Setelah mengantar ketiga anak asuhnya sekolah, Haechan berangkat menuju kampusnya. Ia hanya memiliki satu materi pelajaran untuk hari ini, itupun hanya sebentar. Jadi ia bisa pulang cepat dan menjemput ketiganya.
Namun, ditengah perjalanannya menuju area kampus teleponnya berdering.
"Siapa ini..." gumamnya tatkala melihat nomor tak dikenal dilayar ponsel. "Angkat sajalah, siapa tahu ini penting."
Dengan begitu, ia menekan tombol angkat dan mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Halo?"
"Halo, apakah ini wali dari siswa Lee Chenle?" tanya seseorang diseberang panggilan, sepertinya itu walikelas Chenle dan Jisung. Kim Yeri.
"Y-ya... Itu benar, saya walinya. Apakah ada yang bisa saya bantu?" Haechan menjawab dengan gugup, ada apa hingga wali kelasnya menelepon Haechan seperti ini.
"Tuan, bisakah anda datang ke sekolah sekarang? Ada yang harus kami bicarakan." tanya wanita diseberang panggilan.
"Ah, tentu. Saya akan segera tiba disana.." jawab Haechan ramah, ia benar-benar penasaran dengan alasan Yeri memanggilnya.
"Terima kasih. Kalau begitu saya tutup teleponnya, selamat pagi."
"Ya, pagi.."
Setelah itu panggilan berakhir, dan Haechan langsung mendial nomor Hyunjin teman satu kelasnya untuk absen.
"Halo Hwang, apa kau sudah ada di kelas?"
"Ya, ada apa?" balas Hyunjin.
"Bisakah aku minta tolong? Aku tidak bisa masuk kelas hari ini, putra bosku sepertinya mengalami masalah disekolahnya. Aku harus pergi ke sekolah untuk bertemu wali kelasnya, dan aku ingin merepotkanmu untuk membuat alasan absenku. Bisakah?" jelas Haechan.
"Tentu aku bisa, apa kau perlu tumpangan? Xiaojun ada disini, dia bisa mengantarmu ke sana dengan cepat." tawar Hyunjin.
"Tidak perlu Hwang, aku akan pergi sendiri. Terimakasih atas bantuannya." ujar Haechan tulus.
"Sama-sama."
Setelah itu Haechan buru-buru kembali ke parkiran dan menggunakan mobil yang Mark berikan untuk mengantar jemput ketiga putranya. Sebuah rolls royce hitam model terbaru.
Segera, Haechan melajukan mobil itu dan membelah jalanan kota Seoul yang ramai. Dalam benaknya ada banyak spekulasi mengenai alasan mengapa dia dipanggil ke sekolah sepasang saudara kembar itu.
Ia sudah mewanti-wanti keduanya dan bahkan si sulung untuk tidak berkelahi di sekolah jika ada yang membuat mereka kesal, apalagi sampai membuat pihak lain terluka.
Namun, anak kecil tetaplah anak kecil. Seberapa banyak pun ia menasihati mereka, ada kalanya mereka akan melanggarnya.
Segera, ia sampai di sekolah khusus anak-anak balita tempat si kembar berada. Ia mematikan mesin mobil, membuka sabuk pengamannya, dan keluar dari mobil. Didekat kantor guru yang berdekatan dengan tempat parkir, ada si bungsu Jisung yang tengah berjinjit dengan punggung menghadap kearahnya.
Dengan langkah cepat ia menghampirinya dan menepuk pundaknya pelan.
"Haechan hyung!!" ujarnya saat melihat wajah manis sang calon mama.
"Dimana Chenle?" tanya Haechan lembut.
"Dia didalam, tadi Huening mengolok-olok Jisung dan juga menghina kami jadi Chenle memukulnya." jawab Jisung menjelaskan.
Haechan mengangguk mengerti, sekiranya ia sudah tahu apa penyebab ia dipanggil oleh guru kelas Chenle. Anak asuhnya itu berkelahi dengan siswa yang bernama Huening, karena ia kesal dengan ucapannya.
Terdengar sepele memang, tapi bisa saja apa yang dilakukan mereka melebihi imajinasi orang dewasa jika dibiarkan.
Segera Haechan menggandeng tangan Jisung dan mengetuk pintu berwarna coklat didepannya perlahan. Lalu membukanya dan melihat ada dua guru, Chenle yang pipinya memerah dan matanya menatap tajam kearah siswa yang dipeluk oleh seorang wanita. Mungkin itu ibunya.
"Maaf saya datang terlambat, apakah Chenle melakukan sesuatu yang buruk Guru Shin?" tanya Haechan sopan, ia membawa Jisung langsung menuju Chenle dan duduk disampingnya. Kini ia diapit oleh si kembar.
"Sesuatu yang buruk katamu?! Apa kau tidak lihat wajah putraku yang tampan menjadi biru karena ulahnya yang tidak terdidik itu?!" cerca ibu dari siswa yang bernama Huening. Wajahnya dipenuhi amarah dan kekesalan ketika menatap Haechan.
"Nyonya tolong tenanglah, kita akan menyelesaikan masalah ini sekarang." sela guru Shin menengahi.
"Hmpphh!!" wanita itu memalingkan wajahnya dengan sombong, ciri khas seorang nyonya rumah yang selalu memanjakan diri mereka dan tidak mau mendengarkan ucapan orang lain. Tebak Haechan.
"Begini, Tn. Lee, Chenle telah memukul wajah siswa Hueningkai dengan cukup keras dan membuatnya terluka-"
"Itu sepadan untuk bocah manja seperti dia!!" potong Chenle dengan keras.
"Chenle, tenanglah..." Haechan mengelus pundaknya pelan. "Guru Shin, silahkan lanjutkan..."
"Kami tidak tahu kejadian lengkapnya seperti apa, namun dari kesaksian siswa Huening sendiri Chenle telah memukulnya tanpa alasan yang jelas. Jadi dia juga balas memukulnya, lalu keduanya terlibat dalam pertengkaran. Dan pihak yang paling dirugikan adalah siswa Huening." sambung guru Shin.
Haechan mengangguk paham, "apakah guru sudah bertanya pada saksi mata atau Chenle mengenai sudut pandangnya?"
"Itu tidak perlu!! Putramu ini memang tidak di didik dengan baik oleh ibunya jadi dia menjadi liar seperti hewan!!" sela wanita itu sambil tetap memeluk kepala putranya.
"Nyonya, tolong tenanglah. Kita tidak tahu siapa yang memulainya terlebih dahulu." ujar Haechan.
Wanita itu mendengus dingin, matanya menyiratkan rasa jijik yang sangat jelas.
"Kami sudah bertanya, namun Chenle tidak ingin menjelaskan. Adapun saksi, kami tidak mengetahuinya." jelas guru Shin.
"Apakah tidak ada kamera pengawas di sekolah ini?" tanya Haechan.
"Untuk itu, kami mohon maaf. Kamera pengawas ditempat keduanya berkelahi sedang dalam perbaikan dan tidak ada rekaman dari kejadian ini." jawab guru Shin dengan menyesal.
Pada saat itu, Jisung yang tetap diam tiba-tiba mengacungkan tangannya dan berdiri. "Guru, aku, Justin, dan Jeongin ada disana!! Kami bisa mengatakan apa yang terjadi saat itu!!"
Chenle menatap saudaranya dengan tak percaya, adiknya yang lugu dan selalu menjadi ekornya setiap saat kini berani mengambil inisiatif untuk berbicara terlebih dahulu.
Haechan mengelus kepalanya dengan lembut dan tersenyum, "kalau begitu, Jisung bisa bercerita."
Jisung mengangguk kecil dan mulai menjelaskan kejadian saat itu.
To be continued
____________
Hiyaaaa dipotong hshshshsh
Maap maap lanjut malem say, maap juga aku ngilang dari buku ini.
Pembukuan semua ff ditunda entah sampai kapan, soalnya aku sibuk irl plus aku juga nerjemahin novel sekarang jadi menguap sudah semua waktu yang aku punya untuk wetpet.
Kalau kalian mau baca ekstra chapter/side story nanti aku pikirin lagi gimana caranya
Oke gitu aja dulu, jumpa lagi nanti malem ya
Psssttt siapa tau ada yang mau nraktir aku ⤵
https://trakteer.id/aizorachinBabay!
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Mom For Us
FanfictionKisah manis tentang seorang CEO duda tampan dan ketiga anaknya yang lucu. CEO tersebut bernama Mark Lee, dia adalah seorang single parents karena istrinya meninggal setelah melahirkan putra ketiga mereka. Mark yang terlalu mencintai istrinya tak ing...