Part 6

48.9K 6.7K 704
                                    

"uhukk.." Jaehyun yang mendengar ucapan Chenle langsung tersedak minumannya.

Wajah wanita itu berubah hijau, lalu berubah menjadi putih. Sementara Mark mati kutu saat putranya mengatakan janjinya untuk tidak menikah lagi.

"Papa lupa? Tapi untunglah Chenle ingatkan, jika tidak maka papa harus mengkhianati janji papa sendiri.." ujar Chenle, setelah mengucapkan itu ia berlalu begitu saja tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Jisung yang tidak tahu apapun mengikuti Chenle dengan riang, ia bahkan tertawa kecil sambil berlari menyusul Chenle. Sementara Jeno menatap ayahnya dengan tatapan santainya.

"Papa dengarkan? Itu jawaban kami." Setelah itu ia menyusul kedua adiknya yang sudah pergi lebih dulu.

"Mark, sudahlah...putramu hanya belum siap untuk memiliki ibu baru. Sebagai gantinya akan ku carikan pengasuh paling bagus untuk mereka." Ujar Jaehyun memecah kesunyian.

Mark menghela nafasnya dalam-dalam, ketiga putranya memang sangat sulit ditebak. Ia tak tahu harus bagaimana lagi untuk menghadapi sikap mereka.

Terkadang Mark merasa buruk karena menjadi ayah yang kurang memperhatikan mereka, ia juga jarang berada di rumah karena pekerjaannya sebagai direktur utama. Membuatnya tidak bisa mengikuti perkembangan ketiga putranya dengan baik.

Mungkin karena kesibukannya itulah ketiga putranya menjadi seperti ini...

"Ah ya, aku harus kembali ke kantor. Doyoung Hyung pasti akan mengamuk jika aku tidak ada di kantor." Ujar Jaehyun, ia lalu mengecup pipi kekasihnya yang akan menjadi istrinya lalu pamit.

Setelah kepergian Jaehyun Taeyong buka suara. "Mark, pikirkan baik-baik tentang rencanamu. Aku yakin kau sudah dewasa, jadi kau tidak perlu arahan ku atau ayah dan ibu." Ia lalu berdiri dan menuju lantai dua tempat ketiga keponakannya.

"Maafkan kelakuan ketiga putraku Yeri-ssi... aku akan menasihati mereka nanti.." ujar Mark dengan senyuman paksa.

Sementara wanita yang dipanggil Yeri tersebut hanya tersenyum tipis, dalam hati ia memaki ketiga bocah sialan yang bermulut pedas itu. "Tidak masalah. Ah ya, aku harus pergi. Sampai jumpa lagi Mark.."

Mark tersenyum dan mengangguk, ia lalu berdiri dan mengantar Yeri hingga ke depan rumahnya dan kembali masuk setelah taksi yang dinaiki Yeri menghilang di tikungan.

Mark lagi-lagi menghela nafas berat, ia menuju lantai dua tempat ketiga putranya berada. Di tangga, ia bisa mendengar suara tawa Chenle yang tengah mendengarkan Jeno membacakan cerita dongeng. Sementara Jisung tengah sibuk dengan mainan Lego house miliknya dan menirukan berbagai jenis suara.

Mark terkekeh kecil melihat tingkah menggemaskan mereka. Ia jadi tidak bisa marah karena tingkah imut mereka menjadi obat tersendiri baginya saat merasa stress.

Ia duduk di belakang Jisung dan mengusap kepalanya dengan penuh kasih.

"Papa!!" Jisung menghambur ke pelukan Mark dan mengabaikan Lego housenya.

Mark tertawa kecil sambil membalas pelukannya, dan mengecup puncak kepala Jisung. "Apa yang sedang kalian lakukan?"

"Bermain!!" Jawab Jisung penuh semangat.

"Lele mendengarkan Jeno Hyung membaca dongeng." Sahut Chenle yang diangguki Jeno.

"Kemarilah.." ujar Mark sambil melambaikan tangannya pada dua putranya yang lain.

Chenle dan Jeno mendekat mengikuti perintah ayah mereka, dan duduk di kiri kanan ayah mereka; sementara Jisung di pangkuan sang ayah.

"Chenle, apa kau tahu apa yang kau ucapkan barusan setelah makan siang?" Tanya Mark selembut mungkin.

Chenle mengerutkan keningnya,"memangnya kenapa? Lele tidak suka wanita itu Pa, dia terlihat seperti nenek sihir jelek berhidung besar dalam cerita Jeno Hyung!!"

Jisung mengangguk setuju,"itu benar!! Kulit nenek sihir itu berwarna hijau!! Dan... banyak kutil di hidungnya!!" Jisung bergidik jijik saat membayangkan wajah nenek sihir jelek berhidung besar dalam cerita.

Mark menghela nafas panjang,"honey, apa yang kau ucapkan itu tidak pantas untuk diucapkan. Papa tidak pernah mengajarkan hal itu pada kalian bertiga.."

"Tapi Taeyong aunty yang mengajari kami!!" Seru Chenle berusaha membela diri.

"Itu benar, aunty bilang kami tidak boleh percaya begitu saja pada orang asing. Wanita itu tidak pernah datang ke rumah ini dan kami tidak tahu siapa dia, jadi apa yang Chenle katakan tidak salah." Timpal Jeno.

Haahhh.... jika begini caranya Mark tidak akan pernah menang berdebat dengan ketiga putranya... mereka terlalu kompak!!

Setelah menenangkan diri, Mark tersenyum tipis. "Kita belum pergi keluar Minggu ini, bagaimana jika kita pergi ke mall?"

Ketiga anak kecil itu saling bertatapan lalu mengangguk setuju. "Ayo!!"

"Bersiaplah, papa tunggu di bawah." Ujar Mark lalu berdiri dan meninggalkan mereka ke lantai bawah.

Ketiga anak nakal itu langsung berlari ke kamar mereka masing-masing untuk bersiap, mereka ingin memakai baju paling bagus menurut mereka karena jarang sekali sang ayah mengajak mereka untuk keluar.

Setelah dirasa cukup, ketiganya turun dengan bahagia. Sang ayah yang sedang menunggu langsung berbalik dan menatap ketiga putranya yang membuat keributan dari arah tangga langsung tersenyum.

"Papa ayo!!" Chenle langsung berlari ke luar rumah tanpa menunggu kedua saudara serta ayahnya.

"Papa!!" Jisung merentangkan tangannya meminta untuk digendong.

Mark menuruti keinginan si bungsu, ia lalu memegang tangan kanan Jeno dan menuntunnya ke mobil yang sudah disiapkan.

Mereka lalu berangkat dengan riang sambil bernyanyi bersama.

=====

"Aku harus membeli alat tulis baru... yang kumiliki sudah hampir habis.." gumam Haechan pelan.

Ia lalu berjalan menuju mall yang berada tak jauh dari kampusnya. Ia berjalan cepat karena gerimis tiba-tiba mengguyur kota Seoul, dan menjadi lebih lebat. Setelah masuk ke dalam mall, ia menepuk-nepuk bajunya yang basah terkena air hujan dan kembali berjalan menuju tempat penjualan alat tulis dan kebutuhan kantor.

Di sisi lain eskalator, seorang anak kecil yang tengah digendong oleh pria dewasa menatap Haechan lekat-lelat. Ia bergumam,"mama.."

To be continued

=======

Maaf baru bisa update ya:(

Demi what hp Ochi kecemplung kolam ikan:" jadi Ochi ngetik di tab punya Ade:') itupun harus dibujuk dulu:"

Vomment

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang