Haechan menghela nafas panjang, ia masih belum mau melihat orang itu. Ia belum memantapkan hatinya dan menerima Mark meski yang lain adalah bos nya.
Namun, ia benar-benar harus melakukannya karena itu bagian dari tugasnya. Yahh sebenarnya ia bisa meminta pelayan untuk memanggil Mark, hanya saja para pelayan juga sepertinya tengah sibuk. Bahkan kepala pelayan mansion ini terlihat bolak balik sejak tadi.
Ia tak tega jika harus menyusahkan mereka lagi.
Haechan putuskan untuk memanggilnya secara langsung, dan berusaha agar jantungnya tidak melompat ketika melihat duda tampan itu. Ketika ia sampai didepan pintu kamarnya, pintu terbuka dan menampakan sosok tinggi Mark yang dibalut dengan sweater rajut turtle neck berwarna putih yang membuat tubuhnya tercetak dengan jelas. Haechan yang melihatnya seperti itu langsung terdiam dan lupa dengan apa yang harus ia lakukan sebelumnya.
Mata doe nya menatap bodoh kearah dada bidang Mark dan membuat pipinya bersemu kemerahan. Mark yang tidak peka hanya mengangkat alisnya bingung, ada apa dengan pengasuh anaknya itu?
"Haechan?" Ujar Mark dengan suara huskynya.
Haechan merinding dan langsung tersadar dari lamunannya,"i-iya tuan!" Ia meluruskan postur tubuhnya dan menatap wajah Mark dengan gugup.
'sialan! Kau hampir membuatku sakit jantung Mark Lee!!'
"Ada apa?" Tanya Mark.
"Itu.. saatnya makan malam tuan, anak-anak sudah menunggu di meja makan." Jelas Haechan.
Mark mengangguk paham,"kita makan malam bersama..."
Haechan mengangguk kaku dan mengikuti Mark dari belakang, mereka berjalan ke ruang makan tanpa berkata apapun lagi. Sementara dari ruang makan, terdengar suara tawa dan candaan anak-anak yang menjahili satu sama lain. Target utama mereka adalah Jeno, yang sedari tadi diam membaca buku pemberian Haechan dulu. Karena tak kunjung mendapat respon dari sang kakak, si kembar menghentikan aksinya dan menatap sekeliling untuk mencari korban lain.
Mata mereka menangkap sosok sang ayah dan pengasuh mereka yang berjalan mendekat, sontak langsung mendekat kearah kedua orang itu.
"Papa! Haechan hyung!!" Ujar mereka serempak, Jeno hanya melihat mereka dari meja makan dengan tenang.
"Jangan berlarian, kalian bisa terjatuh jika berlari seperti itu.." Mark mengingatkan.
"Ayo, kita makan. Nanti makanannya dingin jika kita tidak cepat memakannya." Haechan menuntun tangan kedua anak itu dan mendudukkan mereka di kursi tepat di sebelah Jeno.
"Haechan hyung, aku ingin itu!" Seru Chenle sambil menunjuk ke arah piring berisi pangsit. Dengan cekatan Haechan memberikannya dan menyajikannya diatas mangkuk mie Chenle.
"Mie ini sangat lezat, bagaimana kau membuatnya?" Tanya Mark setelah memakan beberapa suapan.
"Aku mempelajarinya dari baba ku, dia sangat pandai membuat masakan Cina yang lezat. Saat pertama kali aku makan masakannya aku bertekad untuk belajar membuatnya juga." Jelas Haechan sambil menempatkan beberapa pangsit goreng ke dalam mangkuk Jeno dan Jisung.
"Wahh!! Haechan hyung hebat!!" Seru Jisung sambil bertepuk tangan, tak lupa ikut menggoyangkan tubuhnya yang membuat Haechan terkekeh geli.
Jeno mengangguk setuju dengan ucapan Jisung, pengasuh barunya itu benar-benar istimewa! Ia semakin ingin agar Haechan menjadi ibu baru mereka. Diam-diam ia merencanakan sesuatu untuk itu sementara suasana di meja makan sangat meriah karena Chenle dan Jisung.
"Ah ya, papa... sekolahku mengadakan acara lomba menyanyi. Setiap orang tua siswa diundang ke acara ini, bisakah papa datang? Aku...akan tampil disana.." ujar si sulung Jeno dengan ragu.
Mark menatap wajah putra tertuanya dan tersenyum,"tentu, kapan acara itu diadakan?"
"Hari Sabtu, itu lusa. Acaranya akan dimulai pukul 6 sore." Jawab Jeno.
"Lalu kami juga akan ikut!!" Chenle menyela, Jisung yang berada disampingnya mengangguk setuju.
Sebenarnya ia tidak paham dengan apa yang mereka katakan, tapi karena Chenle bilang dia harus mengangguki apa yang saudaranya itu ucapkan maka dia akan menurut. Lagipula itu hanya mengangguk, bukan hal yang sulit. Sangat mudah untuk dilakukan, dan semua orang bisa melakukannya termasuk dia. Ditambah lagi dengan iming-iming Chenle yang mengatakan bahwa ia akan memberinya sekantung gummy bear kesukaannya, jadi Jisung mengikuti perintah saudara yang hanya berbeda 5 menit itu.
"Baiklah, kita akan pergi bersama ke acara itu." Mark memutuskan.
"Haechan hyung juga kan pa??" Chenle bertanya dengan mata berbinar binar. Jisung langsung mengikuti jejak saudaranya untuk merayu sang ayah agar menyetujui permintaan mereka.
Mark dengan ragu menatap Haechan yang menunduk dan tersenyum kecil,"apa kau tidak keberatan dengan itu?" Tanyanya kemudian.
Haechan mengangguk kecil, ia memang ingin melihat Jeno tampil. Awalnya ia akan meminta izin pada Mark untuk ikut, namun ternyata Chenle selangkah lebih dulu daripada dia. Jadi Haechan hanya mengangguk untuk setuju.
"Yeyy!!!" Jisung dan Chenle bersorak gembira, dan membuat suasana menjadi semakin hangat. Jeno tersenyum manis, ia juga senang dengan Haechan yang akan ikut untuk menontonnya nanti. Ia sangat menantikan hari itu dengan tidak sabar.
"Ayo habiskan makanan kalian, itu akan segera menjadi dingin dan tidak enak lagi.." ujar Haechan untuk mengalihkan topik ini.
Segera mereka kembali sibuk dengan mangkuk masing-masing, tenggelam dalam kenikmatan masakan yang dibuat khusus oleh Haechan. Hanya tersisa suara dentingan piring yang beradu dengan sumpit dan kulit pangsit goreng yang renyah saat dikunyah.
Anak-anak dan Mark sangat senang dan puas, mereka makan hingga perut mereka terasa penuh dan mengosongkan mangkuk mereka.
"Aku kenyang!!" Chenle menepuk perutnya dan bersandar di kursi, dan lagi-lagi Jisung mengangguk lalu mengikuti gerakan saudaranya.
"Pergilah ke atas, baca beberapa buku lalu istirahat. Besok kalian harus sekolah." Ujar Mark.
"Tentu papa!!" Seru mereka bertiga. Chenle, Jisung dan Jeno mendekati Mark lalu mencium pipi sang ayah bergantian. "Selamat malam papa.."
Mark tersenyum,"selamat malam"
Lalu mereka mengulangi hal itu pada Haechan, dan dihadiahi pelukan oleh sang pengasuh. Setelah selesai mereka berlari menuju tangga dengan kaki kecil mereka dan mematuhi ucapan sang ayah.
Tersisa Mark dan Haechan di ruang makan, suasana menjadi canggung setelah kepergian tiga anak itu. Membuat jantung Haechan kembali bergemuruh. Tadinya ia ingin mencuci piring bekas makan mereka, namun para maid datang dan mengambil alih pekerjaan itu. Jadilah Haechan terjebak dengan duda tampan yang sialnya adalah majikannya.
"Haechan.." Mark memanggilnya.
Haechan mengangkat pandangannya dan menatap wajah Mark setengah gugup.
"Apa kau akan pulang sekarang? Biar ku antar.." ujar Mark.
Haechan mengangguk kecil.
Mark tersenyum dan bangkit dari duduknya, ia menghampiri Haechan dan mengusap kepalanya pelan. "Aku bawa kunci mobil dulu, tunggu sebentar.."
Dengan gerakan itu, seluruh tubuh Haechan membeku. Wajahnya memanas dan ia tidak berani menatap wajah majikannya yang tampan karena ia tak kuasa menahan godaan seorang adonis sejati seperti majikannya itu jika Mark mulai bersikap manis padanya lagi.
To be continued
_________
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Mom For Us
FanfictionKisah manis tentang seorang CEO duda tampan dan ketiga anaknya yang lucu. CEO tersebut bernama Mark Lee, dia adalah seorang single parents karena istrinya meninggal setelah melahirkan putra ketiga mereka. Mark yang terlalu mencintai istrinya tak ing...