Heyyo!!
________
"Bagaimana jika kita mengadopsinya?" ia kembali bertanya.
Renjun menatapnya dengan tatapan rumit, "apa maksudmu?" suaranya sedikit sengau karena efek menangis, dan wajahnya juga memerah.
Pemuda bermarga Na itu menatapnya sambil tersenyum, "kita adopsi bayi ini, bukankah kau menyukainya?" dia menimang anak di pelukannya sambil tersenyum lebar, dia bahkan mengajak bayi yang belum bisa melihat itu berbicara.
"Jaemin, bagaimana kita akan merawatnya?? Kita masih kuliah, dan bahkan belum memiliki rumah sendiri!" ia beralasan, namun hati kecilnya setuju dengan usulan Jaemin tadi.
Tanpa menoleh Jaemin menjawab, "itu gampang, aku tinggal sendirian di apartemen. Kau bisa pindah dan kita akan merawatnya bergantian. Saat kau ada kelas, aku yang jaga dan saat aku ada kelas kau yang jaga." dia berkata dengan tenangnya.
Renjun tidak tahu apakah dia harus menangis atau tertawa mendengarnya, pacarnya itu bisa sangat konyol sampai dia tidak mau mengakuinya. "Jaem… aku memang menyukai anak ini, tapi kita belum mampu merawatnya sendiri. Kau tidak bisa secara sembarangan mengatakan ingin mengadopsinya dan nanti bayi ini akan terlantar jika kita gegabah..."
"Kita bisa minta bantuan Haechan..." ujar Jaemin polos.
Renjun ingin memukul kepala orang dihadapannya ini dengan keras dan berteriak di telinganya, apa kau sudah gila Na Jaemin?!!! Kau pikir mengurus anak semudah mengurus kucing?!! Dasar bajingan!!
Ia mengurungkan niatnya itu dan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, sebisa mungkin untuk tidak marah. "Jika sekali itu tidak masalah, tapi jika berkali-kali? Itu akan membuat beban kerja saudaraku menjadi lebih besar! Dia sudah mengasuh tiga anak Nana, dia pasti kerepotan jika harus ditambah yang lainnya..."
Lelah mendengar perdebatan konyol mereka, Haechan datang menghampiri. "Kalian bisa mengadopsinya, dan anak ini akan sementara tinggal di panti sampai kalian bisa benar-benar merawatnya. Jika kalian merindukannya, datang saja kesini dan habiskan waktu kalian dengannya. Bukankah bisa?" usulnya.
Kedua orang itu memikirkan kata-katanya, ide Haechan terdengar masuk akal.
"Kalian juga bisa belajar untuk merawatnya disini dari para suster, jadi kalian tidak akan kebingungan setelah membawa bayi ini pulang nantinya." tambah Haechan.
Renjun dan Jaemin saling memandang, lalu mengangguk setuju.
"Baiklah! Aku setuju, beberapa bulan lagi kami akan membawanya pulang. Benarkan Renjun?" ia menatap wajah kekasihnya itu yang terlihat kesal.
"Kita lulus januari nanti, bagaimana bisa membawanya pulang beberapa bulan kemudian?!" pekik Renjun tertahan.
"Karena aku akan menikahimu pada saat itu, jadi wajar saja jika membawa bayi ini pulang." jawab Jaemin dengan mudahnya.
Dua suster di ruangan itu menahan tawa mereka setelah mendengar jawabannya, pemuda itu benar-benar sangat langsung tanpa basa-basi sama sekali. Bahkan saat mengatakannya ekspresinya sangat tenang seperti dia tidak mengatakan apapun.
"Nana..." rengek Renjun, ia sudah sangat kesal pada kekasihnya itu.
"Sudahlah... Jadi kalian akan mengadopsinya atau tidak?" lerai Haechan.
"Tentu saja!!" jawab keduanya bersamaan.
Haechan tersenyum, "baiklah, kalau begitu kalian harus mengurus dokumen adopsi terlebih dahulu. Semua hal mengenai bayi ini sekarang menjadi tanggung jawab kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Mom For Us
FanfictionKisah manis tentang seorang CEO duda tampan dan ketiga anaknya yang lucu. CEO tersebut bernama Mark Lee, dia adalah seorang single parents karena istrinya meninggal setelah melahirkan putra ketiga mereka. Mark yang terlalu mencintai istrinya tak ing...