Bab 63

22.2K 3.1K 367
                                    

Curiga aku, ini kalian mantengin notif mulu ya? Aku tinggal bentar notifku udah bejibun banget.

Part ini mengandung kebodohan yang bisa membuat kalian kesal, hati-hati.

________

Yoona sangat senang hari ini, akhirnya ia bisa santai selama satu hari. Rencananya dia ingin mengunjungi ketiga cucunya dan mengajak calon menantunya untuk minum teh sore sambil mengobrol santai.

Ia bahkan sudah menyiapkan beberapa hadiah untuk mereka, dan tentunya hadiah khusus untuk sang calon menantu. Ia benar-benar sudah tidak sabar.

Setelah memeriksa jadwal ketiga cucunya dan memastikan mereka ada dirumah, ia berangkat bersama suaminya. Lee Donghae. Sepanjang perjalanan ia tak henti-hentinya memuji Haechan dihadapan sang suami, mengatakan bahwa dia menantu yang berbakti, baik hati, dan keibuan.

Sangat cocok dengan putra mereka yang kurang peka. Intinya dia ingin Donghae melakukan yang terbaik untuk pesta pernikahan mereka nantinya, dia bahkan tanpa malu melakukan aegyeo padanya. Donghae menghela nafas, Yoona tidak akan berhenti sampai ia berkata 'iya'. Jadi ia hanya mengangguk dan tersenyum lalu berjanji akan melakukannya.

"Haruskah kita mengundang tuan perdana menteri juga? Bukankah dia temanmu?" tanya Yoona dengan antusias.

"Ya, tapi jadwalnya pasti sangat padat. Mungkin nanti yang datang hanya ajudannya atau Woonpil, si sulung Kim." jawab Donghae apa adanya.

Yoona memukul pundak suaminya pelan, "hei, mintalah secara pribadi! Dia pasti akan datang jika kau sendiri yang mengundangnya, katakan bahwa kita mengundang seluruh keluarganya. Jangan sampai mereka tidak datang."

Sang suami menyerah, ia tidak akan pernah menang jika berdebat dengan wanita berusia kepala tiga itu. Selalu saja ada alibi untuk setiap permintaannya, kadang dirinya berpikir bahwa istrinya itu lebih cocok menjadi pengacara dibanding berbisnis. Mungkin pengadilan akan kalah olehnya. Dia tertawa dalam hati.

Mereka tiba di kediaman Mark, tempat itu agak sepi. Itu aneh, pikir mereka. Karena mansion Mark tidak akan pernah sepi jika itu bukan waktunya tidur, ketiga cucu mereka selalu membuat banyak suara dan pasti saja ada pertengkaran karena suatu hal. Tapi hari ini sangat sepi.

Bahkan maid yang biasanya tengah menyiram bunga dan tanaman di taman depan tidak ada, sangat aneh. Yoona sudah mulai memiliki firasat buruk dihatinya, dan langsung keluar dari mobil.

Saat ia berjalan menuju pintu utama, paman Joo datang dengan terburu-buru untuk menyambutnya. "Nyonya... Selamat datang." dia membungkuk hormat.

Yoona tersenyum, "terimakasih, aku ingin menemui ketiga cucuku dan calon menantuku. Apakah mereka didalam?" tanyanya berbasa-basi.

Wajah paman Joo menjadi sedikit tidak wajar, dan dia tampak sedang berpikir. Yoona yang peka terhadap perubahan ekspresinya langsung menyadari ada yang salah.

"Ada apa?" tanya Yoona langsung.

"Itu..."

"Kenapa kau masih diluar? Apa kau tidak berniat untuk masuk sayang?" Donghae datang dan menyela mereka.

Paman Joo tampak semakin gelisah, dia ingin mengatakan sesuatu tapi sepertinya dia takut untuk mengatakannya.

"Katakan ada apa Minhwa? Kenapa kau terlihat gelisah?" Donghae menatap kepala pelayan yang sudah bekerja sejak lama itu dengan tegas.

"Anu... Tuan, Nyonya, sebenarnya... Ketiga tuan kecil tidak ada disini sudah hampir satu bulan. Mereka tinggal di rumah keluarga Tuan muda pertama. Dan untuk calon menantu kalian... Apakah dia wanita yang didalam itu?" jelas paman Joo, dia terdengar bingung saat mengatakan kalimat terakhir.

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang