Part 34

30.3K 4.1K 325
                                    

Frins aku bek ehe:3

Makasih ya yang udah komen lope lope buat kalyan /wink
_______

Didalam mobil, suasananya sangat tenang. Tidak seperti biasanya yang akan ada keributan dari sepasang saudara kembar itu, hari ini mereka cukup damai. Hanya ada suara sang kakak yang akan memukul-mukul pahanya sambil menggumamkan lagu, yang Haechan tahu merupakan lagu yang akan ia bawakan nanti.

"Jeno, apa nanti kau akan menyanyi saja?" tanya Haechan sambil melirik si sulung melalui kaca spion depan.

Jeno balas meliriknya, "aku juga akan bermain piano nanti, sambil bernyanyi."

Haechan tersenyum, "luar biasa, hyung sudah tidak sabar melihat penampilanmu nanti."

Jeno tertawa kecil, "nanti hyung juga akan tahu! Tapi... bisakah hyung membantuku memilih baju untuk nanti?" ia menatap Haechan penuh harap.

Haechan mengangguk setuju dengan matanya yang terfokus pada jalanan. "Tentu saja, saudaraku sangat pandai dalam fashion. Pacarnya juga, kau tidak perlu khawatir tentang itu."

"Terimakasih hyung!" ujar Jeno dengan tulus.

Haechan mengangguk pelan sambil tersenyum, ia lalu melirik si kembar yang duduk dibelakang. "Bagaimana hari kalian?"

"Menyenangkan! Hari ini Jisung punya teman baru di panti asuhan! Namanya Dongpyo, dia sangat baik!" jawab Jisung dengan raut bersemangat.

"Yahh meski aku bermasalah disekolah, tapi aku cukup senang datang ke panti asuhan." Chenle menimpali.

"Apa kalian mendapat sesuatu di kunjungan kita hari ini?" tanya Haechan yang tetap tersenyum hangat. Ia tahu mereka mendapatkan pelajaran dari interaksi mereka hari ini.

"Jisung! Jisung ingin menjawab!!" si bungsu mengacungkan tangannya dengan penuh semangat.

"Nah, silahkan dijawab Jisung.."Haechan membiarkannya untuk menjawab pertama.

"Kita harus jujur, jika tidak guru disekolah akan marah. Jangan pernah mengejek teman karena jika kita ketahuan oleh guru maka kita akan dihukum! Juga kita harus mengambil inisiatif jika ingin menambah banyak teman! Benarkan hyung??" jawab Jisung polos, matanya berbinar menatap Haechan melalui kaca spion.

Haechan tertawa kecil dan mengangguk pelan, "jawaban yang Bagus Jisung, bagaimana dengan kalian?" tanyanya lagi.

"Kita tidak boleh terus berpangku tangan, kita harus belajar untuk mandiri karena tidak selamanya kita akan dikelilingi oleh kemudahan." jawab Jeno dengan tenang.

Haechan mengangguk pelan, "Chenle, bagaimana denganmu?"

Chenle menatap keluar jendela, ia kembali memikirkan perkataan Daehwi siang tadi. "Kita harus bersyukur, jangan terlalu banyak mengeluh dan menuntut untuk segala sesuatu. Kita harus merasa cukup dengan apa yang kita miliki dan jangan meminta lebih, karena bisa saja apa yang berlebihan itu buruk untuk kita."

Kedua saudaranya menatap Chenle dengan sedikit heran, ada apa dengan anak itu kira-kira? Sementara Haechan hanya tersenyum saat mendengar perkataannya.

Pelajaran hari ini cukup sampai disini, ia akan melanjutkan pelajaran lainnya ketika ada waktu.

Segera, mereka sampai di kediaman Lee. Ketiganya dengan cepat turun dari mobil dan berjalan kedalam rumah. Sementara Haechan membawa mobil menuju garasi.

Jeno menatap Chenle yang memakai piyama, "pakaian siapa itu?" tanyanya.

"Daehwi, tadi aku meminjamnya." jawab Chenle ringan, ditangannya ada seragam sekolahnya yang sebelumnya ia kenakan.

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang