Part 45

25.8K 3.5K 81
                                    

So sad, yang baca banyak tapi bintangnya dikit :(

___________

Setelahnya, seperti yang dikatakan Haechan mereka pergi menuju rumah panti asuhan seperti kemarin. Kali ini, Jaemin serta Renjun juga ikut bersama mereka. Keduanya penasaran dengan pelajaran yang dimaksud oleh Haechan.

Ketiga anak itu sangat antusias, mereka memegangi tas sekolah mereka yang berisi piyama yang sudah mereka cuci dan tidak sabar untuk memberikannya kepada teman-teman mereka. Kali ini mereka juga membawa pakaian ganti agar tidak merepotkan saat akan tidur siang.

Ditengah perjalanan, Jaemin meminta Haechan untuk berhenti sebentar sementara dia memasuki sebuah toko mainan yang berada di pinggir jalan. Tak lama, ia kembali keluar namun tidak ada apa-apa ditangannya. Hanya saja wajahnya dihiasi dengan senyuman kepuasan.

Renjun yang merasa aneh langsung bertanya, "ada apa denganmu?" ia menatap Jaemin yang baru saja memasuki mobil.

Jaemin menatap kekasihnya itu masih dengan senyum di bibirnya, "apa yang paling disukai anak-anak selain permen dan makanan manis?" ia balik bertanya.

"Mainan?" jawab Renjun dengan ragu.

"Tepat sekali! Aku pergi ke toko itu untuk membeli beberapa mainan." Jaemin mengalihkan pandangannya ke jalanan didepannya dan kembali mengemudi.

Ya, mereka tidak satu mobil dengan Haechan karena Jaemin tidak rela jika harus meninggalkan mobil kesayangannya itu di parkiran kampus. Apalagi mobilnya ini cukup mahal, jika ada sesuatu yang terjadi dengan mobilnya ia ingin memukul seseorang hingga orang itu mati.

Sebut saja dirinya berlebihan, namun ini adalah mobil yang ia beli dengan hasil kerja kerasnya sendiri dalam berinvestasi di banyak perusahaan. Dan ia cukup bangga dengan mobilnya itu.

"Tapi kau tidak membawa apapun." ujar Renjun.

"Mainannya akan sampai di panti asuhan bersamaan dengan kita, jangan khawatir." Jaemin menjelaskan, ia mengelus kepala Renjun dengan lembut.

"Maksudmu?" Renjun masih tidak paham.

"Aku hanya memborong semua mainan yang ada di toko tadi, dan meminta mereka agar mengirimnya langsung ke panti asuhan." jelasnya dengan ringan, seperti sedang mengatakan betapa indahnya cuaca hari ini.

Renjun melongo, memborong semua mainan di toko itu hanya? Apakah orang kaya selalu sombong seperti ini?

"Kau bilang hanya? Jaemin apa kau tahu kau sudah membuang-buang uangmu?" Renjun menatap Jaemin dengan kesal. Ia sangat sensitif terhadap kata uang.

Pemuda yang ramah senyum itu tertawa kecil dan mencubit pipi Renjun, "itu tidak membuang-buang uang Renjunku, aku hanya ingin berbagi sesuatu dengan anak-anak itu. Kita akan datang ke sana tapi tidak membawa apapun, bukankah itu sedikit tidak sopan?"

Dalam tradisi keluarganya, ia memang diajarkan untuk membawa sesuatu saat berkunjung menjadi tamu. Itu bukan untuk menyuap, hanya untuk berbagi sedikit apa yang dimilikinya dengan orang lain. Biasanya dia akan membawa sampanye atau wine berusia puluhan tahun sebagai hadiah dan beberapa batu mulia, tapi karena kali ini ia akan berkunjung ke panti asuhan maka ia tidak bisa memberikan wine pada mereka bukan?

Jadilah ia membeli banyak mainan untuk anak-anak itu. Karena ia tak tahu ada berapa jumlah anak-anak disana, jadi membawanya lebih banyak akan lebih baik.

Jaemin menatap Renjun melalui sudut matanya, "kau tahu, berbagi itu tidak akan membuatmu miskin. Justru itulah yang akan membuatmu memiliki lebih banyak dari sebelumnya. Jangan pernah takut untuk memberi sesuatu, sekecil apapun itu asalkan kau memberikannya sepenuh hati, suatu hari nanti akan tergantikan dengan yang lebih." ia menjelaskan dengan tenang.

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang