Double up! Gatau besok, mungkin tiga hshsh
__________
Mereka sampai didepan pintu ruang bermain, suara anak-anak bisa didengar dari luar. Jeno, Chenle dan Jisung menjadi lebih bersemangat.
Saat suster Liu membuka pintu, semua anak-anak itu berhenti bermain dan menatap orang-orang di depan pintu.
"Hai Haechan hyung!!" sapa mereka bersamaan. Haechan mengangguk dan melambaikan tangannya.
Ketiga anak itu langsung berlari ke arah teman-teman mereka untuk bergabung.
"Semuanya, perkenalkan. Ini adalah Jaemin hyung dan ini Renjun hyung, mereka adalah temannya Haechan hyung." ujar Suster Liu.
"Hai semuanya!!" Jaemin menyapa, ia tampak sangat bersemangat saat melihat banyak anak-anak di sana.
"Halo hyung!!" sapa anak-anak itu bersamaan.
"Nah, aku harus undur diri sekarang. Jika ada yang lain yang kalian butuhkan, kalian bisa datang ke meja depan atau bertanya pada Haechan. Dia sudah sangat sering datang kesini." ujar suster Liu, dia lalu membungkuk sopan dan meninggalkan ketiganya disana.
"Semuanya, hyung memiliki sesuatu untuk kalian semua. Apa kalian penasaran apa itu?" ujar Jaemin dengan misterius.
"Makanan!!"
"Mainan!!"
"Permen!!"
Satu persatu mereka menjawab pertanyaan yang Jaemin lontarkan, membuat suasana di ruangan itu sangat bersemangat dan penuh dengan teriakan anak-anak.
Jaemin menjadi gemas, "ya! Kalian benar, tapi untuk hari ini hyung membawa banyak sekali mainan untuk kalian. Jadi kalian bisa bermain tanpa berebut."
"Benarkah??" ujar seorang anak.
Jaemin mengangguk cepat, "itu benar!! Ayo ikuti hyung ke meja depan, dan kalian bisa membawa mainan-mainan itu ke ruangan ini."
Anak-anak itu menjadi bersemangat, mereka berdiri dan tidak sabar untuk membawa seluruh mainan itu untuk dimainkan. Ketika Jaemin berkata ayo, mereka dengan serempak mengikuti Jaemin dengan penuh semangat.
Tapi mereka tidak saling mendorong, berjalan dengan teratur dan bahkan mengobrol mainan apa yang ada di ruang depan.
Ketika mereka melihat tumpukan kotak yang tinggi, mereka tertegun. Tidak ada donatur yang pernah memberikan mainan sebanyak ini pada mereka, sebanyak apapun itu para donatur hanya memberikan dua atau tiga kotak besar mainan.
Namun sekarang....
Mereka menatap Jaemin yang masih tersenyum dan juga menatap mereka, lalu dengan serempak semua anak-anak itu membungkuk. "Terimakasih Jaemin hyung!!" seru mereka bersamaan, lalu menegakkan tubuhnya mereka seperti sebelumnya. Senyum cemerlang terbentuk di setiap wajah anak-anak yang polos itu, mereka sangat bersyukur atas pemberian Jaemin.
Jaemin tertawa kecil, "sama-sama.",
Mereka dengan penuh semangat memindahkan kotak-kotak berisi mainan itu bersama-sama, dan saling membantu. Ketiga anak itu juga ikut membantu, dan Haechan, Renjun serta Jaemin membawa kotak yang lebih berat.
Dengan banyaknya orang yang membantu, mereka selesai dengan cepat. Kini ruang mainan memiliki lebih banyak mainan daripada sebelumnya, dan dengan penasaran mereka membukanya satu demi satu lalu mengambil mainan yang mereka inginkan.
Mereka jelas sangat senang, mainan baru ini seperti yang mereka inginkan. Barbie, mobil-mobilan, robot, dan boneka semuanya baru dan dibungkus dengan baik.
Tidak seperti mainan lama mereka yang sudah usang dan rusak di beberapa bagian, ini benar-benar baru!
"Bagaimana? Apakah kalian menyukainya?" Jaemin bertanya dengan hangat.
Mereka mengangguk serentak, pemandangan yang lucu.
"Maka bermainlah, jangan berebut. Masih ada banyak mainan." ujar Jaemin.
Lalu mereka tanpa ragu-ragu mulai bermain, mengabaikan tiga orang dewasa dan memilih mainan favorit mereka.
Sementara itu, Jaemin berjalan keluar dari ruang bermain. Dia berniat untuk menemui suster kepala untuk berdiskusi.
Panti asuhan ini milik seorang biarawati tua, dia awalnya hanya menampung beberapa anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya saat masih di gereja. Namun, semakin lama ada semakin banyak anak yang terlantar.
Ia tak tega untuk membiarkan anak-anak yang tak berdosa mati karena tak terurus, jadi ia bersama anak-anak yang sudah lebih dahulu ia besarkan membuat sebuah panti asuhan kecil. Mereka awalnya hanya menyewa sebuah rumah, lalu membelinya setelah memiliki uang yang cukup.
Rumah kecil itu beberapa kali mengalami renovasi karena semakin banyak anak yang tinggal disana. Pemerintah juga tidak tinggal diam, mereka sering memberikan bantuan seperti uang renovasi untuk memperbesar dan memperbanyak ruangan agar anak-anak bisa lebih leluasa.
Banyak donatur yang akan memberikan mainan, buku cerita, dan pakaian lama yang masih layak pakai untuk anak-anak. Dan sekarang, panti asuhan ini menjadi lebih layak daripada sebelumnya.
Jaemin tiba di ruang suster kepala, dia lalu mengetuk pintu perlahan. Setelah mendengar jawaban dari dalam, ia membukanya dengan senyum di bibirnya.
"Halo, suster Cho. Aku Na Jaemin, anda pasti tahu ayahku kan?" sapanya pada wanita paruh baya yang duduk dibalik meja kerja ruangan itu dengan sopan.
Wanita itu tersenyum lembut, "Halo juga Jaemin, tentu saja aku tahu. Duduklah." ia menunjuk pada kursi yang ada didepannya.
Jaemin mengangguk pelan, lalu duduk dikursi yang dimaksud. "Aku datang kesini untuk mengatakan sesuatu..."
Suster Cho mengangguk pelan, dan membiarkannya melanjutkan.
"Aku ingin menjadi donatur tetap panti asuhan ini, dan aku juga berencana untuk membuat beberapa bangunan baru juga taman bermain untuk anak-anak. Bisakah?" Jaemin melanjutkan.
"Apakah ini keinginan ayahmu?" tanya suster Cho.
Jaemin menggeleng, "ini keinginanku sendiri, dan aku akan menggunakan uang milikku. Semua ini tidak ada hubungannya dengan ayah, aku yang bertanggung jawab."
Suster Cho mengangguk paham, lalu tersenyum. "Aku tidak keberatan, tapi untuk donasi yang besar seperti ini apakah kau bisa menjamin bahwa tidak akan ada pihak yang datang dan mengambilnya dari kami suatu saat nanti?"
Jaemin tersenyum lebar, "anda tidak perlu khawatir! Besok pengacaraku akan datang dan membawa dokumen selengkapnya, anda hanya perlu menandatangani surat itu dan tidak ada yang akan berani mengambil apapun milik anak-anak!"
Suster Cho membalas senyumannya, "terimakasih atas kebaikan hatimu, semoga tuhan menggantikannya dengan yang lebih."
Jaemin bangkit dari duduknya, "sama-sama, aku hanya ingin anak-anak disini bisa bahagia. Anda jangan terlalu sungkan, justru aku ingin berterima kasih kepada anda yang dengan tulus merawat anak-anak itu."
"Sudah kewajibanku untuk menolong mereka yang butuh bantuan, lagipula mereka anak-anak yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa. Aku tidak tega jika harus membiarkan mereka." ujar suster Cho.
Setelah mengatakan beberapa kata lagi Jaemin pergi, tujuannya sudah tercapai. Ia ingin anak-anak itu memiliki tempat tinggal yang lebih layak dan fasilitas yang lengkap. Terutama untuk bayi dan balita yang membutuhkan perhatian khusus.
Ia tersenyum puas, hanya berbagi sedikit yang ia miliki untuk melihat senyum tulus anak-anak itu. Ia benar-benar puas.
____________
To be continued
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Mom For Us
FanfictionKisah manis tentang seorang CEO duda tampan dan ketiga anaknya yang lucu. CEO tersebut bernama Mark Lee, dia adalah seorang single parents karena istrinya meninggal setelah melahirkan putra ketiga mereka. Mark yang terlalu mencintai istrinya tak ing...