Part 10

48.6K 6.9K 438
                                    

Seperti apa yang dikatakan Jaehyun ditelfon, Haechan datang ke alamat orang yang akan mempekerjakannya. Yaitu calon adik ipar Jaehyun, Mark Lee.

Ia berdiri di depan gerbang rumah besar bergaya eropa yang tampak seperti istana dalam negeri dongeng, dalam hati ia berdecak kagum dengan keindahan arsitektur rumah calon majikannya itu.

"Permisi, tuan yang terhormat. Bisakah anda tidak menghalangi jalan?" tanya sebuah suara yang menyadarkan Haechan dari lamunannya.

Ia segera berjalan ke pinggir agar tidak menghalangi, dan kembali melihat alamat yang dikirimkan Jaehyun padanya.

"Tuan, apa benar ini rumah dari Tuan Lee Minhyung?" tanya Haechan untuk memastikan.

Orang itu mengangguk pelan, "ya, saya kepala asisten rumah tangga keluarga Lee. Jika boleh tahu, kenapa anda menanyakan hal ini?" ujar orang itu ramah.

"Namaku Lee Haechan, aku datang kesini untuk melamar pekerjaan. Ehm..menjadi baby sitter..." jelas Haechan.

Orang itu mengangguk paham, lalu berkata. "Ah jadi itu anda! Mari-mari saya antar, tuan besar sudah menunggu didalam..."

Haechan mengangguk dan mengucapkan terima kasih lalu mengikuti orang itu dibelakangnya.

Seperti yang ia duga sebelumnya, rumah calon majikannya itu benar-benar mewah. Bahkan jika ada yang kata yang bisa menggambarkan betapa mewahnya rumah majikannya itu ia pasti akan meneriakkannya.

Tanpa ia sadari,  ia telah sampai di ruang tamu. Orang itu mempersilahkan dirinya untuk duduk dan menunggu sebentar untuk menunggu tuan besarnya. Haechan mengangguk dan mengucapkan terima kasih, setelahnya orang itu menghilang dari pandangannya.

Setelah kepergian asisten rumah tangga itu Haechan kembali menilai rumah calon majikannya, walaupun ia tidak belajar seni arsitektur tapi karena ayah tirinya adalah seorang arsitek ia jadi tahu beberapa hal mengenai bangunan. Baik itu rumah atau bangunan perkantoran.

Dalam benaknya ia menghitung luas dan berapa harga untuk membangun sebuah rumah mewah seperti ini.

"Haechan hyung?" ujar sebuah suara yang terdengar kekanakan.

Haechan langsung menengok kearah tiga anak yang pernah ia temui sebelumnya dan terkejut. "Kalian?"

"Mama!!" Jisung langsung menerjang tubuh Haechan dan memeluknya erat.

Haechan refleks memeluk Jisung agar anak itu tidak terjatuh, kepalanya memikirkan kemungkinan akan pekerjaannya. Baby sitter? Apa itu artinya ia harus mengurus tiga anak ini? Apakah anak-anak ini putra dari pemilik rumah sekaligus keponakan dari Jaehyun?

"Jisung? Apa yang kau lakukan? " ujar sebuah suara dari arah tangga.

Sontak Haechan dan tiga anak itu menoleh kearah suara.

"Papa!! Mama sudah pulang!!" seru Jisung dengan penuh semangat. Tak lupa ia memeluk tubuh Haechan sebagai bukti laporannya pada sang ayah.

Haechan merasa kulit kepalanya habis disiram air es, ia takut calon majikannya akan marah dan tidak menerimanya. Sementara itu Jeno dan Chenle yang sedari tadi hanya menonton diam-diam, berusaha menahan tawa mereka dan menatap sang ayah untuk mendukung perkataan Jisung.

Mark hanya tersenyum paksa dan menghampiri mereka dengan asisten rumah tangga dibelakangnya. Ia mempersilahkan Haechan untuk duduk dan meminta asisten Joo untuk menyiapkan minuman untuk tamunya. Setelahnya ia mulai berbasa-basi

"Papa, ini adalah Haechan hyung yang menolong Jisung saat jatuh di taman tempo hari. Dia juga yang kita temui di mall kemarin." jelas Jeno.

Mark mengangguk paham, ia lalu menatap Haechan serius. "Aku sudah mendengar tentangmu dari kakak iparku, dan setelah melihat CV milikmu aku memutuskan untuk menerimamu."

Haechan senang, tapi ia gugup jadi suaranya agak tidak jelas saat berbicara. "Be-benarkah? Te-terima kasih..."

Mark mengangguk, "karena kau masih seorang mahasiswa, aku ingin tahu jadwal kuliahmu untuk menyesuaikan waktu mengasuh mereka. Apa bisa?"

Haechan mengangguk semangat, "tentu!! Tidak masalah... Karena ini tahun ketigaku jadi tidak banyak materi. Aku hanya mengambil kuliah pagi di hari senin, rabu, kamis dan jumat. Selain dari hari itu aku bebas."

Mark mengangguk puas, "kalau begitu kau bisa datang kesini setiap pagi pukul 8.00 jika tidak ada kelas, tapi jika kau ada kelas kau bisa datang setelahnya."

"Tentu tuan, terima kasih..." Haechan tersenyum lebar.

Mark sedikit terpana dengan senyuman yang dimiliki pemuda itu, sejenak ia terjebak dalam fantasinya. "Ya, kau bisa mulai bekerja hari ini. Untuk gaji, kau akan dibayar lima ratus ribu won per bulan. Tapi karena kau sekarang dalam masa percobaan jadi gajimu hanya setengahnya dari itu. Jika kau memiliki pertanyaan kau bisa temui asisten Joo atau hubungi aku, mengerti?"

Haechan tersenyum dan mengangguk, "ya, saya mengerti tuan. Terima kasih."

"Aku permisi," Mark berdiri dan merapikan pakaiannya. "Dan untuk kalian bertiga, jangan nakal dan patuhlah pada Haechan hyung. Mengerti?"

Ketiga anak yang sedari tadi diam, akhirnya angkat suara. "Baik!!"

Mark tersenyum, ia mengusak surai hitam Jeno. "Papa pergi dulu, jaga kedua adikmu baik-baik."

Jeno mengangguk pelan, "tentu pa."

Setelah itu Mark pergi menuju garasi dan meninggalkan kediaman Lee menuju ke perusahaannya.

"Haechan hyung, apa kau bisa memasak?" tanya Chenle.

Haechan menolehkan kepalanya pada Chenle, "ya, aku sering memasak dirumah jika ibuku pulang telat."

"Kalau begitu bisakah kau buatkan kami sarapan? Papa tidak bisa memasak, juga...koki rumah kami sedang cuti karena istrinya melahirkan, Taeyong aunty sibuk dengan persiapan untuk pernikahannya. Jadi kami belum makan apapun untuk sarapan." jelas Jeno.

Apa yang diucapkannya itu adalah kebenaran, karena semua orang yang bisa memasak di rumah itu tengah sibuk jadi mereka agak terlantar. Sementara ayah mereka yang tidak bisa diandalkan dalam hal memasak juga tidak ingin menyentuh dapur sejak peristiwa ia hampir membakar dapur karena lupa  tidak mematikan kompor saat merebus air untuk memasak mie instan.

Haechan merasa iba pada mereka, akhirnya ia setuju dan meminta mereka untuk menunjukkan dapur. "Kalau begitu tunjukkan dapurnya padaku. Aku akan buatkan sarapan untuk kalian."

"Tidak masalah!! Haechan hyung ayo! Bahan makanan sangat lengkap di dalam lemari es, apapun akan kami makan selama itu tidak beracun." ujar Chenle.

Mereka berempat berjalan menuju dapur dengan canda tawa. Chenle menceritakan semua keluh kesahnya mengenai sang ayah, bahkan hingga aibnya sekalipun ia tak lewatkan. Kekesalannya pada wanita yang dibawa sang ayah untuk calon ibu mereka, hingga pernikahan aunty mereka yang akan dilaksanakan sabtu depan.

To be continued

======

Akutuh bingung, kok banyak yang black readers ya? Apa kurang menarik kah ini cerita?

Saran dong kalian wahai reader's yang Budiman

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang