dan bersenandung kecil.

"Sudah selesai, aku sudah meminta Keonhee untuk membawa sleeping bag untuk kita. Mungkin akan datang beberapa menit lagi." jelas Mark dengan nafas terengah-engah, dia kelelahan karena harus memaku semua pasak sendiri. Walaupun sempat dibantu Jeno sedikit.

Haechan mengangguk paham, "kalau begitu kita nyalakan api anggunnya sekarang saja, udaranya mulai sejuk."

Mark mengangguk setuju lalu duduk disamping Chenle dan mengusak rambutnya hingga membuat anak itu tertawa karena geli. Sementara Haechan mengeluarkan pematik api dan bensin, lalu menyiramkan sedikit bensin itu keatas tumpukan ranting dan batang pohon kering yang sudah ia susun bersama Jisung.

Saat apinya menyala, si kembar langsung berdecak kagum dengan wajah polos mereka sementara si sulung menatap api unggun dengan penasaran.

"Woahh!! Keren!!" pekik Chenle, Jisung mengangguk penuh semangat.

Mark yang melihat keduanya tampak antusias terkekeh pelan, "akan lebih keren jika kita bisa berkemah di hutan atau bukit."

Keduanya nenatap Mark penuh tanya, "kenapa?"

"Karena kita bisa melihat banyak Bintang disana." jawab Jeno yang diangguki sang ayah. "Teman Jeno pernah pergi berkemah dengan ayahnya musim panas lalu, dia juga menunjukkan fotonya pada teman-teman sekelas."

"Kita bisa pergi ke pedesaan untuk berkemah atau tinggal di pondok selama beberapa hari saat liburan musim panas nanti." usul Mark. "Papa akan mengajak uncle Jay dan aunty Tae untuk ikut."

"Nana hyung! Injun hyung juga!! Yeonwoo juga!!" Jisung menimpali.

"Tentu saja, kalian boleh mengajak siapapun untuk ikut." ujar Mark sambil terkekeh.

"Kalau begitu, uncle Hendery dan uncle Luke juga!" usul Jeno.

"Baiklah, cukup. Kita bisa membicarakannya lagi nanti, sekarang ayo kita main kembang api?" Haechan menyela.

Tentu saja ketiga anak itu tidak menolak, mereka dengan senang hati mengambil kembang api dan menyalakannya menggunakan api unggun. Tentunya dibawah pengawasan Mark dan Haechan.

Mereka berseru kegirangan dan melompat-lompat kecil, tangan mereka bergerak dan membentuk lingkaran.

Mark dan Haechan juga ikut bermain, kelimanya tertawa bersama dan membuat suasana menjadi hangat dan harmonis.

Bahkan Keonhee dan Hwanwoong yang datang untuk membawa sleeping bag saja menghentikan langkah mereka di pintu belakang mansion sambil memperhatikan kehangatan keluarga kecil itu.

"Hahhh... Aku jadi merindukan Xion..." ujar Keonhee melas.

Hwanwoong menatapnya dengan jijik, "kau baru meninggalkan kekasihmu selama lima belas menit, tapi bertingkah seperti sudah berpisah selama bertahun-tahun!"

Keonhee menatap sahabatnya itu dengan rumit, "seseorang yang belum merasakan Cinta sepertimu tidak akan mengerti perasaanku."

"Matilah!!" Hwanwoong memukul bahu lebar sahabatnya hingga pemuda itu tersungkur dengan tidak elitnya.

Sementara itu, keluarga kecil yang tengah sibuk dengan dunia mereka masih belum menyadari kedatangan dua orang itu. Dunia terasa milik mereka.

To be continued

______

Ada yang masih nungguin? Ueueue

Maap ya aku gak bisa mikir makanya gak up hehe otakku lagi buntu. Tapi sekarang udah jalan lagi, kek squidward yang kepalanya ada pelangi pas bkin lagu.

See you babay

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang