Ayoo tahan ayo jangan marah-marah nanti cepet tua.g
______
Alasan mengapa Jaemin sangat marah saat tahu beasiswa Haechan dicabut adalah karena ia sangat menyayanginya. Melihat Haechan, ia seperti melihat mendiang adiknya.
Keduanya benar-benar mirip dalam semua aspek, membuat Jaemin terkadang bingung apakah itu adiknya yang sudah meninggal atau Haechan. Tanpa sadar, ia selalu ingin memanjakan Haechan layaknya seorang kakak pada umumnya.
Renjun pernah merasa cemburu karena perilakunya ini, lalu mengacuhkannya. Setelah itu, Jaemin menjelaskan semuanya pada Renjun alasan mengapa ia sangat perhatian pada saudara tirinya itu.
"Dia benar-benar seperti Yohan, melihatnya tersenyum aku seperti melihat Yohan. Andai saja dia masih hidup, mungkin dia akan terlihat seperti Haechan." ujarnya. "Renjun, sayangilah saudaramu. Kau mungkin akan menyesal saat dia tidak ada nantinya."
Sontak saja Renjun terkejut dengan ucapannya itu, ia tahu Yohan adalah adik Jaemin yang sudah meninggal. Namun selama mereka berpacaran Jaemin tidak pernah membahasnya, tapi kali ini dia mengambil inisiatif untuk menjelaskan tentang mendiang adiknya itu.
Beberapa hari setelahnya bahkan Jaemin membawa Renjun ke makam adiknya itu. Di sana lah ia bisa melihat sisi rapuh Jaemin. Tatapan penuh penyesalan, kesedihan, dan kehilangan bercampur dalam mata yang selalu memancarkan kejahilan dan semangat.
Jaemin bahkan menangis, tak peduli dengan Renjun yang melihatnya dengan tidak percaya. Dia mengatakan semua yang ingin dikatakannya didepan makam itu, dari hal yang bahagia sampai yang membuatnya kesal.
"Yohan-ah... Kau tahu, saudara Renjun sangat mirip denganmu. Dia pemalu, manis, tapi juga bodoh." Jaemin terkekeh pelan. "Setiapkali aku melihatnya, rasanya seperti aku melihatmu. Seolah-olah kau tumbuh besar dalam diri Haechan. Yohan... Maafkan aku.." kalimat terakhirnya sedikit tidak jelas karena dia menangis, dia sama sekali tidak mengusap air matanya dan membiarkan wajahnya dipenuhi air mata.
Renjun yang menyaksikannya seperti itu, jadi ikut bersedih. Ia membawa kekasihnya itu kedalam pelukannya dan menenangkannya, ia juga berusaha memahami emosi yang Jaemin rasakan saat itu.
Setelah puas menangis, Jaemin membawa Renjun menuju bangku yang tak jauh dari tempat pemakaman. Mereka memegang cola sambil menikmati semilir angin musim gugur.
Jaemin lalu menjelaskan apa yang terjadi tahun itu, mengapa ia menangis, dan hubungannya dengan Haechan. Renjun merasa bersalah, Jaemin membuka luka lamanya karena dia dengan bodohnya cemburu. Ia lantas memeluk kekasihnya itu dan mengatakan kata-kata penghiburan untuknya.
Setelah melepaskan pelukannya, Renjun berkata. "Jika kau merindukan Yohan, kau bisa menganggap Haechan sebagai Yohan. Tapi Haechan adalah Haechan, semirip apapun dia dengan mendiang adikmu Haechan adalah orang yang bodoh dalam perasaan. Dia tidak mau terikat dengan siapapun atau dalam hubungan apapun." jelasnya.
Jaemin sedikit mengangkat alis, "apa maksudmu?"
"Dia takut ditinggalkan Jaem, saudaraku memiliki trauma yang besar setelah perlakuan ayah kandungnya pada ia dan ibu tiriku. Dia tidak mau berteman, apalagi berpacaran. Itu sebabnya dia selalu menjaga jarak padamu, karena dia takut." Renjun menghela nafas panjang, "kami memang berbagi kasih sayang dari ayahku. Dia memiliki kasih sayang keluarga yang lengkap lagi setelah sekian lama, tapi itu terlambat." wajah Renjun terlihat suram.
"Sebuah pemikiran mengenai hubungan dan akibatnya yang buruk sudah terbentuk dalam pikirannya. Bahkan saat aku bertanya pada psikiater rekan ayahku, dia bilang akan sulit untuk mengubah pemikiran itu dalam benak Haechan." sambungnya.
"Sulit bukan berarti tidak bisa." ujar Jaemin tiba-tiba.
Renjun langsung menoleh padanya. "Apa maksudmu?"
"Kita bisa mengubahnya sedikit demi sedikit, aku bisa menjadi temannya. Jika dia terbiasa dengan keberadaanku di sekitarnya, dia tidak akan menjaga jarak dariku." jelasnya.
Renjun termenung.
"Biarkan aku menjadi kakaknya juga Renjun, kita bisa melindungi Haechan bersama." sambung Jaemin, ia memegang tangan kanan Renjun dan menatapnya dengan intens.
Melihat ketekunannya, Renjun menjadi luluh. Ia pun mengangguk setuju, tentunya Jaemin langsung tersenyum lebar dan memeluk kekasihnya itu.
Sejak saat itu, keduanya menjadi pelindung Haechan. Namun keduanya tidak terlalu menunjukkannya, hanya samar-samar. Jaemin bisa tahu apa yang dilakukan Haechan, apa yang dia dapatkan, dan hal lainnya dari banyak informan miliknya.
Ya, dia melindungi pemuda manis itu dalam kegelapan. Dipermukaan dia menjadi teman dan calon kakak ipar yang baik padanya.
"Apa kau serius?" tanya ayahnya fi seberang panggilan.
"Ya, aku bisa mengembangkan keempat perusahaan itu dalam waktu empat bulan dan menaikkan sahamnya." jawab Jaemin dengan serius.
Ayahnya menghela nafas, "lalu apa keinginanmu?"
"Aku ingin ayah menyumbang beberapa juta dollar untuk universitas tempat aku belajar, dan minta rektor untuk membatalkan perjanjiannya dengan investor terbesar universitas."
"Apa?! Apa kau gila?!" ayahnya meraung, permintaan pertama mudah untuk dilakukan tapi permintaan kedua, bagaimana bisa dia melakukannya?
"Ayah, percayalah. Aku akan mengurus sisanya, ayah hanya perlu memberikan uang yang besar pada mereka dan menendang bajingan itu." Jaemin mencoba meyakinkan ayahnya.
"Baiklah, jangan lakukan hal-hal konyol. Ayah tidak mau membersihkan kekacauan yang kau tinggalkan." ayahnya menyerah, dia akan berusaha melakukannya. Sebenarnya itu cukup sederhana, hanya saja dia tidak pernah melakukan pemaksaan seperti itu.
Ia bersyukur putranya mau mengambil alih empat perusahaan cabang sekaligus, dan dia cukup senang sekarang ini. Jangankan mengeluarkan beberapa juta dollar, ratusan juta dollar pun ia tidak masalah.
"Kalau begitu kututup teleponnya, nanti siang aku akan datang ke perusahaan untuk menandatangani dokumennya." ujar Jaemin, dan tanpa menunggu ayahnya menjawab ia langsung menutup telepon.
Ia kembali menyimpan ponselnya ke meja, lalu mengambil satu slice roti tawar lagi. Ia bersandar pada meja pantry dan tersenyum seram. "Siapapun dirimu, karena kau yang memulainya maka nantikan permainanku."
Ia lalu terkekeh dingin dan menggigit rotinya.
Saat itu, pintu terbuka dan menampilkan Renjun yang sudah rapi. "Kupikir kau sudah rapi, ternyata masih seperti benang kusut..."
Jaemin menengok ke arah suara, wajahnya polos dengan roti di mulutnya. Renjun tertawa karena wajah konyol kekasihnya itu.
"Kau mirip anjing yang ketahuan mencuri daging, kau tahu?" Renjun bercanda.
"Jika aku anjing maka kau adalah majikanku, jadi ayo mandikan aku majikan yang baik." Jaemin berkata tanpa berpikir.
"Jaemin sialan!! Mati saja kau!!" Renjun murka, ia langsung menerjang pemuda itu dan memukulinya berkali-kali.
Yahh... Kini apartemen yang tadinya tenang sekarang penuh dengan suara teriakan dan langkah kaki karena Jaemin yang mencoba kabur dari serangan Renjun.
_________
To be continued
Btw aku punya ff straykids dua, satu fantasi satu lagi misteri. Kalo cerita ini tamat, kalian mau yang mana?
Gausah maruk ya satu aja!
Bagi yang mau berdonasi ini nomornya 089618726827 atau bisa juga melalui aplikasi dana
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Mom For Us
FanfictionKisah manis tentang seorang CEO duda tampan dan ketiga anaknya yang lucu. CEO tersebut bernama Mark Lee, dia adalah seorang single parents karena istrinya meninggal setelah melahirkan putra ketiga mereka. Mark yang terlalu mencintai istrinya tak ing...